Bara harus bernasib sial, dia terus diikuti oleh arwah cantik karena hanya Bara yang bisa melihat dan menyentuhnya. Tubuh Gadis itu sedang terbaring koma di rumah sakit.
Bara adalah seorang ahli waris Neo Grup, dia bisa mendapatkan warisan jika dia sudah menikah, sementara dia orangnya tertutup karena itu dia terpaksa menikahi gadis koma itu, Karin Juliana. Gadis cantik dan berasal dari keluarga kaya.
Karin akan memiliki kesempatan untuk bangun jika ada pria yang mencintainya dengan tulus.
Apakah Karin akan mengenalinya jika dia bangun atau dia akan tetap mencintai kekasihnya, Revan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Harus Move On
Jesika pagi ini mendapatkan sarapan pagi dengan amukan dari sang papa, Pak Gani sangat marah karna ulah Jesika yang akhir-akhir ini sering mabuk.
"Bara menelpon papa katanya hari ini dia akan menikah karena itu dia akan menjadi suami wanita lain. Kamu harus melupakan Bara, jangan mabuk-mabukan seperti ini. Kamu harus punya harga diri, Jesika! Untuk apa kamu mengejar pria yang jelas-jelas sudah menolakmu!" Pak Gani terus saja mengomeli Jesika.
Jesika tercengang saat mendengar berita tentang pernikahan Bara, baru saja dia patah hati gara-gara tau Bara memiliki wanita spesial, hatinya semakin tercabik-cabik saat mendengar Bara akan menikah wanita itu "Tapi aku sangat mencintainya, Pa." Jesika terisak.
"Papa tau, karena itu mulai sekarang kamu lupakan Bara." Pak Gani mengucapkannya dengan nada tinggi.
"Aku sudah mencobanya tapi tidak bisa, aku gak bisa melupakan Bara."
Pak Gani mengusap kasar wajahnya, "Kamu orang berpendidikan Jesika. Papa tidak akan terima jika kamu merendahkan diri kamu untuk terus mencintai pria yang sudah beristri, karena itu mulai sekarang kamu lupakan Bara dan menikahlah dengan Raka, dia seorang direktur sekaligus pewaris rumah sakit LK, kalian pasti cepat merasa cocok karena sama-sama menjadi direktur rumah sakit. "
Jesika terkejut mendengar ucapan papanya mengenai Raka, "Aku tidak mau, pa. Papa tidak bisa menjodohkan aku begitu saja tanpa persetujuan dariku."
Pak Gani tidak ingin mendengarkan protes dari Jesika. Dia segera pergi meninggalkan Jesika yang tiada henti memperotes keputusan papanya. Sementara Bu Hera hanya mengusap-usap punggung Jesika untuk menenangkannya.
"Aku tidak mau dijodohkan, ma."
...****************...
"Hari ini aku akan menikah, aku tidak memaksa kamu untuk menghadiri pernikahan aku. Mungkin kamu sudah mengeceknya sendiri bagaimana keadaan calon istriku." Bara ingin memberitahu Jesika secara langsung, bagaimanapun dia sudah menganggap Jesika sahabatnya.
"Aku tidak akan hadir." jawab Jesika dengan berusaha keras untuk mehanan air matanya.
Bara mengangguk, dia mengerti dengan keputusan Jesika, "Iya tidak apa-apa. Aku harap setelah ini kamu mendapat lelaki yang bisa mencintai kamu, kamu layak mendapatkannya."
Jesika tidak menjawab pertanyaan dari Bara. Dia hanya terdiam sambil menundukan kepala.
"Hm... ya sudah kalau begitu, aku pergi dulu. Aku minta maaf jika aku sudah membuat kamu sakit hati." Baru kali ini Bara mengatakan maaf padanya. Setelah berkata begitu Bara pergi dari ruangan Direktur itu.
Setelah Bara pergi, Jesika menangis terisak-isak. Hatinya terasa tercabik-cabik karena lelaki yang begitu sangat dicintainya kini akan menjadi suami orang lain. Sampai Jesika terus saja memukul-mukul dadanya yang terasa begitu sesak.
Tok! Tok! Tok!
Terdengar suara ketukan pintu.
Jesika segera mengusap air matanya dengan tisu yang tersedia di meja sana.
Ternyata dia Jo, Jo duduk di sofa, di samping Jesika. "Ini obat pengar untuk kamu, lain kali jangan mabuk lagi, itu terakhir kalinya aku menolongmu." Jo memberikan obat pengar kepada Jesika.
Jo memperhatikan wajah Jesika yang memerah, sepertinya dia habis menangis. Dia tau penyebab Jesika menangis, tapi dia merasa lebih baik pura-pura tidak tau untuk menghormatinya.
Jesika membawa obat pengar itu "terimakasih Jo. Sepertinya malam ini aku ingin minum lagi, kau harus menemaniku." Masalah yang dia hadapi hari ini lebih berat dari kemarin karena itu Jesika butuh ketenangan dengan cara mabuk.
"Aku tidak bisa. Aku tidak akan menolongmu lagi." Jo mengatakan itu agar Jesika berhenti minum.
Jesika kesal dengan jawaban dari Jo "Kamu tidak akan mengerti perasaan aku, Jo. Bagaimana menderitanya memendam perasaan dalam waktu yang sangat lama, bertambah sakit saat orang yang dicintai malah dengan mudahnya mencintai wanita lain malah akan menikahinya."
Jo menghela nafas berat, dia berkata di dalam hatinya : Kamu fikir aku juga tidak menderita memendam perasaan padamu dan tak pernah bisa mengungkapkannya sampai kapanpun.
"Lebih baik kamu ikuti kata om Gani dan tante Hera, mencoba untuk membuka hati kamu dengan pria yang ingin mereka kenalkan kepadamu. Aku yakin kamu pasti dapat lelaki yang lebih baik dari tuan Bara, yang bisa menerima kamu dan mencintai kamu."
Jesika mendeliki Jo, "Jadi kamu tau tentang perjodohan itu?"
"Semalam tante Hera bercerita kepadaku. Kamu harus move on, Jes. Tuan Bara sepertinya sangat mencintai wanita itu, sama sekali tidak ada celah buat siapapun masuk ke dalam hatinya. Buat apa mencintai lelaki yang tak bisa mencintai kamu, malah pengorbanan kamu akan terasa sia-sia"
Jesika terdiam begitu mendengar ucapan Jo.