perjuangan Lucas untuk melawan nasibnya sebagai karakter sampingan dalam novel, dengan menantang alur yang sudah ditetapkan dan mencari jalan untuk bertahan hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yarn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 Harga Kekuatan
Hari pertama pelatihan Lucas di bawah bimbingan Elder Reynard dimulai dengan ujian. Bukan ujian sihir, melainkan ujian mental. Reynard menatap Lucas dengan mata tajam, memintanya untuk duduk di tengah ruangan kecil yang dipenuhi dengan buku-buku tua dan botol-botol ramuan misterius. Suasana pondok itu dipenuhi oleh aroma herbal dan kayu yang terbakar, memberikan rasa hangat yang aneh meski tampak angker.
"Jika kau ingin belajar sihir kuno, hal pertama yang harus kau lakukan adalah memahami dasar dari kekuatan itu," kata Reynard sambil berdiri di dekat jendela. "Sihir kuno bukanlah sesuatu yang bisa dipelajari dengan hanya menghafal mantra. Kau harus merasakan dan memahami esensinya. Setiap mantra kuno terhubung langsung dengan kehidupanmu—dengan jiwamu."
Lucas mendengarkan dengan saksama. Selama berminggu-minggu, ia sudah mencoba mempelajari sihir kuno melalui buku yang ia temukan di perpustakaan keluarganya. Meskipun ia berhasil menciptakan sedikit energi sihir, semuanya masih terasa mentah dan tidak terkendali. Ia butuh bimbingan Reynard, tetapi Lucas juga tahu bahwa pelatihan ini akan lebih dari sekadar belajar mantra.
"Apa yang harus aku lakukan?" tanya Lucas.
Reynard mengambil sebuah mangkuk perak dari rak dan mengisinya dengan air. Ia meletakkannya di depan Lucas dan duduk di seberangnya. "Lihatlah ke dalam air ini dan fokus. Aku ingin kau mengosongkan pikiranmu dan merasakan aliran energi di sekitarmu. Sihir kuno selalu ada di alam, dan tubuhmu adalah jembatan antara dunia ini dan kekuatan itu. Jika kau bisa merasakannya, kau akan mulai memahami apa yang sebenarnya kau hadapi."
Lucas mengikuti instruksi itu dengan penuh perhatian. Dia memandang ke dalam mangkuk air itu, mengosongkan pikirannya dari gangguan luar, dan mencoba merasakan sesuatu yang lebih besar. Awalnya, tidak ada yang terjadi. Air tetap diam, tidak menunjukkan tanda-tanda apapun. Namun, saat Lucas memusatkan pikirannya lebih dalam, dia mulai merasakan kehadiran energi yang samar, mengalir perlahan-lahan di sekelilingnya. Itu terasa seperti angin yang lembut, menyentuh kulitnya tanpa disadari.
Namun, seiring dengan sensasi itu, sebuah bayangan muncul dalam pikirannya. Sebuah ingatan—bukan dari Lucas Valenhart, tapi dari Lucas yang lama. Saat-saat di mana dia terbaring sendirian di ranjang rumah sakit, dengan tubuh yang semakin lemah, menunggu akhir hidupnya. Rasa sakit dan ketidakberdayaan itu menyergap pikirannya, membuatnya tercekik.
Lucas tersentak, air di dalam mangkuk bergelombang seolah merespon ketegangan di dalam dirinya. Reynard mengangkat alisnya, memerhatikan dengan tenang.
"Kau terlalu terjebak dalam dirimu sendiri," kata Reynard dengan suara tenang namun tegas. "Sihir kuno tidak bekerja melalui ego. Kau harus melepaskan diri dari masa lalu yang membebani jiwamu. Hanya dengan begitu kau bisa mengakses kekuatan sebenarnya."
Lucas menggigit bibirnya. Ia tahu apa yang dimaksud oleh Reynard. Ia masih terjebak dalam pikirannya sebagai Lucas yang lama—pria muda yang kesepian dan putus asa di rumah sakit. Meskipun sekarang ia memiliki kesempatan kedua, bayangan masa lalunya masih menghantui. Ia merasa bersalah karena gagal dalam hidup sebelumnya, dan ketakutan itu kini menjadi penghalangnya.
"Jika aku tidak melepaskannya," pikir Lucas, "aku tidak akan pernah bisa menjadi lebih kuat."
Lucas kembali menatap air di mangkuk itu. Kali ini, ia mencoba menghadapi bayangan masa lalunya. Ia mengingat kembali semua rasa sakit, ketakutan, dan penyesalan, tapi bukannya menghindar, ia menerima semuanya. "Aku bukan lagi Lucas yang dulu," ucapnya dalam hati. "Aku adalah Lucas Valenhart sekarang, dan aku memiliki kesempatan untuk mengubah nasibku."
Perlahan, air di mangkuk mulai tenang, dan Lucas merasakan energi di sekelilingnya semakin jelas. Bukan lagi angin lembut, tapi aliran kuat yang menyentuhnya dari segala arah. Tubuhnya terasa lebih ringan, dan dia bisa merasakan kekuatan sihir itu mengalir melalui dirinya.
Reynard tersenyum tipis melihat perubahan itu. "Sekarang kau mengerti," katanya. "Langkah pertama telah kau lewati. Sekarang, kita bisa mulai dengan pelatihan yang sebenarnya."
Hari-hari berikutnya penuh dengan pelatihan yang menantang. Reynard mengajarkan Lucas tentang dasar-dasar sihir kuno—bagaimana memanipulasi elemen, menciptakan perisai sihir, dan bahkan mengendalikan aliran energi di sekelilingnya. Namun, pelajaran terpenting yang Lucas pelajari adalah pengendalian diri.
Setiap malam, tubuh Lucas terasa kelelahan, tapi hatinya dipenuhi semangat. Ia mulai merasakan peningkatan dalam kekuatannya. Sihir kuno bukan hanya tentang kekuatan mentah; ini tentang keharmonisan dengan dunia di sekitarnya. Semakin dia memahaminya, semakin kuat sihirnya menjadi.
Namun, Reynard selalu memperingatkan Lucas tentang satu hal: "Sihir kuno memiliki harga yang mahal. Semakin kuat kau menjadi, semakin besar beban yang akan kau tanggung."
Suatu hari, setelah latihan berat yang melibatkan mantra pertahanan, Lucas bertanya, "Apa yang kau maksud dengan beban itu?"
Reynard menatapnya tajam. "Setiap penggunaan sihir kuno mempengaruhi jiwa penggunanya. Semakin kuat mantra yang kau gunakan, semakin besar bagian dari dirimu yang terikat dengan kekuatan itu. Dan jika kau terlalu berlebihan… kau mungkin kehilangan dirimu sepenuhnya."
Kata-kata itu menancap dalam benak Lucas. Ini adalah kekuatan yang luar biasa, tapi juga sangat berbahaya. Dia harus berhati-hati. Namun, meskipun ada risiko besar, Lucas tahu bahwa dia tidak punya pilihan lain. Jika dia ingin mengubah takdirnya, dia harus menjadi lebih kuat, bahkan jika itu berarti menghadapi harga yang tidak terelakkan.
"Apapun yang terjadi," pikir Lucas, "Aku akan bertahan hidup."
Suatu malam, setelah pelatihan panjang, Lucas sedang beristirahat di pondok Reynard ketika tiba-tiba, ia merasakan getaran aneh di udara. Seolah-olah ada sesuatu yang tidak beres. Ia bangkit dari tempat duduknya dan melihat keluar jendela.
Di kejauhan, di arah ibukota, langit yang sebelumnya cerah mendadak berubah gelap. Awan hitam berputar-putar, dan kilatan cahaya samar-samar tampak di kejauhan.
Reynard, yang sedang mempersiapkan ramuan di meja, juga melihatnya. "Waktumu semakin singkat," katanya dengan suara rendah. "Itu pertanda bahwa sesuatu yang besar akan terjadi. Sesuatu yang berbahaya."
Lucas merasakan ketegangan di udara. Ia tahu bahwa insiden besar yang tercatat dalam novel sedang mendekat. Pertemuan bangsawan, serangan mendadak—semuanya akan segera terjadi.
“Aku belum siap,” pikir Lucas, tapi dia tahu dia tidak punya waktu lagi. Pertarungan besar yang akan menentukan nasibnya sudah di depan mata.
"Aku harus bertahan," ucap Lucas dalam hati, menguatkan tekadnya.
Dan kali ini, dia akan menghadapi takdirnya dengan kekuatan yang baru, dan tak akan ada yang bisa menghentikannya.
Lucas berdiri di depan jendela, menatap langit yang semakin gelap dengan awan-awan yang berputar seperti pusaran maut. Ia bisa merasakan tekanan yang mencekam dari kejauhan, seolah-olah seluruh alam memberinya peringatan akan bahaya yang mendekat. Hatinya berdebar kencang, tapi bukan karena ketakutan—melainkan karena tekad.
“Aku tahu ini akan terjadi,” bisik Lucas pelan. Dia sudah lama mempersiapkan diri, dan sekarang saatnya tiba lebih cepat dari yang ia kira.
Di belakangnya, Reynard berdiri dengan ekspresi serius. “Ingatlah, Lucas, kekuatan yang kau miliki saat ini belum cukup untuk melawan apa yang akan datang. Tapi, kau bisa bertahan. Kau hanya perlu memilih jalan yang benar."
Lucas mengepalkan tangannya. "Aku sudah memilih, Reynard. Kali ini, aku tidak akan lari. Aku akan menghadapi takdirku."
Dia menatap ke arah ibukota yang diselimuti kegelapan, dan dalam hatinya, ia berjanji bahwa tidak peduli apa yang terjadi, ia tidak akan menyerah.
"Kali ini, aku yang akan mengubah ceritanya," pikir Lucas dengan penuh keyakinan.
Hari penentuan semakin dekat.