Kelanjutan Novel 'Sepucuk Surat'
Khusus menceritakan kisah kakak Ifa, putri pertama Farel dan Sinta. Namun, Alurnya akan Author ambil dari kisah nyata kehidupan seseorang dan di bumbui pandangan Author untuk menghiasi jalan cerita.
Semoga kalian suka ya🥰🥰
------------------------
"Haruskah aku mengutuk takdir yang tak pernah adil?"
Adiba Hanifa Khanza, Seorang gadis tomboy tapi penurut. Selalu mendengarkan setiap perkataan kedua orang tuanya. Tumbuh di lingkungan penuh kasih dan cinta. Namun, perjalanan kehidupan nya tak seindah yang di bayangkan.
"Aku pikir menikah dengannya adalah pilihan yang terbaik. Laki-laki Sholeh dengan pemahaman agama yang bagus tapi ..., dia adalah iblis berwujud manusia."
Mampu kan Ifa bertahan dalam siksa batin yang ia terima. Atau melepas semua belenggu kesakitan itu?
"Kenapa lagi, kau menguji ku Tuhan?"
Ikutin kisahnya yuk, jangan sampai ketinggalan.
Salam sapa Author di IG @Rahmaqolayuby dan Tiktok @Rahmaqolayuby0110
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rahma qolayuby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 Saya ingin menikahi, kamu.
Ifa kali ini, begitu semangat mengerjakan pekerjaan nya. Bahkan Ifa tak kenal lelah sama sekali.
Kini, Ifa tak perlu khawatir lagi untuk mencari investor untuk perusahaan. Karena M.K grup sudah cukup untuk menyeimbangkan perusahaan.
Ifa tak akan melangkah terlalu jauh. Keadaan begini saja sudah membuat Ifa aman.
Ifa akan semakin semangat agar perusahaan tetap berdiri. Jika ada kesempatan Ifa ingin mengembalikan perusahaan pada masa jayanya. Walau itu mustahil tapi Ifa tetap akan berusaha semampu yang Ifa bisa.
Namun, yang Ifa bingung kan kenapa tuan Davit sering bertemu dengan Abi Farel. Ifa tak akan memusingkan itu.
Ifa akan fokus akan kerjaannya. Apalagi, memang Abi Farel tak mengatakan apapun.
Ifa tak ingin memikirkan kenapa tuan Davit sering bertemu Abi Farel. Yang Ifa pikirkan saat ini bagaimana kembali mengembalikan nama besar perusahaan agar tetap di percaya.
Melihat ada secercah keceriaan di wajah Ifa membuat semua keluarga sangat bahagia. Terutama Harfa. Harfa sangat senang sekali.
Ifa mulai kembali lagi pada Ifa yang dulu.
Ummah Sinta dan Abi Farel menatap kedua putrinya yang saling berebut makan. Suasana mulai nampak hangat kembali. Beberapa hari ini.
"Ummah, Abi. Mungkin, aku pulang agak telat lagi."
Ucap Harfa setelah selesai sarapannya.
"Iya, jaga diri baik-baik."
"Siap."
Harfa berangkat duluan karena ada operasi pagi. Tak lama di susul Ifa berangkat ke kantor.
Abi Farel menatap ummah Sinta. Helaan nafas terdengar jelas. Sejak tadi Abi Farel ingin bicara namun ia takut akan menyinggung hati Ifa.
"Jangan gegabah, bi. Putri kita baru saja bisa tersenyum kembali. Jangan sampai niat baik ini membuat kakak Ifa tersinggung."
"Ya, dan Abi pun bingung memulainya dari mana."
"Sudah jangan terlalu di pikirkan. Kesehatan Abi nanti menurun lagi."
Sudah lama memang Abi Farel mengidam penyakit ginjal dan jantung turunan dari sang ibu. Hingga mengharuskan Abi Farel berdiam di rumah. Tidak boleh kecapean dan istirahat total.
Hingga membuat Ifa harus menanggung beban perusahaan sendirian.
....
Ifa memarkirkan mobilnya yang sudah selesai di perbaiki.
Ifa keluar dari mobil, berjalan masuk kedalam kantor.
Suasana kantor nampak terlihat sepi, karena Ifa datang kepagian. Ifa sengaja menang datang lebih awal karena ada banyak berkas yang kemaren belum terselesaikan.
Ada sebagian OB yang sedang mengerjakan pekerjaan nya.
Ifa menyimpan tas, di atas meja. Duduk tenang di kursi kebesaran ya.
Sepuluh tahun sudah Ifa menduduki kekuasaan di perusahaan. Sejak Ifa berumur dua puluh tahun. Saat itu Ifa masih kuliah dan mulai di tuntut bekerja karena kesehatan Abi Farel.
Lika-liku kehidupan telah Ifa lewati sampai di titik ini. Nyatanya Ifa bisa melewati semuanya. Ifa berharap, hatinya tetap kuat.
Tak ingin menjadi orang lemah membuat Ifa harus melawan dan menekan ego sendirian. Tidaklah mudah hal yang Ifa jalani. Namun, itulah kehidupan yang mesti Ifa lewati.
Wanita yang Allah pilih akan jalan itu. Karena Allah tahu Ifa mampu.
Kini usia Ifa sudah menginjak tiga puluh tahun. Dengan status janda. Di tinggal pula sang anak.
Sungguh, kehidupan yang menyedihkan sekali. Tapi, Ifa selalu bersyukur atas apapun. Sabar menghadapi segala cobaan itulah yang membuat Ifa kuat.
Namun, siapa yang tahu hati seseorang.
Semua rasa Ifa simpan rapi dalam hatinya. Ifa tak ingin, kedua orang tuanya cemas akan dirinya.
"Alhamdulillah."
Akhirnya, tumpukan berkas yang selalu menjadi pajangan meja kerja Ifa, baru selesai di kerjakan.
Ifa merasa lega dan senang sekali. Berkat bantuan M.K grup perusahaan nya kembali stabil.
Namun, yang tak pernah Ifa tahu. Ada sebuah niat yang terselubung di dalamnya. Itulah kenapa Ifa terlalu naif akan melakukan sesuatu.
Selalu menganggap semua orang baik. Seolah tak ada keburukan sama sekali.
Tok .. Tok ...
Ketukan pintu membuat Ifa menoleh.
"Masuk."
Mawar mendorong pintu ketika Ifa sudah mengizinkan.
"Maaf nona menggangu, ada tuan Davit ingin bertemu nona."
Ifa mengerutkan kening merasa bingung. Perasaan di antara mereka tidak ada janji sebelumnya.
Ifa ingin menolak namun, ucapan Mawar membuat Ifa terdiam.
"Katanya ada sesuatu yang mau di bahas dengan nona."
Kebingungan Ifa semakin menjadi. Ifa memang orang yang tak akan menerima tamu jika tak ada janji walau itu dengan rekan kerjanya sendiri.
Ifa selalu profesional dalam melakukan apapun.
"Apa ada masalah dengan proyek?"
"Kurang tahu, nona."
Ifa menghela nafas berat. Ifa sedikit tak suka. Karena tuan Davit tidak memberitahu terlebih dahulu.
Siapa yang tak suka jika tiba-tiba datang tanpa membuat janji. Jika tentang sebuah pekerjaan harusnya tuan Davit tahu. Terkecuali jika masalah pribadi. Tapi, tetap Ifa tak suka.
"Bawa dia masuk, dan tolong bawakan minum untuk kami."
"Baik, nona."
Ifa terpaksa menerima kedatangan tuan Davit. Karena merasa penasaran juga. Apa yang membuat tuan Davit datang bahkan tanpa dengan asistennya.
Keadaan yang sangat langka bukan. Mengingat tuan Davit adalah orang yang tertutup. Kenapa repot-repot datang ingin menemui Ifa.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, silahkan masuk, tuan."
Jawab Ifa mempersilahkan tuan Davit masuk kedalam ruangannya.
Ifa menekan sebuah remote kontrol di mana tirai-tirai yang ada di ruangan Ifa terbuka otomatis.
Ifa memang seperti itu. Jika membawa tamu keruangannya maka Ifa akan membuka semua tirai. Agar semua orang bisa melihat walau tak bisa mendengar. Ifa hanya tak mau menjadi fitnah saja jika satu ruangan dengan laki-laki.
Berbeda ketika Ifa dengan Mikail. Mungkin, karena Mikail sudah seperti adik bagi Ifa.
"Saya merasa terhormat akan kedatangan anda. Tapi, apa yang membuat anda datang tanpa di dampingi tuan Andika? Apa ada sesuatu yang mendesak?"
Tanya Ifa angkat bicara. Ifa memang bukan orang yang suka basa-basi.
Tuan Davit tersenyum tipis, menyukai gaya bicara Ifa. Jika tentang pekerjaan Ifa begitu tegas dan terlihat anggun.
"Tidak ada."
"Lalu!"
"Tidak ada."
Ifa nampak kesal akan jawaban tuan Davit. Andai tuan Davit bukan pemilik perusahaan M.K grup. Mungkin, Ifa sudah mengusirnya keluar. Ifa masih bisa sabar, menunggu, apa sebenarnya niat tuan Davit.
Ifa masih menghormati karena tuan Davit partner kerjanya. Dan Ifa juga harus sedikit hati-hati. Seperti nya ada sesuatu niat yang terselubung.
"Anda ternyata tidak profesional. Ternyata rumor tentang anda semuanya palsu."
Tuan Davit malah terkekeh. Entah kenapa sangat suka akan sikap Ifa. Sangat berbeda balik ketika pertemuan mereka. Ifa terlihat ramah dan sopan.
Kali ini, Ifa terlihat tegas, dan anggun. Sungguh, sikap yang sangat berbanding.
"Menurut kamu, kenapa saya membuang-buang waktu datang ke sini?"
Ifa semakin jengkel. Kenapa malah bertanya pada Ifa. Mana Ifa tahu.
"Boleh anda katakan langsung. Saya tak punya banyak waktu."
"Saya ingin kamu ..., menjadi istri saya."
Prang ....
Gelas yang Mawar bawa terjatuh begitu saja saking terkejutnya akan ucapan tuan Davit barusan.
Mulut Ifa menganga, dengan mata yang membulat sempurna. Namun, Ifa dengan cepat menguasai diri. Ifa menatap Mawar yang gemetar.
"Biarkan saja, kamu boleh keluar."
Perintah Ifa pada Mawar. Ifa membiarkan minuman untuk mereka berserakan. Tak peduli apa tanggapan tuan Davit. Karena saat ini Ifa ingin memperjelas pendengarannya.
"Bisa anda ulang lagi, tuan Davit?"
Tekan Ifa masih terkejut. Namun, Ifa ingin memastikannya jika pendengarannya tak salah.
"Saya ingin menikahi, kamu."
Deg!
Bersambung ..
Walau ini kisah nyata. Tapi, Author buat beberapa bagian alur yang berbeda agar ceritanya tak langsung klimaks.
Tinggalkan jejak yang banyak ...
Jangan lupa Like, Hadiah, komen dan Vote Terimakasih ...
Datang untuk nya...