Sofia Anderson lahir dari keluarga kaya raya namun ia di besarkan dan hidup sederhana bersama seorang pria yang menculiknya sewaktu masih kecil karena sebuah dendam masa lalu.
16 tahun kemudian sang penculik mulai menyadari kesalahannya dan ingin menyerahkan Sofia pada orang tua kandungnya. Lantas memindahkan gadis itu ke universitas milik keluarganya berharap ada keajaiban disana.
Namun tingkat sosial yang berbeda membuat Sofia mendapatkan banyak sekali bullyan dari teman-temannya, belum lagi ayah angkatnya (sang penculik) yang tiba-tiba menghembuskan napas terakhirnya sebelum mengatakan rahasia yang sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~24
"Ariel, kamu di sini juga ?" ucap Daniel sedikit terkejut saat melihat sahabatnya itu juga berada di supermarket yang sama dengannya.
"Hai, Dan. Kebetulan aku mampir untuk membeli minuman." timpal Ariel seraya menunjukkan sebuah botol minuman berenergi di tangannya tersebut.
"Cuaca memang sangat panas akhir-akhir ini." ucap Daniel.
"Oh ya Ar, ini Sofia kamu masih ingatkan? kebetulan kami sedang berbelanja juga di sini." imbuh Daniel kemudian seraya melangkah mendekati Sofia.
"Tentu saja." Ariel nampak melirik Sofia dari ekor matanya.
"Jadi kalian datang bersama ?" imbuhnya lagi ingin tahu.
"Tentu saja, aku tadi menjemputnya di kampus lalu kami kesini bersama-sama. Bukan begitu Sofia ?" sahut Daniel lantas menatap gadis di sebelahnya itu.
"Hm, terima kasih sudah menemaniku." timpal Sofia dengan mengulas senyum manisnya pada Daniel dan itu membuat seorang Ariel Smith nampak tak suka.
Dadanya seketika bergemuruh dan pria itu memutuskan untuk segera pergi dari sana, sebelum merobohkan mini market tersebut karena kesal.
"Baiklah, kalau begitu aku duluan." ucapnya lantas berlalu menuju kasir untuk membayar belanjaannya.
Sofia yang melihat itu nampak lega, akhirnya pria menyebalkan itu pergi dari hadapannya juga.
"Apa dia mengganggumu tadi ?" tanya Daniel kemudian.
Sofia langsung menggelengkan kepalanya. "Tidak." ucapnya berdusta, ia malas sekali membahas pria itu dan semoga saja selanjutnya mereka takkan pernah bertemu lagi.
"Kamu di mana? apa kamu lupa ini hari apa? segera pulang Jessica dan kedua orang tuanya sudah menunggumu untuk makan malam." ucap William saat menghubungi putranya tersebut.
Ariel yang kini telah berada di dalam mobilnya nampak mendesah kasar mendengar perintah sang ayah.
"Dalam perjalanan, Pa." sahutnya lantas segera mematikan panggilannya tersebut.
Sebelum memacu mobilnya pria itu sekali lagi nampak menatap ke dalam supermarket di mana sang sahabat dan gadis itu telah berada di kasir.
Mereka terlihat sangat akrab dengan saling becanda dan tertawa bersama, melihat itu Ariel segera menginjak pedal gasnya dan berlalu dari sana.
Sepertinya seorang gadis yang ia lihat bersama sahabatnya di pinggir jalan beberapa waktu lalu itu adalah Sofia.
"Apa mereka sedang menjalin hubungan ?" gumamnya penasaran.
Beberapa saat kemudian mobil milik pria itu berhenti di sebuah mansion mewah nan luas.
"Selamat malam tuan muda, senang melihat anda kembali ke Mansion." sapa sang penjaga keamanan di mansionnya tersebut.
"Hm." Ariel hanya mengangguk kecil menanggapi perkataan pria itu, kemudian pemuda itu segera masuk ke dalam mansionnya tersebut.
"Malam, apa aku terlambat ?" sapanya saat melihat beberapa orang telah berkumpul di ruang keluarganya.
"Ini weekend Ar, kamu masih saja sibuk bekerja." ucap James kemudian, ia tahu Ariel adalah sosok pemuda pekerja keras seperti sang ayah.
"Ada sedikit masalah di kantor cabang, paman." sahut Ariel seraya duduk di sebelah ayahnya.
"Apa serius ?" kali ini William ikut menimpali.
"Aku menemukan sedikit kejanggalan anggaran dan masih dalam penyelidikan." terang Ariel kemudian.
"Makanya Ar, apa papa bilang sering-seringlah berkunjung kesana agar karyawanmu tidak berbuat semaunya." William memberikan nasihat.
"Baik, pa." Ariel nampak mengangguk setuju.
Tak berapa lama sang ibu dan Jessica datang bergabung dengan mereka. "Makanan sudah siap, ayo kita mulai makan malamnya." ucap Merry sang ibu.
"Aromanya sangat menggoda, mom." puji Ariel seraya beranjak dari duduknya lantas menggandeng ibunya itu.
"Tentu saja siapa dulu Mommy dan Mommy juga di bantu oleh aunty Anne dan juga Jessica." timpal Merry yang langsung membuat Ariel menatap ke arah Jessica.
"Kamu bisa masak ?" ucapnya kemudian.
"Tentu saja bisa, meski hanya masak air." timpal Jessica dan sontak membuat semua orang tergelak mendengarnya.
Kemudian mereka semua berlalu menuju meja makan, Anne yang baru selesai menyiapkan hidangan dan menunggu mereka semua di meja makan nampak tersenyum saat melihat kedatangan Ariel.
Bocah kecil yang dulu ikut ia asuh itu, kini tak terasa sudah tumbuh dewasa dan ia sangat menyayanginya.
"Hai aunty." sapa Ariel kemudian.
"Iya sayang, ku rasa waktu berlalu sangat cepat. Dulu kamu masih sangat kecil sekali dan lihatlah sekarang kamu sudah setinggi ini." timpal Anne.
"Tentu saja Mommy kami memang tumbuh dengan cepat, lihatlah aku juga sudah setinggi ini." sela Jessica tak mau kalah dan itu membuat James langsung berdehem hingga membuat keduanya nampak terdiam.
Pria itu memang sangat sensitif menyangkut hal apapun karena pasti akan mengingatkannya pada putrinya yang hilang.
"Seandainya Jeslin masih ada dia juga setinggi kalian." ucapnya dan sontak membuat semua orang menatapnya.
"Di manapun berada semoga dia baik-baik saja, James." timpal William meyakinkan.
Jessica yang mendengar itu hanya bisa terdiam, seandainya ia bisa meminta ia juga menginginkan secepatnya mendapatkan informasi tentang kakaknya yang hilang itu. Entah dalam keadaan selamat atau tidak agar sang ayah tidak terus menerus kepikiran, hingga membuat pria itu menjadi sangat dingin bahkan terhadapnya sekalipun.
Selama ini Jessica tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah sebagaimana mestinya, ia ingin bercanda dengan ayahnya itu seperti anak-anak yang lain tapi ia tak bisa melakukannya.
Pria itu terlalu dingin hingga membuatnya pun takut untuk mendekatinya, beruntung ia mempunyai sosok seorang ibu yang sangat menyayanginya hingga membuatnya sedikit melupakan kekecewaannya terhadap sikap sang ayah.
Sementara Ariel yang mendengar pembicaraan kedua orang tua tersebut perihal Jeslin nampak diam terpaku, ia masih ingat sekali seorang bayi berusia dua tahun yang sangat lucu dengan rambut keemasannya.
Rambut yang sangat berbeda sekali dengan Jessica sang adik kandung yang notabennya memiliki rambut hitam legam seperti sang ibu.
Ariel juga masih mengingat bocah kecil itu memiliki lesung pipi di kedua pipinya dan saat tersenyum membuatnya sangat menggemaskan.
"Dia juga memiliki tanda lahir di punggungnya." gumamnya dalam hati.
"Kapan kita makan, aku sangat lapar." ucapnya kemudian yang langsung menghentikan para orang tua membahas masa lalu menyedihkan itu.
"Tentu saja aku juga sangat lapar." timpal Jessica lantas segera mengambil piring di hadapannya dan itu membuat Merry maupun Anne nampak tergelak.
"Masakan aunty selalu enak." puji Jessica setelah memasukkan sesendok makanan di dalam mulutnya.
"Masakan Mommy mu juga sangat enak sayang." timpal Merry kemudian.
"Oh ya kenapa masih panggil aunty? kamu akan menjadi bagian dari keluarga ini nanti jadi biasakan panggil momyy mulai dari sekarang." imbuh Merry dan sontak membuat Jessica yang sedang mengunyah makanannya langsung tersedak, gadis itu nampak melirik ke arah Ariel namun pria itu justru terlihat makan dengan santai.
"Nanti saja aunty kalau sudah resmi." timpal Jessica menanggapi.
"Baiklah itu tak masalah sayang, mungkin kamu belum terbiasa." ucap Merry tak mempermasalahkannya.
"Tapi kalau bisa harus di biasakan Jessi, karena tahun ini kalian sudah harus menikah." tegas William dan kali ini gantian Ariel yang nampak tersedak dan membuat semua orang menatapnya, begitu juga dengan Jessica yang terlihat tersenyum meledeknya.