NovelToon NovelToon
Hidupku Seperti Dongeng

Hidupku Seperti Dongeng

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Beda Usia / Teen School/College / Mengubah Takdir / Persahabatan / Kutukan
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

Kisah berawal dari gadis bernama Inara Nuha kelas 10 SMA yang memiliki kutukan tidak bisa berteman dengan siapapun karena dia memiliki jarum tajam di dalam hatinya yang akan menusuk siapapun yang mau berteman dengannya.

Kutukan itu ada kaitannya dengan masa lalu ayahnya. Sehingga, kisah ayahnya juga akan ada di kisah "hidupku seperti dongeng."

Kemudian, dia bertemu dengan seorang mahasiswa yang banyak menyimpan teka-tekinya di dalam kehidupannya. Mahasiswa itu juga memiliki masa lalu kelam yang kisahnya juga seperti dongeng. Kehadirannya banyak memberikan perubahan pada diri Inara Nuha.

Inara Nuha juga bertemu dengan empat gadis yang hidupnya juga seperti dongeng. Mereka akhirnya menjalin persahabatan.

Perjalanan hidup Inara Nuha tidak bisa indah sebab kutukan yang dia bawa. Meski begitu, dia punya tekad dan keteguhan hati supaya hidupnya bisa berakhir bahagia.

Inara Nuha akan berjumpa dengan banyak karakter di kisah ini untuk membantu menumbuhkan karakter bagi Nuha sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35 Hidupku Seperti Dongeng

Nuha duduk di teras kelas di saat ketiga sahabatnya pergi ke kantin. Melihat Raffy datang, dia buru-buru untuk segera menghindar dengan kembali masuk ke dalam kelas.

"Woi, Inara! Tunggu!!" Pemuda itu mencegahnya. Teriakannya membuat beberapa siswa menoleh ke arahnya.

"Duh, ngapain sih kamu ke sini?" elak Nuha langsung membelakanginya.

"Gue kan udah bilang, kalo gue bakalan cariin elo terus. Jadi, percuma deh elo menghindar," kekeh Raffy.

"Aku gak ingin tahu. Udah cukup!"

"Wah, gak bisa gitu—"

Tiba-tiba, seseorang menyela. Dilan the Beast datang dan memanggil Nuha. "Nuha! Bisa gak sih elo lebih serius pegangin pacar elo itu," ucapnya tanpa basa-basi.

"Me- memangnya kenapa?" Nuha bingung, segera mengalihkan pandangannya dari Dilan. Tapi, pandangannya malah beralih ke Raffy yang berada di sebelah kirinya. Gadis itu semakin kebingungan.

Dilan berkata apa adanya yang membuat Nuha berfikir keras untuk memahami ketidaktahuannya. The Beast itu langsung menangkap pundak Nuha untuk menegaskan ucapannya.

"Nuha, denger ya. Gue itu sukka sama Naomi," ucapnya dengan penuh penekanan. "Jadi, bisa gak sih elo ngeyakinin dia kalo Naru pacar elo? Gue ingin perjodohan Naomi dengan Naru itu gagal berantakan, supaya gue bisa deketin Naomi."

Bagaimana pertanyaan itu bisa dijawab, Nuha saja merasa tidak mengerti apa maksud dari perkataannya. Nuha hanya bisa memiringkan kepalanya karena tidak bisa menjawab ucapan Dilan sedikit pun.

Belum selesai mencerna omongan Dilan, Raffy berganti menyela. "Inara, kalo elo ingin tahu tentang Naru, elo harus ikut gue sekarang," pinta Raffy mulai menarik tangan kiri Nuha.

"Woi, tunggu dulu," cegah Dilan dengan menarik tangan kanan Nuha. "Elo itu siapa main tarik cewek orang."

"Emang dia cewek elo?" Tanya Raffy.

"Iya, bukan. Tapi dia penting bagi gue. Lepasin gak tangan elo!!" Dilan melotot.

"Jangan harap!" Raffy membalas.

Dilan semakin menggertak, "Lepasin gak!"

"Gak bisa!" Tantang Raffy.

"Elo gak tau sedang berhadapan dengan siapa?!" Dilan mulai menyombong.

"Emang elo siapa?!"

Nuha hanya bisa terus kebingungan. Pikirannya masih mencerna apa maksud kata-kata Dilan tentang perjodohan itu. Kedua tangannya ditarik secara berlawanan hingga membuatnya mulai kesakitan.

Dari kejauhan, terlihat seorang wanita tinggi dengan tubuh tegap berjalan perlahan menghampiri Nuha. Aura gelap seolah mengikutinya, senada dengan warna pakaian yang dia pakai. Raffy dan Dilan pun bahkan sampai mengangkat kepalanya. Terdiam tak berkutik menerima kehadirannya.

"Gadis ini, milik Tuanku Cinderella. Aku harus membawanya pergi. Ayo, ikutlah denganku, Inara Nuha," ucap wanita itu dengan suara dingin.

Dia menggandeng tangan Nuha dan membawanya ke kolam renang.

"Duduklah," perintah wanita itu.

"Ibu Fani, apa yang akan Anda inginkan dari saya?" Tanya Nuha kembali takut.

Ibu Fani mengeluarkan sebuah pisau, cahayanya berkilat menampakkan ketajamannya.

Dia sejenak memainnya dengan jemarinya, hingga satu jarinya pun tergores dan membuatnya langsung mengemutnya seraya bertanya, "Kenapa kamu masih belum bisa mengeluarkan kutukan itu?"

Nuha mencoba menghindar dari pertanyaan itu dan membalas, "Ibu Fani, saya mencoba percaya kepada Anda bahwa Anda orang yang baik. Anda begitu misterius dan penuh teka-teki, tapi saya mempercayai Anda karena Anda Ibu dari sahabat saya sendiri."

"Aku akan membantumu mengeluarkan kutukan itu. Seingatku, kemarin bayangan hitam sudah menyelimutimu tapi kenapa sekarang tidak ada," kata Ibu Fani dengan ekspresi yang menakutkan.

"Tolong, jangan seperti itu. Kata Naru, saya tidak perlu mencemaskan tentang Anda. Meski saya belum tahu alasannya, saya percaya bahwa Anda orang baik."

"Seperti inikah kalo saya orang baik," kata beliau kemudian menusukkan pisaunya ke lengan Nuha.

"Slep!"

Seketika, Nuha terbelalak seolah jantungnya berhenti sesaat. Matanya berdenyut merasakan rasa sakit yang luar biasa. Segera Nuha mencabutnya kembali.

"Sa- sakit." Dengan wajah penuh ketakutan dan rasa sakit, dia berdiri dan mencoba menjauh.

Tapi, dia malah jatuh terjerembab ke belakang. Wanita itu berdiri di hadapannya, semakin tajam menatap. "Kamu harus bisa mengeluarkan semua emosi dan rasa takutmu jika ingin kutukan itu hilang."

"Hentikan kata-kata itu. Cukup tante!! Aku tidak ingin berurusan dengan kutukan ini." Nuha gemetaran mengatakan itu dengan wajah tertunduk.

"Kamuu---"

.

.

.

"Ngiiinggg~~~" Suara harmonika terdengar melengking dan membuat kedua orang itu langsung menutup telinga masing-masing.

"Nyonya kantin, Anda jangan melampaui batas jika Anda tidak ingin berurusan dengan hukum," kata pemuda itu dengan masih menempelkan harmonika itu dibibirnya.

"Siapa kamu?" Tanya Ibu Fani dengan mengembalikan posisi berdiri tegapnya. Sejenak menyibakkan pakaiannya untuk kembali merapikan diri.

"Anda hanya seorang pelayan dari keluarga besar Naseba Naru yang ditugaskan untuk menjaga seorang cucu yang bersekolah di sini. Tapi, ternyata Anda memiliki sisi gelap yang sangat menakutkan," kata pemuda itu.

Nuha melirik, "Harmonika? Dia... kembarannya Raffy...," sahutnya dalam hati.

"Jangan mencoba untuk menasehatiku, nak. Tidak ada hukum untuk orang sepertiku. Bahkan, manusia normal tidak akan tau tentang dunia khayalan ini," kata Ibu Fani.

"Jadi, selama ini, hanya, khayalan? Apa maksudnya?" Nuha tidak mengerti. Dia berusaha untuk mengerti.

Ibu Fani langsung mencengkeram luka di lengan Nuha, seketika Nuha menahan rasa sakitnya lagi yang sangat hebat. Darahnya kembali mengalir. "Sa- sakit, tante," keluh gadis itu.

"Khayalan, tapi nyata. Orang lain tidak akan tahu apa yang sedang aku perbuat. Tapi, perbuatanku memang nyata apa adanya," kata beliau tidak merasa takut.

Rafly mulai memainkan harmonikanya. Suara itu, tidak ada yang bisa melawannya jika dia menggunakannya bersama kekuatan magis. Telinga Ibu Fani merasa tersakiti sedangkan Nuha terbuai dengan tatapan yang melamun.

"Nyonya kantin, hentikanlah perbuatanmu. Jika Anda terus saja melakukannya, maka Anda akan membuka dunia kelam untuk Nuha dan teman-temannya, bahkan putri Anda sendiri."

"AAAAAAAA!!" Ibu Fani hanya bisa berteriak kesakitan. Lalu, dia berjalan mundur untuk menghindar.

Setelah keadaan dirasa aman, Rafly menyudahi lantunan musiknya. Dia pergi begitu saja meski Nuha sejenak mencegahnya, "tunggu," pinta Nuha.

Ketiga sahabatnya pun tiba. Mereka bergegas menghampiri Nuha yang bersimpuh tidak berdaya. "Nuha, kamu gakpapa?" Tanya Fani.

Nuha mengangguk. Mata Fani dan Sifa begitu menyiratkan kekhawatiran yang mendalam. Namun, ketika Asa melihat darah Nuha mengalir, rasanya tiba-tiba hatinya terasa bergejolak.

"Darah," gumamnya.

Tanpa sadar, Asa menyentuhnya hingga melumuri telapak tangannya, membuat Nuha kaget karena terasa sakit.

"Asa! Apa yang elo lakuin?!" Sergah Sifa.

Mata Asa terlihat menyala dan dia seperti berubah menjadi seseorang yang haus darah. "Darahmu, lezat, Nuha," ucapnya dingin tapi ekspresinya berubah menyeramkan.

"Kamu kenapa Asa?" Fani bingung.

Asa berkata seolah dalam keadaan yang tidak sadar, "Inilah dosa yang pernah gue lakuin," ucapnya. "Aku menyukai darah, bahkan darah dari kedua orang tuaku sendiri."

Asa menyeringai, Nuha menatapnya dengan serius. "Asa, kamu..."

1
Tara
we can not 😂predict the future..buat we can always try 🤔🫢
Tara
pemalu kah or nanti disangka sombong lagi🤔
Miu Nurhuda: Gimana kak menurutmu sifat Nuha itu?
total 1 replies
Miu Nurhuda
hope so...
masih panjang kak perjalanannya ✍✍
Tara
smoga happy ending
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!