Seorang laki-laki diminta menikahi puteri pengusaha kaya mantan majikan ibunya. Padahal baru saja ia juga melamar seorang wanita. Bimbang antara membalas budi atau mewujudkan pernikahan impian, membuatnya mengalami dilema besar. Simak kisah cintanya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Indah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAGIAN 21
Suasana restoran masih sepi karena belum masuk jam buka. Ardha tengah berada di ruang ganti sedang mengganti pakaiannya dengan seragam kerja khas seorang chef. Di dadanya terlihat beberapa tato hasil kelakuan jahiliahnya saat awal kuliah dulu. Saat dimana Ardha baru bertemu dengan budaya ala orang barat, walaupun nyatanya tempat ini berada di selatan.
Sambil memasang kancing bajunya, Ardha terpikir tentang Mawar yang tadi pagi dia tinggalkan sendiri di rumah. Walaupun dengan wajah sedikit takut dan ragu akhirnya Mawar mau ditinggal dengan berbekal nomor ponsel Ardha serta kulkas dan rak dapur yang terisi penuh. Sebenarnya Ardha juga tak sampai hati, tapi restoran tidak bisa dia abaikan semaunya.
Setelah selesai, dia keluar menuju ruang rapat untuk pengarahan karyawan sebelum mulai bekerja. Di sana dia bertemu tatap lagi dengan Nadya yang menyebabkan dirinya selalu merasa nelangsa.
Pengarahan berjalan seperti biasa, dan setelah itu mereka kembali ke tempat masing-masing. Ardha sudah merasa gugup kalau-kalau Nadya kembali menghampirinya. Tapi ternyata tidak, Aris lah yang datang mendekatinya.
"Pak, kalau boleh saya minta ijin tidak masuk kerja tiga hari ke depan, saya mau pulang kampung", katanya dengan wajah serius.
"Tumben? Apa ada yang sedang sakit?", tanya Ardha.
"Eng.. nenek saya.... ulang tahun Pak", jawab Aris asal. Sebelumnya dia ingin beralasan neneknya yang sakit, tapi takut kejadian. Kalau dibilang meninggal, tambah kualat lagi. Akhirnya yang terpikir cuma ulang tahun dengan harapan neneknya panjang umur, sehat sentosa dan bahagia.
"Hah? Gak, gak boleh. Bilang aja kamu mau liburan, gak usah pakai alasan di luar nalar Ris", ujar Ardha sedikit kesal.
"Pak, saya minta ijin tiga hari ke depan tidak masuk kerja. Soalnya saya mau liburan, perlu healing", katanya lagi dengan ekspresi yang sama seperti di awal.
Ni anak benar-benar keterlaluan, Ardha membatin. Maksud Ardha bukan benar-benar seperti itu.
"Tidak bisa Aristo Atmadja..", Ardha menahan kesabarannya sekuat tenaga.
"Ini memang lagi musim liburan... Yang artinya restoran kita juga bakal lebih ramai. Nanti saja ya, kalau situasi sudah kembali normal", ucapnya sambil berlalu karena tidak ingin lagi mendengarkan alasan Aris yang sering tak masuk akal.
Aris menghela napas, kecewa permintaannya ditolak. Padahal dia bermaksud untuk menghindar dari situasi Nadya, Ardha dan isteri Ardha untuk sementara waktu. Karena Aris sadar beberapa hari ini akan menjadi adaptasi berat bagi Nadya dan Ardha. Dan Aris tidak ingin terlibat lagi di dalamnya.
Sementara Nadya yang sedang menghadapi beberapa dokumen di mejanya tidak benar-benar bisa berkonsentrasi. Dia berulang kali menanyakan pada dirinya sendiri, benarkah Ardha yang ditemuinya di ruang rapat tadi sudah menikah dan menjadi suami dari seseorang? Bagaimana hubungan mereka? Apakah mereka sedang berbahagia layaknya sepasang pengantin baru? Ah, Nadya merasa sangat cemburu hanya dengan membayangkannya saja.
Lamunannya buyar saat manajernya memanggil Nadya ke ruangannya. Wanita yang selalu nampak cantik dengan rambut pendek dan koleksi anting panjangnya itu beberapa hari lagi akan berhenti dari pekerjaannya. Salah satu dari karyawan administrasi disini mungkin akan menggantikan kedudukannya.
"Nadya, ini ada beberapa dokumen penting yang akan menjadi pegangan bagi siapapun nanti yang menggantikanku. Kutitipkan denganmu karena kemungkinan besar kau yang akan ditunjuk", ucapnya sambil tersenyum.
Nadya hanya mengangguk, pada dasarnya dia tidak terlalu mengharapkan posisi itu. Ia hanya ingin segera menempati posisi sebagai isteri Ardha.
Di dapur restoran yang mulai sibuk, ponsel Ardha berbunyi. Ia kemudian meminta koki lain menggantikan pekerjaannya sebentar lalu menjawab telpon dari ibunya.
"Assalamualaikum Bu..".
"Iya, Bu. Dia ada di rumah, Ardha harus ke restoran".
Aris menaikkan antena demi mendengar perkataan Ardha yang memang cuma dia di sini yang mengerti.
Aris bisa menyimpulkan yang dimaksud "dia" itu adalah isteri Ardha.
"Tidak bisa Bu.. kalau di sini nanti dia malah cuma bengong. Lagipula susah kalau mau istirahat".
"Beres Bu, sudah Ardha siapkan. Mawar tidak bakal kelaparan di rumah".
Oh.. jadi namanya Mawar, batin Aris yang gelagatnya sudah mirip ibu-ibu komplek dalam mode detektif. Mata dan tangannya berlagak sibuk, tapi telinganya tetap memantau.
Ketika Ardha memutar badannya, barulah ia sadar kalau Aris ada di dekatnya sedang menunggu antrian menu untuk di bawa ke ruang makan. Sontak ia sedikit terkejut kemudian segera mengakhiri panggilan.
"Iya Bu. Iya.. Sudah dulu ya, restoran lagi ramai ni. Nanti Ardha telpon lagi kalau sudah sampai rumah. Assalamualaikum.."
Ardha melihat ke arah Aris yang hanya tersenyum sambil sedikit mengangguk. Kemudian dia kembali ke pekerjaannya semula tanpa berkata-kata tapi dalam hatinya mengumpat karena merasa kecolongan.
Sedih & lucu...
Masih ada beberapa kesalahan nama...