NovelToon NovelToon
LOVE IS BEAUTIFUL PAIN

LOVE IS BEAUTIFUL PAIN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Playboy / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Murni / Angst
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Withlove9897_1

Tidak semua cinta terasa indah, ada kalanya cinta terasa begitu menyakitkan, apalagi jika kau mencintai sahabatmu sendiri tanpa adanya sebuah kepastian, tentang perasaan sepihak yang dirasakan Melody pada sahabatnya Kaal, akan kah kisah cinta keduanya berlabuh ataukah berakhir rapuh

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Withlove9897_1, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hate Side Story 009

...***...

Kaal Vairav tidak pernah membayangkan kejadian seperti ini akan terjadi di hidupnya.

Mendapati Melody Senja berada di kungkungan kedua lengannya dengan mata sayu, nafas terengah serta rambut berantakan yang jatuh ke atas bantal.

Kaal bahkan belum bisa berhenti untuk mencium Melody. Melumat bibir lembut itu sedikit kasar hingga menyusupkan lidahnya untuk mengecap Melody lebih banyak lagi.

Setidaknya, Kaal sudah hilang ingatan. Ia sudah melupakan rasa tidak nyaman dari celananya yang masih basah atau keraguan dalam dirinya semenjak Melody mengatakan bahwa gadis pujaan hatinya itu memiliki keinginan yang sama.

"Eungh Kaal ahh." Melody melenguh diantara desahannya, terkejut ketika lidah Kaal berpindah ke lehernya.

Suara gadis pujaan hatinya itu terhantar seperti sebuah melodi di telinga Kaal. Ia menggigit leher Melody kuat, menahan geraman yang sudah mencapai tenggorokannya.

Kaal pikir akal sehatnya sudah terbengkalai pada detik itu. Bahkan dengan keadaan masih berbalut pakaian, seluruh tubuhnya serasa remuk karena dekap tubuh Melody yang lekat.

"Ahh Kaal..."

Kaal merasakan kulitnya terasa terbakar setiap kali gadis pujaan hatinya itu mendesahkan namanya, atau memekik kecil ketika ia menggigit bagian tertentu.

Kaal mengambil nafas panjang. Memasukkan oksigen ke dalam otaknya agar ia bisa berpikir jernih.

Kaal kemudian menatap Melody yang sedikit bingung karena ia mendadak diam.

Kaal tidak bisa melakukan ini. Ini terlalu banyak untuknya, ia tidak bisa menerima lebih dari ini.

Kaal jatuh bersimpuh—menunduk menyalahkan dirinya sendiri. Ia tidak mempercayai ia hampir kehilangan kendali.

Sementara, Melody duduk di hadapannya dengan ekspresi khawatir. Menunggu Kaal menjelaskan apa yang membuatnya berhenti.

"Melody aku tidak bisa, kau—" Kaal memulai sambil mengusap pipi Melody menggunakan ibu jarinya.

"Kau berarti segalanya bagiku. Aku tidak ingin tindakan tanpa pikir panjang kali ini menghancurkan ikatan yang telah kita miliki."

Melody mengerutkan kening, seolah apa yang Kaal katakan barusan merupakan suatu hal yang tidak masuk akal.

"Apa kau melihatku mundur barang sedikitpun?" Melody meraih tangan Kaal, lalu menggenggamnya erat.

"Jika bukan denganmu, aku tidak ingin melakukan ini dengan siapapun lagi."

Kaal terdiam. Melihat sosok gadis cantik yang begitu sempurna itu mengucapkan kalimat yang membuat hatinya haru.

Kaal merasa berharga. Ia merasa dunia bukan lagi tempat yang buruk untuk hidup. Dan ia merasa beruntung menemukan Melody di tengah lautan manusia yang mengelilinginya.

Kaal bergerak mendekat, merengkuh Melody ke dadanya. Ia mencium rambut gadis itu beberapa kali sebelum bibir mereka kembali bertaut bersama hasrat yang lebih menggebu.

Kaal membuka pakaian Melody perlahan, meminum banyak-banyak Melody yang bersemu karena tindakannya.

Ia segera mencium tiap bagian tubuh Melody yang terbuka, menyapukan lidahnya perlahan demi meraup desahan gadis itu lebih keras lagi ke telinganya.

Tangan kikuk Melody kini menggantung di ujung kaus Kaal, seakan meminta permisi.

"Bukalah..."

Kaal tersenyum seraya memandu Melody untuk menanggalkan pakaiannya.

Lubang leher kaus yang terlalu kecil untuk Kaal membuat pekerjaan itu terhambat, hingga Melody harus menyentakkan pakaiannya agar lepas dari tubuh lelaki itu.

Mereka berdua tertawa ketika Melody akhirnya berhasil.

Namun tawa itu segera redup ketika mata Melody beranjak turun menelusuri dada Kaal yang telanjang.

Dengan sedikit gemetar Melody menjelajahi dada sampai perut Kaal.

"Shh... Melody" Kaal mendesis merasakan perbedaan suhu di antara kulit mereka, juga sensasi sentuhan malu-malu Melody pada tubuhnya.

Kaal menahan pergelangan tangan Melody. Menghimpit gadis itu hingga bertemu kepala ranjang, kemudian memanfaatkan waktu sebisa mungkin untuk memuja keindahan Melody dengan bibirnya.

Setelah memastikan bahwa ia telah meninggalkan cukup banyak jejak di sekujur tubuh gadis pujaan hatinya itu, nafas Kaal berubah memburu.

"Melody, apa kau ingin berhenti?" Kaal bertanya untuk meyakinkan gadis itu—dan dirinya sendiri bahwa Melody Senja-nya itu masih menginginkan ini.

"Tidak Kaal.... lanjutkan" Melody menggeleng sementara Kaal menggumam mengerti. Ia menjilat bibir sekilas, selagi tangannya bermain di tepi celana dalam Melody.

Seakan menangkap keresahan Kaal, Melody menyibak rambut Kaal yang sudah setengah kering untuk mempertemukan mata mereka.

"Jangan ragu Kaal."

Mereka bertukar ciuman sekali lagi sebelum seluruh penghalang di antara mereka lenyap.

Keduanya bersitatap. Saling mengagumi tanpa kata—hanya lewat mata, lewat sentuhan yang beralih semakin turun, terus turun, hingga ke pusat hasrat mereka.

Melody memejamkan mata kuat ketika tangan Kaal yang menyentuh miliknya mulai berani menggerakannya.

Jemari Melody yang bebas mengerut di lengan Kaal, tidak menduga bahwa sentuh sesederhana itu dapat menghapus isi kepalanya.

"Ahh Kaal nghh" mendengar desahan gadis itu tentu saja membuat Kaal terus melakukan gerakan yang sama berulang-ulang agar ia bisa mendengarnya lagi

Kaal masih terus memainkan miliknya membuat Melody melepaskan cengkramannya pada milik Kaal.

Punggungnya melengkung merasakan ketika sesuatu yang hangat berkumpul di bagian bawah tubuhnya.

"Berhenti!" Melody menahan tangan Kaal.

Kaal refleks melompat ke belakang, terperanjat mendengar pekikan panik Melody.

"Apa aku menyakitimu?"

Melody mengatur nafas sejenak, dadanya naik turun sementara kedua pipinya merah matang.

"Tidak, hanya saja, um—" gadis itu membetulkan posisi duduknya, kemudian menunjuk ke bawah tempat tidur.

Kaal yang diliputi rasa bingung tetap menuruti perintah gadis itu. Ia melongok ke bawah tempat tidur, menemukan satu kotak sepatu yang berisi—

Oh, tuhan.

"Kau—Kau mempersiapkan ini?" kali ini giliran Kaal yang bersemu memperkirakan bagaimana wajah gadis itu ketika membeli barang-barang di dalam kotak sepatu itu.

"J-Jangan menanyakan hal itu, aku malu." Jawab Melody yang tersipu.

Kaal tergelak kecil sambil menanamkan satu ciuman di ujung hidung gadis itu untuk mengusir rasa malu gadis itu.

Tetapi sebaliknya, Melody justru tersipu kian merah—dan jauh lebih merah lagi, ketika Kaal mulai melumuri jarinya menggunakan gel yang telah dipersiapkan Melody.

Kaal meraih pinggang Melody, membaringkan gadis pujaan hatinya itu kembali ke atas ranjang. Ia belum juga menyudahi tawanya melihat Melody yang masih gelisah.

"Berhenti tertawa Kaal, kau membuatku malu" Melody menggumam gusar.

Kaal seketika menjatuhkan kepalanya ke dada Melody, bahunya berguncang pelan karena situasi yang tengah ia hadapi.

"Kau sungguh bisa membuatku mati jika terus bersikap seperti ini."

Melody memberengut, mencoba mendorong Kaal menjauh. Namun Kaal menahan tubuhnya, tidak terpengaruh sedikitpun dengan usaha Melody.

Telunjuknya kini bersiap untuk masuk ke dalam Melody selagi gadis itu lengah.

Melody terkesiap begitu jari pertama Kaal masuk seutuhnya. gadis itu memukul lengan Kaal, matanya membelalak lebar sebab Kaal tidak memberi isyarat apapun.

"Ahh... ahh... ahh" Tetapi setelahnya, hanya suara desahan yang keluar dari mulut Melody.

Kaal menggerakkan jarinya perlahan sembari memperhatikan perubahan mimik Melody.

Ia ingin memastikan bahwa Melody tidak merasakan sakit. Kaal menunggu hingga kerutan di kening Melody pudar sebelum memasukkan jari keduanya.

"ahh Kaal" Kaal mencengkram bahunya kuat, kuku gadis itu sudah dapat dipastikan akan meninggalkan bekas hingga beberapa hari, namun Kaal tidak peduli.

Perhatiannya terpusat penuh kepada Melody, dan hanya Melody.

Kaal menyeka peluh di pelipis Melody, rasa khawatir kembali menghantuinya.

"Haruskah aku berhenti?"

"Eungh~..."Melody melenguh—entah karena Kaal menekan titik yang tepat atau karena pertanyaan serupa yang terus ia utarakan.

Gadis itu mencoba membuka mata kemudian berucap serak

"Lanjutkan... kumohon"

...TBC...

1
Mimin Mimin
update lagi
Withlove9897_1: hari ini update kok🙂‍↔️🙂‍↔️🫠🫠🫠
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!