'Gagak pembawa bencana' itulah julukan pemimpin klan mafia Killer Crow, Galileo Fernandez, yang terkenal kejam dan tidak pandang bulu dalam membunuh.
Hidupnya dari saat dia kecil dilatih menjadi pembunuh berdarah dingin oleh ayahnya, sehingga menciptakan seorang Leo yang tidak berperasaan.
Suatu hari dia di jebak oleh musuh bebuyutan dari klan mafianya dan tewas tertembak dikepalanya. Tetapi bukannya pergi ke alam baka, dia justru terbangun kembali di tubuh seorang anak laki-laki berusia 5 tahun.
Siapakah anak laki-laki itu?, Apakah Leo mampu menjalani hidupnya dan kembali menjadi mafia kejam dan membalaskan dendamnya?
Inilah Kisah tentang Galileo seorang mafia kejam yang bereinkarnasi ke tubuh seorang bocah yang ternyata menyimpan banyak misteri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ADhistY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Setelah para pengganggu pergi dari rumahnya, Max menatap Gavin dengan raut wajah kesal. Dia hari ini sudah bad mood dengan kehadiran para bocah SMA yang mengaku ngaku sebagai temannya itu tiba-tiba datang ke rumahnya, di tambah lagi kehadiran Gavin yang membuat suasana makin berisik. Ya, Gavin ternyata se frekuensi dengan Gio dan yang lainnya, sama sama memiliki sifat ekstrovert tingkat akut, Walaupun umur mereka terbilang sangat jauh, tapi pembicaraan mereka tetap nyambung karena sama sama memiliki kesukaan yang sama yaitu game. Game? ya, kalian tidak salah baca, seorang Gavin Clair, wakil klan mafia Killer Crow yang ditakuti, ternyata memiliki hobi seperti itu.
"Mafia apaan yang suka main game," cibir Max menyindir Gavin.
Gavin memutar bola matanya malas, sudah dia duga pasti Max mengungkit tentang hobinya, dia sedikit menyesal karena tadi terlalu excited mengobrol dengan bocah yang asik bicara bernama Gio, karena wibawa nya seketika hilang Jika membicarakan tentang game yang disukai nya itu.
"Ck, dari pada kau yang memiliki raga Muda tapi jiwa sudah tua. Anak SMA mana yang hobinya baca berita," balas Gavin pada Max.
Max hanya menatap datar Gavin malas meladeni nya.
"Ikut aku ke lantai atas," ujar Max pada Gavin.
Gavin melangkah kan kakinya mengikuti Max menuju lantai atas dengan membawa koper yang entah berisi apa, untuk apa? Tentu saja untuk membicarakan hal penting, dia tidak bisa terlalu tenang walaupun ini adalah rumah Zivanna, bisa saja ada yang mendengar kan pembicaraan mereka. Kehadiran Gavin disini saja sebenarnya sudah sangat mencurigakan jika musuh mengetahui nya.
"Jadi untuk apa kau kemari?," tanya Max pada Gavin.
"Aku mau memberitahu mu tentang perkembangan killer Crow. Saat ini anggota sudah mulai bertambah ratusan orang, tentu saja aku sudah menyeleksi mereka semua, tinggal melatih mereka saja agar menjadi lebih kuat," ujar Gavin, perekrutan anggota Killer Crow tidak sembarangan dilakukan, dan harus melewati proses yang sulit agar bisa di terima masuk.
"Oh ya, yang permintaan mu untuk menyeleksi kembali para pelayan di mansion mu sudah Jeremy lakukan. Dan yaa dugaan mu benar, ada 2 orang penghianat dan 3 orang mata mata disana, mereka sudah di tahan di penjara bawah tanah mansion, apa yang harus dilakukan pada mereka selanjutnya?," lanjut Gavin bertanya pada Max.
Ekspresi Max berubah dingin mendengar nya, apakah menurut mereka tempat tinggal seorang Galileo bisa dimasuki seenaknya?. Sejak raganya dinyatakan tewas, ternyata banyak orang yang menganggap enteng, sampai sampai berani berkhianat dan menyusup ke tempat tinggalnya.
"Besok aku akan kesana," ujar max singkat, yang tentu saja dimengerti oleh Gavin, dia tau max bukan hanya untuk berkunjung ke mansion nya, tetapi juga untuk mengunjungi para tikus yang membuat nya marah.
"Baiklah... dan satu lagi, kegiatan aktif killer Crow seperti nya sudah mulai di curigai oleh Scorpions, jadi mungkin perekrutan anggota akan dihentikan sementara untuk meminimalisir adanya penyusupan," ujar Gavin pada Max, yang diangguki setuju oleh Max.
Klan Scorpions benar benar tidak bisa di Pandang sebelah mata saat ini, karena posisi mafia nomor 1 paling ditakuti dan berpengaruh di negara ini sudah mereka rebut dari killer Crow pada awalnya. Jadi untuk saat ini killer Crow hanya bergerak secara tersembunyi dan diam diam mengumpulkan kekuatan besar untuk melawan musuhnya.
"Baiklah, hanya itu yang ingin ku sampaikan padamu Leo, kalau begitu aku pergi dulu, nanti aku akan berkunjung lagi lain kali," pamit Gavin pada Max dengan kikikan penuh arti.
Max hanya mendengus melihat Gavin, kenapa dia harus ke rumahnya hanya untuk membicarakan ini, padahal bisa saja lewat telepon, tetapi memang dasarnya sifat Gavin suka menjahili Max, dia merepotkan diri nya sendiri untuk melihat wajah kesal Max.
"Dan ini berkas berkas yang perlu kau periksa, dah~" ujar Gavin melenggang pergi setelah memberikan koper yang berisi beberapa dokumen penting.
Setelah keadaan rumah sunyi max menghela nafas, menyandarkan tubuhnya pada sofa dan menengadahkan kepalanya menatap langit langit rumahnya.
"Akhirnya sebuah ketenangan," gumam lirih Max.
Saat keheningan itu telepon Max tiba tiba berdering, Disana tertera nomor yang memanggil nya adalah mamanya Zivanna.
Max dengan cepat mengangkatnya.
"Hallo ma, ada apa?," tanya Max.
'Hallo sayang, Tidak ada apa apa, mama hanya kangen sama Max dan memastikan kamu baik baik saja, apa Max sudah makan siang?,' tanya Zivanna di seberang telepon.
"Aku baik baik saja mam, dan ini memang Max mau turun ke bawah buat makan siang, mama sehat disana?," tanya Max pada Zivanna.
"Hufftt mama baik baik saja Max, tapi memang ada sesuatu hal yang sedikit mengganggu Mama," ujar Zivanna yang membuat Max menautkan alisnya.
"Apa Mam?," tanya Max.
'Semalam ada telepon dari asisten dari pemilik Xanders group Max...' Ujar Zivanna yang membuat raut wajah Max mendingan, untuk apa Xanders group menghubungi Mamanya?
"Untuk apa mereka menghubungi Mama?"
'katanya sih untuk membicarakan tentang bisnis, mama juga belum tau... asisten itu berkata untuk menemui bosnya besok di restoran Rosewood, dan sepertinya mereka tidak ingin dibantah,'
'Dan Max tau sendiri kan urusan di tempat mama saat ini juga penting, jadi Mama bingung harus gimana... bagaimanapun Xanders group adalah perusahaan besar yang lebih berkuasa dari Pradipta group,' lanjut Zivanna.
Max mendengus kasar mendengar nya, pria tua itu benar benar sumber masalah terbesar dalam hidupnya, dan kini dia melibatkan Mamanya juga?, tidak bisa dibiarkan.
"Begini saja, bagaimana jika aku saja yang menemui Jordan Xanders ma?" Ujar Max pada Zivanna.
'Ehh kamu tidak boleh memanggil orang tua langsung dengan namanya Max, itu tidak sopan, dan memangnya Max mengerti tentang bisnis?, dia adalah orang besar yang tidak bisa dianggap remeh Max' ujar Zivanna pada Max.
Max hanya menghela nafas pasrah.
"Iya mam, Max mengerti sedikit tentang bisnis, dan aku Disana mungkin hanya untuk menemui jo- pak Jordan saja, dan memberitahukan padanya jika Mama belum bisa bertemu dengannya, itu lebih baik kan daripada tidak ada yang datang sama sekali," ujar Max dengan wajah sebal, karena memanggil Jordan dengan sebutan 'pak'
'Hmm baiklah kalau begitu, tapi Max harus tetap menjaga kesopanan nya ya, mama tidak mau jika Max mendapatkan masalah karena menyinggung nya' ingat Zivanna pada Max, dia percaya pada Max karena putranya adalah anak yang cerdas dan pandai mengetahui situasi.
'Kalau begitu Mama tutup teleponnya ya, jangan lupa besok pertemuan nya jam 10 pagi di restoran Rosewood, Max makan sekarang gih, pokoknya tidak boleh telat makan, nanti sakit,' ujar Zivanna pada Max.
"Hmm iya Mam," jawab Max, Lalu panggilan pun berakhir.
Max menatap tajam kedepan, memikirkan apa rencana tua Bangka itu hendak berbisnis dengan Mamanya, dan juga tiba tiba mengajak pertemuan pribadi?, benar benar mencurigakan dia harus menyelidiki nya.
.
.
.
.
.
.
.