Abelia Lestari adalah seorang gadis polos dan lugu yang bekerja sebagai pelayan di rumah Tuan Muda kejam bernama Anggara. Sering mendapat siksaan hingga kehilangan kesucian sudah Abel alami hingga pada akhirnya membuat Abel menyerah pada hidupnya.
Namun keajaiban terjadi, gadis yang biasanya polos dan lugu itu berubah menjadi gadis yang berbeda, wajah yang memancarkan ketegasan dan mata yang tajam bak elang. Dendam pun satu persatu mulai terbalaskan.
Apa yang sebenarnya telah dialami Abel dan apa yang terjadi padanya? Langsung saja baca kelanjutan ceritanya👉🏻
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana Adiliya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembalasan
“Kejutann!!” seru Genia menampilkan senyum smirknya sembari bersandar dipintu.
“Kau!!” Kejut Roger berdiri dari duduknya.
Degup jantungnya berdebar sangat cepat karena begitu terkejut, baru saja anak buahnya selesai mengatakan jika Genia sebenarnya adalah pemimpin dari Mafia Black Fox, tapi orang yang disebutkan kini langsung memunculkan batang hidungnya.
“Kenapa hm? Kaget?”
Genia berbicara sembari melap katananya menggunakan sarung tangan berwarna merah, matanya menatap Roger yang terlihat bergetar takut, sepertinya laki-laki itu masih syok dengan keberadaannya saat ini.
Usai dengan aktivitasnya Genia perlahan berjalan mendekat, membuat dua orang yang ada didekatnya itu langsung mundur. Tekanan dari aura yang Genia keluarkan bukan main-main, bahkan rasanya mereka ingin segera menyerahkan diri kepada sang pencipta karena tak ingin berhadapan dengan orang menyeramkan seperti Genia.
Crashhhh…
Dengan kecepatan yang hampir tak terlihat oleh mata, Genia melesetkan katana tajamnya kepada anak buah Roger, dan hanya dengan satu kali tebasan itu saja kepala yang awalnya tersambung dengan leher kini sudah menggelinding dilantai bersimbah darah.
“Apa yang kau lakukan?!!” teriak Roger.
Ia pun langsung mengambil pedangnya yang tersimpan rapi didalam lemari disampingnya, tentu saja ia tidak ingin kalah dengan Genia, mau bagaimanapun dan apapun identitas dari Genia, ia tentu harus membela harga dirinya sebagai seorang laki-laki, apalagi yang sudah memulai pertikaian ini adalah ia sendiri, jadi sudah seharusnya Roger unjuk taring kepada pemimpin Mafia Black Fox itu.
Genia yang melihat itu lantas semakin menampilkan senyumannya yang menyeramkan, dengan cepat ia berlari dan menaiki meja lalu melompat kearah Roger sembari menebaskan katananya.
Tingg…
Bunyi benturan antara pedang dan katana terdengar sangat nyaring.
“Tak akan ku biarkan kau merusak harga diriku” ucap Roger sembari mendorong pedangnya membuat Genia sedikit mundur.
Pertarungan yang terjadi antara keduanya berlangsung dengan sengit, tebasan hingga tebasan masing-masing mereka arahkan untuk menjatuhkan lawan, namun dengan kekokohan dan pengalaman yang mendalam tentu saja membuat keduanya jadi susah untuk memberikan luka.
“Harga diri mana yang sedang kau sebutkan Roger? Bukankah kau selama ini memang tidak mempunyai harga diri?” ejek Genia sengaja untuk memprovokasi Roger.
Roger yang mendengar ucapan Genia tentu saja merasa sangat marah, ia jadi menyerang Genia dengan sangat brutal sehingga membuat begitu banyak celah yang terlihat.
“Dasar bodoh” batin Genia.
Hanya dengan provokasi kecil saja laki-laki itu langsung terpancing, lalu bagaimana jika melebihi ini?.
Tak ingin berlarut terlalu lama, Genia memanfaatkan kesempatan dari Roger yang telah terprovokasi oleh ucapannya, satu tendangan keras pun Genia layangkan hingga Roger menjadi terpukul mundur sembari memuntahkan seteguk darah.
Crashhh..
Katana tajam melayang hingga memutuskan lengan Roger yang sedang memegang pedangnya.
“Arghhhh…” teriak Roger merasakan sakit yang amat sangat ngilu.
Darah segar bercucuran dilantai karena lengannya yang putus, dengan sekuat tenaga ia berusaha berlari dan mengambil kotak P3K untuk membalut tangannya yang terus menerus mengeluarkan darah.
Namun jangan sebut Genia jika gadis itu akan membiarkan Roger berhasil dengan keinginannya, satu tebasan langsung kembali ia arahkan pada punggung Roger yang tengah membelakanginya.
“Arghhhhhh…”
Lagi dan lagi Roger dibuat berteriak karena rasa sakit yang kian bertambah, luka yang Genia berikan sangatlah tidak main-main karena berhasil memutuskan hingga 3 kerangka tulang belakangnya.
“Hentikan.. maafkan aku” mohon Roger dengan suara lemah.
Ia sudah hampir tidak memiliki tenaga lagi untuk melawan Genia karena sudah kehabisan begitu banyak darah dari luka yang telah ia dapatkan.
“Seharusnya kau berfikir sebelum melakukan sesuatu, karena jika kau sudah salah memilih lawan maka tidak ada kata ampunan untukmu” ucap Genia menatap Roger tajam.
Ia tidak perduli dengan Roger yang telah memohon ampun dan berteriak kesakitan karena ulahnya, karena bagi Genia ini adalah balasan yang setimpal untuk orang yang tidak tahu malu seperti Roger ini.
Dari awal memang dialah yang sudah berencana ingin membunuh Genia, jadi jangan salahkan Genia yang akan membalas perbuatannya dengan sangat kejam, bahkan melebihi apa yang telah Roger lakukan padanya.
Padahal sebelumnya ia sudah tidak ingin mempermasalahkan kelakuan Roger yang sudah menipunya dalam berkerja sama, tapi sepertinya orang ini benar-benar tidak tahu dimalu dan tak tahu untung dengan kebaikan yang sudah Genia berikan.
Dengan berfikir akan menghabisi Genia, tentu saja nyawa dari Roger sudah masuk dalam catatan malaikat maut karena kebodohan yang sudah ia lakukan sendiri.
Kedua kaki dan tangan kiri dari Roger pun kini sudah terpisahkan dari badannya membuat penampilan Roger terlihat begitu menyedihkan.
“Kumohon maafkan akuu” ucap Roger berusaha memohon ampunan.
“Tidak akan!!! Sekali kau sudah berani memiliki niat jahat padaku, maka nyawamu lah yang akan menjadi taruhannya!!” teriak Genia.
Crashhh…
Tebasan terakhir pun kini Genia arahkan kepada leher Roger membuat kepalanya langsung menggelinding jatuh ke lantai dengan mata melotot.
“Selamat tinggal bitch” gumam Genia berjalan meninggalkan markas Mafia Dragon Knight.
“Lemparkan semua bom yang sudah kalian aktifkan” perintah Genia ketika sudah berada diluar markas.
“Baik Nona”
Semua anggota yang berada diatas pohon kini langsung turun dan berlari kembali mendekat kearah markas Dragon Knight, dengan sekuat tenaga mereka melemparkan bom rakitan yang hanya tersisa beberapa detik lagi.
Duarrrr….
Ledakan yang jauh lebih besar dari sebelumnya kini terjadi kembali dimarkas Mafia Dragon Knight, kehancurannya pun bahkan lebih parah dibandingkan yang sebelumnya, rumah besar yang terdiri dari tiga lantai itu langsung roboh tanpa sisa sedikitpun.
Kobaran api akibat dari ledakan yang terjadi kini menjunjung tinggi kelangit, bahkan 100 orang bala bantuan yang baru saja tiba juga tak luput dari ledakan bom rakit yang para anggota Genia lempar.
Kini sudah tidak ada lagi mafia yang bernama Dragon Knight, semuanya sudah hancur hingga tak bersisa hanya dalam satu malam, tidak ada orang yang selamat pada peristiwa pembantaian yang dilakukan oleh Mafia Black Fox.
“Tinggalkan area” perintah Genia sembari berlari menuju mobilnya.
Ia memang sengaja tidak ingin bergabung dengan para anggotanya karena setelah melakukan misi ini ia ingin langsung pulang kerumah dan segera mengistirahatkan tubuhnya yang masih belum terbiasa, padahal sudah beberapa waktu berlalu namun tubuhnya masih saja tidak terbiasa dan sangat mudah lelah.
Iring-iringan mobil hitam langsung meninggalkan area markas Dragon Knight, markas itu mereka biarkan begitu saja tanpa perduli jika api yang membakarnya akan melahap hutan atau tidak, karena jarak antara rumah besar dengan hutan memang masih terbilang lumayan berjarak, sehingga tak ada yang perlu mereka khawatirkan.
Sedangkan seseorang yang memang sedang memantau markas Dragon Knight dari kejauhan kini dibuat banjir dengan keringat dingin yang memenuhi tubuhnya, ia harus segera melaporkan apa yang sudah terjadi pada pemimpinnya sekarang juga.
“Urus orang itu nanti” ucap Genia menekan headset canggih.
“Baik Nona” sahut para anggotanya serempak.
Sedari awal mereka memang sudah mengetahui dengan keberadaan orang itu, namun karena ia memang hanya mengintai dan tidak mengganggu Genia dan lainnya pun hanya membiarkannya saja, tapi untuk berjaga-jaga mereka juga harus tetap mengawasi agar tidak melakukan hal yang meribetkan mereka nantinya.