Namaku Lakas, klan vampir dari darah murni, aku adalah seorang bangsawan dari raja vampir terkuat.
Adanya pemilihan pangeran pewaris tahta kerajaan vampir, menjadikanku salah satu kandidat utama sebagai penerus klan vampir darah murni.
Namun, aku harus menemukan cinta sejatiku dibawah cahaya bulan agar aku dapat mewarisi tahta kekaisaran vampir selanjutnya sebagai syarat utama yang telah ditetapkan oleh kaisar vampir untuk menggantikannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 Insting Lakas Bekerja
Tiba-tiba tubuh Lakas berguncang keras saat dia memikirkan Cornelia.
Seluruh lampu diruangan toko daging pecah disebabkan oleh kekuatan hebat dari dalam tubuhnya saat dia sedang bermasalah.
Lakas memegangi dadanya yang terasa nyeri meski sebenarnya dia tidak memiliki jantung lagi.
Bruk !
Lakas jatuh terduduk sembari membungkukkan badannya, mengerang keras saat tubuhnya memancarkan hawa panas yang mencekam.
"Lakas...", panggil Nobel cemas.
Nobel yang melihat perubahan sikap Lakas langsung tanggap, dia membantu sang pangeran untuk bangkit berdiri namun bantuan Nobel langsung ditolak oleh Lakas.
Lakas mendorong pelan tangan Nobel sehingga Nobel merasakan bahwa pangeran vampir itu masih kesal dengannya.
"Menjauhlah dariku...", ucap Lakas.
"Tidak mungkin aku menjauhkan diriku darimu sebab kau sangat membutuhkan diriku", kata Nobel.
"Aku tidak butuh bantuan siapa-siapa lagi", sahut Lakas.
Lakas mencoba bangkit berdiri sembari memegangi bagian dadanya yang terasa sakit.
"Uhk... !?" erangnya kesakitan saat dia menggerakkan badannya.
"Apa kamu tidak apa-apa ?" tanya Nobel yang menghampirinya dengan sangat cemas.
"Ya, aku baik-baik saja", sahut Lakas.
"Biar aku membantumu berdiri !" kata Nobel.
"Tidak, terimakasih", sahut Lakas yang bersikukuh keras untuk bertahan sendirian.
"Apa yang terjadi denganmu ?" tanya Nobel.
"Aku tidak tahu, tiba-tiba saja dadaku terasa nyeri padahal sudah lama aku tidak pernah lagi merasakannya", sahut Lakas.
"Mungkinkah kau sedang memikirkan Cornelia sehingga tubuhmu bereaksi seperti itu", kata Nobel.
"Entahlah, mungkin saja demikian", sahut Lakas.
Lakas terus berusaha berdiri tegak meski dia kesulitan untuk melakukannya.
Nobel yang ada didekatnya, tidak tinggal diam saat melihat keadaan Lakas seperti itu, dia segera membantu pangeran vampir itu untuk berdiri tegak.
"Biar aku bantu kau berdiri, bersandarlah padaku !" kata Nobel.
Kali ini Lakas tidak menolaknya, sebab dia memang kesulitan untuk berdiri tegak sehingga dia perlu bantuan Nobel.
Lakas mengikuti anjuran Nobel yang membantunya berdiri tegak, meski dia terhuyung-huyung karena rasa nyeri yang dia rasakan dalam dadanya semakin hebat.
"Aku harus pergi dan mencari Cornelia secepatnya, sebelum semua terlambat, aku harus segera kembali ke sekolah", kata Lakas.
"Aku saja yang pergi mencarinya, sekarang kondisimu sedang tidak baik-baik sekarang ini", sahut Nobel.
"Kita tidak tahu secara pasti dimana Cornelia berada saat ini, aku merasakan dia dalam keadaan bahaya", kata Lakas.
Mendadak rasa pening menghujam keras kedalam kepala Lakas seperti mengeluarkan bunyi dengung yang sangat hebat disekitar kepalanya.
"Akh... !" teriak Lakas kesakitan.
"Lakas, kau baik-baik saja, ada apa denganmu ?" tanya Nobel semakin merasa cemas.
"Uhk !!!" pekik Lakas sambil memegangi kepalanya yang berdenyut-denyut pening.
"Bertahanlah !" kata Nobel.
"Aaaaakkkkhhh... !" teriak Lakas bertambah kencang.
Nobel yang ada didekatnya terlihat kebingungan, tidak tahu apa yang sedang dialami oleh Lakas saat ini. Dia hanya bisa memandangi ke arah sang pangeran vampir itu dengan cemasnya.
Berusaha membantu tetapi Nobel sendiri tidak mengerti, tindakan apa seharusnya yang dia lakukan saat ini, untuk menolong Lakas yang menderita kesakitan.
"Aaaaaakhhh... !!!" teriakan Lakas semakin kencang.
Sorot matanya berubah merah disertai kilatan-kilatan tajam yang sangat panas dan keluar dari kedua mata Lakas.
Mendadak saja tubuh Lakas terbakar oleh api yang muncul dari dalam tubuhnya lalu memancar kuat disekitarnya.
Kembali terdengar teriakan keras dari arah Lakas yang memecah kesunyian didalam toko itu.
Lakas berdiri dengan tubuh terbakar oleh kobaran api merah seraya menghadap lurus ke arah Nobel yang ada dihadapannya saat ini.
"Cornelia...", panggilnya dengan suara parau sedangkan sorot matanya membias merah.
Sekejap saja, tubuh Lakas telah berpindah tempat dan menghilang dari pandangan Nobel.
Lakas pergi menyusul Cornelia yang jauh darinya.
Nobel yang masih berada didalam ruangan toko daging terdiam, saat dia melihat kehebatan kekuatan elemen api yang dikuasai oleh Lakas muncul dengan sendirinya dan terkendali cepat.
"Fuih... ! Benar-benar sulit untuk menghadapi Lakas, tidak ada yang betah jika harus bersamanya terus-menerus...", kata Nobel.
Nobel mengalihkan pandangannya ke arah luar toko daging yang bangunannya dikelilingi oleh dinding kaca tebal tembus pandang.
Bayangan dirinya tidak terpantul jelas pada kaca toko yang ada didepannya.
Suasana diluar sangat sepi, hanya ada garis kuning yang mengelilingi toko daging ini, menandakan tak seorangpun boleh masuk ke toko ini.
"Apa Lakas berubah seperti itu karena sesuatu telah terjadi pada Cornelia atau dia mengalami hal alami saja ?" ucap Nobel betanya-tanya.
Saat Nobel teringat pada Cornelia, dia lantas tersadar sepenuhnya bahwa Cornelia sedang dalam bahaya.
"Cornelia ???" ucapnya sembari menoleh ke arah kamera pengawas toko.
Sinar merah langsung keluar dari arah kedua mata Nobel yang membakar hangus kamera pengawas yang ada.
"Aku akan mengikuti Lakas secepatnya sebelum terlambat", ucapnya setelah merusak kamera pengawas toko yang ada.
Nobel mengedarkan pandangannya kesekitar ruangan toko.
"Namun kenapa aku tidak menemukan tanda bahaya disini jika ini berkaitan dengan Cornelia", ucapnya penasaran.
Nobel segera bertindak cepat menyusul Lakas yang pergi terlebih dahulu darinya.
Tidak butuh waktu sedetik bagi Nobel untuk berpindah tempat dari dalam toko daging ke tempat lainnya.
...***...
Hembusan angin bertiup kencang seiring perginya Lakas menuju ke tempat tujuan.
Dimana keberadaan Cornelia saat ini ada disana.
Lakas merasakan bahwa Cornelia sedang dalam bahaya besar sekarang ini, tapi dia tidak tahu darimana kekuatan besar itu datang kepada kekasihnya.
Dari kejauhan terlihat Cornelia sedang berjalan sendirian disebuah jalan sepi dekat area perumahan menuju arah pulang.
Cornelia melangkah tergesa-gesa seperti ada yang sedang mengikuti dirinya.
Lakas segera menyusul Cornelia lalu memperlihatkan dirinya didepan kekasihnya itu.
"Cornelia", sapa Lakas saat dia muncul dihadapan Cornelia.
"La-lakas !?" sahut Cornelia gugup.
Cornelia segera memeluk Lakas dengan cepat, membenamkan wajahnya kedalam dekapan kekasihnya.
"Cornelia...", ucap Lakas tertegun diam.
"Untunglah kau datang !" kata Cornelia dengan suara gemetar.
"Apa yanh terjadi ?" tanya Lakas dengan ekspresi wajah dingin.
"Aku bertemu vampir lainnya !" sahut Cornelia.
Lakas segera mengalihkan pandangannya ke arah sekitar mereka.
Mempertajam instingnya saat melihat area sekeliling mereka, tapi tidak ada sesuatu yang mencurigakan terlihat disekitar mereka saat ini.
"Tidak ada siapa-siapa, mungkin kau salah lihat, Cornelia", ucap Lakas.
Lakas mencoba menenangkan Cornelia tapi kekasihnya itu justru menggelengkan kepalanya cepat.
"Aku tidak berkata bohong padamu, saat aku pulang sekolah tanpa sengaja aku melewati sebuah lorong didekat sekolah karena aku mengindari slave vampir yang menyamar menjadi guru aritmatika itu", kata Cornelia.
Cornelia menceritakan semuanya sembari masih menyembunyikan wajahnya didalam dekapan Lakas.
"Sebenarnya aku hendak memasukkan serum anti virus vampir kedalam tubuh guru aritmatika itu tapi sayangnya, muncul seorang siswi yang menjadi korban guru itu sehingga aku tanpa sengaja memasukkan serum itu ketubuh siswi tersebut", ucap Cornelia.
Cornelia mulai menunjukkan wajahnya kepada Lakas.
"Saat aku berhasil memasukkan serum itu, tiba-tiba saja ada kekuatan aneh yang begitu besarnya muncul dari dalam tubuhku lalu menarikku pergi dari area sekolah", kata Cornelia melanjutkan perkataannya.
"Dan apa yang terjadi dilorong itu ?" tanya Lakas.
"Aku bertemu pangeran Yosua", sahut Cornelia.
Mendengar nama Yosua disebut oleh Cornelia, sontak saja roman muka Lakas berubah sangat dingin, wajahnya memucat pasi lebih putih dari sebelumnya.
Mendadak saja tubuh Lakas berubah gemetaran, sedangkan sorot matanya berubah memerah tajam.
"Yosua... !?'' gumamnya.
"Ya, pangeran Yosua, dia melihatku dan dia menyapaku tapi untungnya aku dapat segera menyelamatkan diriku", kata Cornelia.
"Bagaimana kau bisa lari darinya sedangkan Yosua terkenal sangat kuat dan licik ?" ucap Lakas yang masih gemetaran.
"Salah satu utusan kaisar vampir berhasil membawaku pergi dan dia memberiku sebuah kartu atm bank kepadaku", sahut Cornelia.
Cornelia mengeluarkan sebuah kartu atm bank dari dalam tas sekolahnya lalu memberikannya kepada Lakas.
Saat Lakas melihat kartu tersebut, sontak kedua matanya melotot dingin.
"Siya...", gumam Lakas tanpa menggerakkan bibirnya.
"Ya, benar, nama utusan itu adalah Siya, bagaimana bisa kau tahu kalau dia bernama Siya ???" kata Cornelia.
Lakas segera membawa pergi Cornelia dari tempat mereka berdiri sekarang ini tanpa mengucap sepatah katapun.
Cornelia tidak mampu berkata apa-apa bahkan dia tidak dapat menolak ajakan Lakas saat kekasihnya itu membawanya pergi bersamanya.
Suasana sunyi disekitar area perumahan terasa mencekam meski hari masih sore, saat Lakas membawa Cornelia bersamanya kembali pulang ke rumah mereka yang berada tak jauh dari area perumahan.