Seorang laki laki yang bekerja produser musik yang memutuskan untuk berhenti dari dunia musik dan memilih untuk menjalani sisa hidupnya di negara asalnya. dalam perjalanan hidupnya, dia tidak sengaja bertemu dengan seorang perempuan yang merupakan seorang penyanyi. wanita tersebut berjuang untuk menjadi seorang diva namun tanpa skandal apapun. namun dalam perjalanannya dimendapatkan banyak masalah yang mengakibatkan dia harus bekerjasama dengan produser tersebut. diawal pertemuan mereka sesuatu fakta mengejutkan terjadi, serta kesalahpahaman yang terjadi dalam kebersamaan mereka. namun lambat laun, kebersamaan mereka menumbuhkan benih cinta dari dalam hati mereka. saat mereka mulai bersama, satu persatu fakta dari mereka terbongkar. apakah mereka akan bersama atau mereka akan berpisah??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Hartzelnut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep. 29
*****
Natalia dan Brian akhirnya sampai di studio rekaman setelah perjalanan yang panjang dalam suasana yang hening. Begitu mobil berhenti, "Cklek...," pintu mobil dibuka oleh Natalia. Dia menoleh ke arah Brian yang duduk diam di kursi pengemudi, "Terima kasih sudah mengantarku, Brian," katanya dengan suara pelan namun tulus. Dia mencoba mencari pandangan dari Brian, namun seperti biasa, ekspresinya tetap dingin.
Brian hanya menanggapi dengan anggukan kecil tanpa berkata apa-apa, sambil menatap lurus ke depan. "Srrrtt...," suara angin keluar saat Natalia menarik napas panjang, sedikit canggung dan tegang, lalu ia keluar dari mobil. "Buk, buk...," suaranya melangkah cepat di atas lantai paving menuju pintu masuk studio.
Ketika hendak masuk ke dalam studio, langkahnya tiba-tiba terhenti. "Tap, tap...," suara langkah kaki seseorang mendekat. Natalia mendongak, dan di depannya berdiri seorang pria yang sangat dikenalnya, Yang Lei.
"Natalia," Yang Lei menyapa, nada suaranya canggung namun penuh harap. Natalia merasa sedikit tegang, "Hah...Diai?" pikirnya dalam hati. Namun, dia berusaha menjaga ekspresi profesionalnya. "Hai.. Yang," balasnya sambil tersenyum tipis, berusaha secepat mungkin menyelesaikan pertemuan ini.
"Srrtt...," Natalia menarik nafas dan bersiap untuk masuk ke studio, namun tiba-tiba dia merasakan sesuatu di pergelangan tangannya. "Cklek!" Yang Lei meraih tangannya dengan cepat, menahannya. Natalia terkejut, tubuhnya berputar untuk melihat Yang Lei. "Apakah dia ada jadwal rekaman juga?" pikir Natalia, matanya membelalak sedikit.
"Tunggu....., aku... aku ingin bicara denganmu," kata Yang Lei dengan nada memohon, tangannya masih erat menggenggam tangan Natalia. Perasaannya tampak mendesak, tatapannya dipenuhi dengan emosi yang sulit dibaca. "Aku.... aku sungguh ingin kembali, Nat." lanjutnya, suaranya bergetar sedikit. "Glek..." suara napasnya terdengar berat.
Natalia diam sejenak, kaget dengan permintaan yang tak disangka-sangka ini. "Yang, ini bukan saat yang tepat," balasnya cepat, suaranya sedikit gemetar. Dia mencoba menarik tangannya dari genggaman Yang Lei, namun pria itu menahannya lebih erat. "Srrrtt...," tarikan tangannya yang kuat membuat situasinya semakin canggung. "AKu mohon lepaskan!" kata Natalia dengan nada tegas, meskipun hatinya berdebar kencang.
Di dalam mobil, Brian tetap diam memperhatikan dari kejauhan. "Laki laki itu?" pikir Brian dalam hati, tatapannya tertuju tajam pada adegan di luar. Dia melihat Yang Lei memegang tangan Natalia, ekspresinya langsung berubah. "Klik..." Brian membuka pintu mobilnya dengan suara tajam, lalu keluar dengan langkah cepat menuju mereka. "Tap, tap, tap...," sepatu Brian menghantam tanah dengan ritme tegas.
Ketika Natalia berbalik badan untuk berhadapan dengan Yang Lei, tiba-tiba sebuah tangan kuat meraih lengan Yang Lei. "Gek!" suara sentakan terdengar saat Brian menarik tangan Yang Lei dari genggaman Natalia.
"Lepaskan," kata Brian dengan nada dingin, tatapannya penuh amarah, matanya tajam menusuk. Tangan kanannya masih menggenggam lengan Yang Lei dengan kuat. Yang Lei terkejut melihat pria asing ini. "Siapa dia?" pikirnya dengan kebingungan yang jelas terlihat di wajahnya.
Brian tidak memberi kesempatan untuk tanya jawab. Dia melepaskan tangan Natalia dari Yang Lei dengan tegas, lalu menatap Natalia dengan serius. "Masuk," katanya pendek, tanpa basa-basi. "Jangan ganggu dia lagi." suaranya rendah namun penuh otoritas. Mata Natalia bertemu dengan tatapan tajam Brian, dia terkejut, merasa terlindungi namun sekaligus bingung.
Yang Lei tertegun, masih dalam keadaan kaget dengan kehadiran Brian yang tiba-tiba. "Siapa kamu sebenarnya? Kenapa kamu ikut campur?" tanyanya dengan nada kesal dan bingung, suaranya sedikit bergetar. Matanya menyelidik Brian, mencoba memahami situasi.
Namun Brian tidak menggubris pertanyaan Yang Lei. Tanpa berkata apa-apa, dia memutar tubuhnya dengan tenang dan berjalan masuk ke studio, meninggalkan Yang Lei yang masih terpana. "Plak, plak...," suara langkah sepatu Brian terdengar tegas di lantai.
Natalia pun terdiam sejenak, masih mencoba memproses apa yang terjadi. "kenapa dia tiba tiba ikut campur lagi....." pikirnya dalam hati sambil menatap punggung Brian yang perlahan menjauh. Ia kemudian melirik ke arah Yang Lei yang tampak frustasi, tatapan matanya masih tertuju pada Brian dengan penuh tanda tanya.
*****
Natalia masuk ke dalam studio dengan langkah ringan namun penuh ketegangan. "Plak, plak...," bunyi langkahnya terdengar di lantai saat ia melangkah masuk. Beberapa karyawan studio langsung menyapanya, "Selamat datang, Natalia!" sambut mereka dengan antusias.
"Selamat pagi," balas Natalia sambil tersenyum lembut, "Eh, selamat pagi," lanjutnya saat berpapasan dengan pimpinan studio. "Selamat datang, Natalia. Apa kabar?" kata pimpinan studio sambil tersenyum ramah.
"Baik," jawab Natalia dengan sopan, meski dalam hatinya masih ada sedikit kegelisahan dari pertemuan dengan Yang Lei sebelumnya.
Tak lama setelah Natalia masuk, pintu studio kembali terbuka. "Kretek...," terdengar suara pintu yang terbuka saat Brian melangkah masuk dengan langkah tenang, seolah tak terpengaruh dengan keadaan di sekitarnya. Beberapa karyawan perempuan langsung melirik ke arah Brian, dan desahan halus terdengar di antara mereka.
"Siapa dia?" salah seorang karyawan perempuan berbisik kepada temannya, matanya tidak bisa lepas dari Brian. "Gila, ganteng banget," bisik lainnya dengan suara tertahan, menutupi kekagumannya. Mereka semua terpana oleh aura dingin tapi menawan dari Brian.
Natalia yang menyadari situasi tersebut mulai panik. "Oh tidak... kenapa kenapa dia ikut masuk?" pikirnya dengan hati berdebar. Dia bisa merasakan beberapa tatapan tertuju padanya dan Brian, dan ekspresinya mulai berubah. Dia berusaha menutupi rasa malunya, tapi senyum tipisnya tidak bisa menyembunyikan kegugupannya.
Brian, dengan langkah santai namun penuh kepercayaan diri, berhenti tepat di sebelah Natalia. Pimpinan studio memperhatikan keduanya dengan cermat, alisnya sedikit terangkat. "Natalia," katanya, "Apakah dia pacarmu?" pertanyaan itu dilontarkan dengan nada menggoda, seakan mencoba mencairkan suasana.
"Eh...," Natalia terkejut, matanya membelalak sedikit. "Pacar?!" pikirnya panik dalam hati. Sementara itu, Brian tetap berdiri di sebelahnya dengan wajah datar, tatapannya lurus ke depan, tanpa sedikit pun menunjukkan reaksi.
Natalia melirik ke arah Brian, berharap mendapatkan petunjuk, namun pria itu sama sekali tidak memberikan ekspresi apapun. "Aku harus jawab apa ini?" pikir Natalia dengan rasa bingung yang semakin mendalam. Setelah beberapa detik yang terasa seperti selamanya, dia akhirnya berkata dengan nada sedikit gugup, "Oh, bukan... dia, um, manajer pengganti sementara," jawab Natalia cepat, senyumnya agak kikuk, "Iya... manajer pengganti sementara.... kebetulan Manajer Lu sedang ada urusan penting, jadi dia tidak bisa mengantarku hari ini."
"Ah, begitu," pimpinan studio mengangguk, "Aku kira dia pacarmu," katanya sambil tertawa kecil, namun akhirnya semua orang di ruangan itu memahami penjelasan Natalia.
Sementara itu, seorang karyawan perempuan mendekati Brian, di tangannya ada segelas minuman dingin. "Ini, silakan diminum," katanya dengan senyum manis, matanya berbinar penuh harap. Namun, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Brian melirik sekilas ke arah gelas tersebut, lalu dengan tenang berjalan melewati karyawan itu, tanpa mengambil minuman yang ditawarkan.
"Srek...," bunyi langkah kakinya yang mantap, membuat suasana di ruangan terasa lebih hening. Para karyawan terkejut dengan sikap dingin Brian, dan gadis yang membawa minuman itu terlihat sangat malu, wajahnya memerah.
Melihat situasi yang tidak nyaman, Natalia cepat-cepat maju ke depan. "Maaf ya, dia masih malu," katanya sambil mengambil gelas dari tangan si karyawan, berusaha meredakan suasana, "Terima kasih." Natalia tersenyum lembut, mencoba memperbaiki kesan buruk yang mungkin ditinggalkan Brian. Karyawan itu mengangguk kecil, meski masih tampak malu.
"Fiuh..." Natalia menarik napas lega dalam hati, merasa sedikit lebih tenang setelah meredakan situasi. "bersikaplah sopan?" bisik natalia ke brian sambil melirik sekilas ke arah Brian yang sudah duduk di sudut ruangan dengan sikap tenang namun dingin.
Namun, sejenak kemudian dia menarik napas panjang lagi, menenangkan dirinya sendiri, dan berusaha fokus pada tugas rekamannya hari ini.
*****