ARGRAVEN

Bertemu kakek

***

Seorang wanita cantik sedang duduk bersama dengan sang kakek sambil menonton televisi yang menampilkan film action favorit mereka.

"Raven belum ada ke sini, Kek?" tanya gadis tersebut mengalihkan pandangannya dari televisi ke sang Kakek.

"Bocah tengil satu itu ... kakek nggak ngerti lagi," jawab sang kakek menghela nafas. Dia tuan Alferd Kasalvori dan sang cucu Ludira Kasalvori.

"Dira rasa, Raven juga berubah akhir-akhir ini."

"Berubah?"

"Iya, dia jarang nemuin Dira dan Dira perhatikan setelah jam kampus berakhir, dia langsung pulang," jelas Ludira. "Nggak kayak biasanya," sambungnya lagi.

"Kek!" Suara seseorang mengalihkan pandangan Alferd dan Ludira.

***

Ini adalah kali kedua Aza merasakan udara luar selama ia dibawa oleh Agraven ke rumahnya.

Saat ini ia dan Agraven sedang dalam perjalanan menuju ke suatu tempat yang Aza sendiri tidak tahu ke mana. Aza baru saja selesai menjalankan psikoterapi di rumah psikiater bernama Genta.

Selama di perjalanan, Aza hanya diam sambil memperhatikan ke luar jendela. Begitupun dengan pria yang sedang mengemudi, ia hanya diam sambil fokus ke jalanan.

Sudut bibir Aza terangkat membentuk sebuah senyuman saat melihat banyak pedagang makanan di pinggir jalan. Ia rindu saat ia sering jalan kaki pulang dari kuliah.

Agraven menoleh dan dapat melihat senyuman tipis dari bibir Aza. Selama bersamanya, ini pertama kalinya Agraven lihat Aza tersenyum tulus tanpa beban.

Agraven menghentikan mobilnya, ia mengikuti arah pandang Aza.

Merasa mobil yang ia tumpangi berhenti, Aza langsung menoleh ke arah Agraven.

"Kamu ngidam?" tanya Agraven langsung.

"Hah?" kaget Aza.

"Kamu mau makanan itu?" tunjuk Agraven ke salah satu penjual.

"E-enggak. Kakak jangan sembarangan ngomong, Aza nggak hamil!" sanggah Aza cepat.

"Mungkin aja kamu hamil," balas Agraven.

"Jangan-jangan kak Agra orang gila yang terobsesi punya anak," batin Aza mulai berpikir aneh-aneh.

Lamunan Aza buyar saat Agraven kembali menjalankan mobilnya. Aza kembali memperhatikan ke luar jendela mobil.

Tidak butuh waktu lama, Agraven kembali menghentikan mobilnya. Bedanya sekarang mereka berada di halaman sebuah rumah mewah dan besar. Bahkan lebih besar dari milik Agraven.

"Ini rumah siapa, Kak?" tanya Aza bingung.

"Ayo masuk." Bukannya menjawab pertanyaan Aza, Agraven justru menarik tangannya untuk ikut masuk. Aza hanya menurut, percuma saja jika ia menolak cowok pemaksa itu.

Aza hanya diam saat Agraven menarik tangannya. Mereka melewati ruang tamu dan masuk ke sebuah ruangan yang luas. Dapat Aza lihat ada dua orang sedang menonton televisi yang membelakangi mereka.

"Kek!" Agraven memanggil orang itu. Kompak keduanya menoleh ke belakang. Mata Aza melotot kaget, begitupun dua orang itu.

Tubuh Aza seketika mundur. Namun, dengan cepat tangan Agraven menarik pinggang Aza untuk kembali mendekat ke arahnya. Alhasil Agraven merangkul pinggang Aza dengan sedikit posesif. Mereka jalan beriringan.

"Agra?"

"Raven?

Mereka adalah sang Kakek dan sang Kakak dari Agraven. Alferd dan Ludira. Keduanya sama-sama kaget saat melihat Agraven yang membawa seseorang.

Agraven membawa Aza untuk mendekati mereka. Dengan santai Agraven duduk dan diikuti oleh Aza di sampingnya. Sebenarnya Aza enggan duduk, tetapi Agraven yang menariknya untuk duduk.

"Agra dia siapa?" tanya Alferd menuntut jawaban.

•

•

•

To be continue.....

want to continue?

Spam next kalau mau lanjut