Apa jadinya ketika dua orang insan yang terkenal tidak pernah akur tiba-tiba menikah, imbas dari keisengan seorang gadis bernama Putri Inayah yang ingin membalas kekesalan pada musuh bebuyutannya Devano putra Fathariano.
Akankah pernikahan keduanya kandas atau justru waktu bisa menumbuhkan rasa cinta diantara keduanya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecurigaan Inayah terhadap Laura.
"Nona Zenaila."
"Iya pak." Zena berdiri dari duduknya kemudian mengangguk hormat pada pria bersetelan jas hitam yang menghampiri meja kerjanya.
"Anda di minta ke ruangan CEO!!!." ujar pria itu, sebelum kemudian pamit kembali ke ruang kerja tuannya.
"Baik, pak." jawab Zena, namun begitu ia tak langsung beranjak dari tempatnya. Zena justru terlihat melamun untuk beberapa saat.
"Apa mas Zeva udah tahu kalau aku kerja di perusahaan ini??? Atau jangan-jangan mas Zeva justru mau mecat aku di hari pertama aku kerja???." Zena jadi bergidik ngeri membayangkan semua itu.
"Nona Zena..." seruan dari salah satu rekan kerjanya berhasil membuyarkan lamunan Zena.
"E...iya..." Zena jadi gelagapan karena ketahuan sedang melamun.
"Buruan sana!!! Kamu nggak mau kan di pecat dihari pertama kamu kerja." perkataan rekan kerjanya itu kembali membuat Zena tak tenang.
Setibanya di depan pintu ruang kerja CEO, Zena menghela napas dalam-dalam kemudian menghembusnya perlahan, lalu kemudian mulai mengetuk pintu. Setelah mendapat sahutan dari dalam barulah Zena memutar handle pintu secara perlahan.
"Selamat pagi."
Suara yang sangat familiar di indera pendengarannya mampu mengalihkan perhatian Zevano dari berkas dihadapannya.
"Zena..." Zevano cukup terkejut dengan keberadaan gadis itu dikantornya. "Ngapain kamu di sini??." sambung Zevano. Zena memang kerap kali mencari kesempatan untuk bisa dekat dengannya, tapi tidak sampai mengikutinya hingga ke perusahaan, maka tak heran jika Zevano cukup terkejut dengan keberadaan gadis itu di sana.
"Maaf tuan, bukannya anda sendiri yang meminta Nona Zenaila untuk menghadap ke ruangan anda???." asisten pribadinya ikut bersuara.
Zevano diam sejenak, mencoba menelaah perkataan asisten pribadinya.
"Tunggu...jadi maksud kamu pegawai baru itu dia???." Tanya Zevano memastikan, sembari menuding ke arah Zena dengan dagunya.
"Benar, tuan." Zena yang mengambil alih menjawab pertanyaan Zevano. "Apa saya perlu kembali memperkenalkan diri pada anda, tuan." sambung Zena seraya mengulas senyum di bibirnya.
"Tidak perlu!!." jawab Zevano.
Zevano sampai menghembus napas bebas di udara lalu kemudian menangkup wajahnya dengan kedua tangannya. Bagaimana bisa seorang gadis yang memiliki latar belakang sebagai seorang desainer tiba-tiba putar haluan menjadi seorang pegawai kantoran. Zevano benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran Zena.
Mengerti akan arti sorot mata tuannya, asisten pribadi Zevano lantas pamit meninggalkan ruangan Zevano.
"Kamu ngapain sih, Zena???." terlihat jelas dari raut wajah Zevano jika pemuda itu sangat frustasi dengan kehadiran Zena di perusahan galaxy group.
"Kerja dong mas, emangnya mau ngapain lagi." dengan polosnya Zena menjawab.
"Untuk itu mas juga tau. maksudnya, ngapain kamu kerja di sini??? Lagi pula apa kamu bisa bekerja sebagai pegawai kantoran???." bukannya ingin merendahkan kemampuan Zena, namun Zevano merasa Zena tidak memiliki basic sebagai pekerja kantoran karena gadis itu merupakan seorang desainer.
"Bisa dong, mas." meski di hari pertamanya saja ia sudah mengalami sedikit kesulitan dalam bekerja, namun Zena tetap yakin ke depannya ia pasti akan cepat belajar hingga mampu menyamai kinerja sesama pegawai lainnya.
Sama seperti papa Raka, Zevano pun sampai kehabisan kata-kata dibuat oleh Zena. Sekarang Zevano tidak punya pilihan lain selain membiarkan gadis itu tetap bekerja di perusahaan sebab memecat Zena di hari pertamanya bekerja sangatlah tidak logis menurut Zevano.
"Baiklah, mas akan membiarkan kamu tetap bekerja di sini, tapi jika kinerja kamu tidak mampu mencapai standar yang telah di tentukan bagi para pegawai, maka dengan terpaksa mas harus memberhentikan kamu dari perusahaan ini." terang Zevano. Sebenarnya Zevano sudah bisa menebak jika tujuan Zena bekerja di perusahaan galaxy group adalah untuk mendekatinya, maka dari itu Zevano dengan sengaja mengancam gadis itu jika kinerjanya tak mencapai standar rata-rata yang telah ditetapkan bagi semua pegawainya, ia akan memberhentikan Zena.
"Baik, tuan."
Mendengar Zena memanggilnya dengan sebutan Formal seperti itu membuat Zevano kembali menghembus napas bebas di udara.
"Huuuuufffff... sepertinya gadis itu sudah benar-benar tidak waras." gumam Zevano setelah Zena meninggalkan ruang kerjanya.
Tubuh Zena layu seketika setelah keluar dari ruangan Zevano. "Sepertinya aku harus lebih banyak belajar hal baru sekarang!!!." gumam Zena seraya mengayunkan langkah kembali ke meja kerjanya.
Di saat tengah melintas di salah satu koridor gedung, Zena mendengar seseorang tengah menyerukan namanya.
"Zena..." suara bariton milik seseorang mengalihkan perhatian Zena ke sumber suara.
"Alex." gumam Zena seraya memandang ke arah seorang pria yang merupakan teman seangkatannya sewaktu SMA dulu.
"Kamu lagi ada keperluan ya di gedung ini??." sama seperti Zevano, Alex pun sama sekali tidak menyangka jika Zena bekerja sebagai pegawai kantoran di perusahaan galaxy group. Pasalnya yang ia dengar dari teman-teman seangkatan mereka, Zena merupakan seorang desainer ternama di ibukota.
"Aku bekerja di perusahaan ini." jawab Zena.
"Oh ..jadi kamu ada project mendesign di sini???."
Zena menggelengkan kepalanya.
"Kalau bukan untuk itu, lalu untuk project apa kamu di sini Zen???."
"Aku bekerja sebagai pegawai biasa di sini."
"Haaaahhhh???? kamu pasti sedang becanda, iya kan, Zena???." Alex tak percaya dengan pengakuan Zena.
Zena kembali menggelengkan kepalanya. "Aku tidak sedang bercanda, dan ini merupakan hari pertamaku bekerja. Tapi..."
"Tapi apa???."sambar Alex.
"Tapi aku sedikit kesulitan dalam pekerjaan ini, Lex." jawaban polos Zena terdengar menggelitik di telinga Alex.
"Sudah tahu tidak punya kemampuan yang memadai dalam bidang ini, lalu kenapa malah nekat, Zen????."
"Aku hanya ingin mencari pengalaman baru, Lex." Zena terpaksa berdusta karena tidak ingin sampai Zevano merasa tidak nyaman jika ada orang lain yang tahu tentang perasaannya terhadap pria itu.
"Baiklah, tidak perlu cemas, aku akan membantumu."
Raut wajah Zena berubah seketika mendengar Alex yang berniat membantu dirinya. "Thanks ya Lex..." saking senangnya, Zena sampai memegang lengan Alex. Tanpa di sadari oleh keduanya, ada sepasang mata yang sejak tadi menyaksikan interaksi di antara mereka.
Asisten pribadi Zevano nampak bingung menyaksikan tuannya itu begitu cepat kembali dari ruangan pimpinan.
"Sejak kapan Zena dekat dengan Alex, kenapa aku tidak tahu???." batin Zevano yang kini telah mendaratkan bokongnya di kursi kebesarannya.
"Astaga...ada apa denganku, sekalipun mereka dekat lalu apa peduli mu, Zev." lagi, Zevano membatin.
**
"Nay.... sebaiknya kamu pulang dulu untuk beristirahat!!!." saran Devano mengingat semalaman istrinya itu tidak tidur sama sekali, hanya terjaga di samping brankar ayahnya.
"Apa yang dikatakan suami anda benar Nona, sebaiknya anda juga beristirahat!!! Kalau anda sampai sakit, saya yakin tuan Rahman juga pasti akan sedih melihatnya." pak Darwis setuju dengan saran Devano. "Lagi pula ada saya di sini yang akan menjaga tuan Rahman. percayalah, saya akan menjaganya dengan baik, Nona!!!." sambung pak Darwis untuk meyakinkan Inayah agar tidak terlalu mencemaskan ayahnya.
Sebenarnya Inayah merasa berat meninggalkan ayahnya tetapi ia juga tidak ingin bersikap egois dengan mengabaikan nasehat suaminya. "Baiklah." kata Inayah.
"Apa mas juga ikut pulang sama aku??."
"Iya sayang, hari ini mas libur. jadwal operasi untuk hari ini juga lagi kosong." jawab Devano.
Dari jarak yang masih cukup jauh Inayah melihat saudari tirinya sedang berdiri di gerbang utama rumah sakit, melambaikan tangan hendak memberhentikan mobil yang melintas.
"Bukannya itu saudari tiri kamu, sayang????.".ujar Devano yang juga melihat keberadaan Laura.
Sebenarnya Devano enggan menepikan mobilnya tetapi karena permintaan Inayah akhirnya dengan berat hati Devano menepikan mobilnya.
"Nay, aku numpang, boleh ya." Laura memasang wajah memelas pada Inayah.
"Masa kamu tega sih melihat adik kamu terus berdiri menunggu taksi di sini, Nay." lagi-lagi Laura memasang wajah memelas di saat Inayah tak kunjung memberikan jawaban.
"Memangnya kamu mau ke mana???."
"Pulang ke rumah papa, Nay."
"Masuklah!!."
Sebenarnya Inayah sangat jengah berurusan dengan ibu serta saudari tirinya, tapi kali ini Inayah masih menggunakan hati nuraninya untuk sekedar memberi tumpangan pada Laura.
Laura pun masuk ke mobil Devano dengan senyum yang mengembang sempurna di bibirnya.
"Ngomong-ngomong berapa lama kalian berpacaran, Nay????." Laura sengaja memulai percakapan setelah mobil Devano kembali melaju.
"Jangan menanyakan sesuatu yang bukan urusan kamu, Laura!!!." tegas Inayah.
"Bukan begitu Nay...soalnya dengar-dengar sewaktu duduk di bangku SMA dulu kalian nggak pernah akur ya....??apa itu benar???" entah apa maksud dan tujuan gadis itu sehingga berani melontarkan pertanyaan tak tahu malu seperti itu.
Inayah menatap Laura dari pantulan kaca mobil di depannya. "Sebenarnya apa yang ingin kau ketahui dari hubungan kami, Laura, Hem???.". dengan nada dan tatapan dingin Inayah berujar. "Atau jangan-jangan kau juga ingin tahu bagaimana aku dan suamiku melewati malam pertama kami???." Inayah berusaha tetap tenang menghadapi wanita licik seperti Laura. Jika ingin menuruti kata hati, ingin sekali rasanya Inayah merobek mulut saudari tirinya itu.
"Baiklah, jika itu yang ingin kamu ketahui, aku akan menceritakannya." sambung Inayah sambil tersenyum bahagia, seolah membayangkan bagaimana indahnya malam pertamanya bersama sang suami.
"Tidak perlu Nay....!!! Sepertinya aku turun di sini saja, terima kasih atas tumpangannya." kata Laura, telinganya terasa panas mendengar semua perkataan Inayah.
Devano yang sejak tadi memilih diam saja, kini nampak mengulum senyum setelah Laura turun dari mobilnya. "Memangnya kamu yakin mengingat semuanya, sampai mau menceritakan malam pertama kita sama saudari tiri kamu itu, Nay???."
"Apaan sih, mas." Inayah sampai membulatkan kedua matanya. "Lagian siapa juga yang bakal cerita beneran sama wanita genit itu." sambung Inayah, tak habis pikir jika suaminya benar-benar berpikir ia akan menceritakan tentang urusan ranjang mereka pada orang lain, terutama Laura si perempuan genit.
"Sepertinya Laura sedang merencanakan sesuatu, tapi apa yang sedang direncanakan gadis itu????." batin Inayah. empat tahun menjadi saudari tiri membuat Inayah cukup mengenal perangai Laura.
bikin judul sendiri mereka nya...