Kecewa, mungkin itulah yang saat ini di rasakan Donny Adriano Oliver. Bagaimana tidak harapan untuk segera membangun rumah tangga dengan kekasih yang sudah di cintainya selama enam tahun pupus sudah. Bukan karena penghianatan atau hilangnya cinta, tapi karena kekasihnya masih ingin melanjutkan mimpinya.
Mia Anggriani Bachtiar, dia calon istri yang di pilihkan papanya untuknya. Seorang gadis dengan luka masa lalu.
Bagaimanakah perjalanan pernikahan mereka. Akankah Donny yang masih memberi kesempatan kepada kekasihnya bisa jatuh cinta pada istrinya yang awalnya dia perlakukan seperti adik perempuan yang dia sayangi. atau Mia yang sudah lama menutup hati bisa luluh dan jatuh pada perhatian dan kasih sayang yang Donny berikan padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunis WM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Epis. 9 Menemani makan siang
Mia berjalan menyusuri setiap sudut rumah yang dia tinggali sekarang tanpa berhenti berdecak kagum, di belakangnya ada Bu Mira yang sedari tadi mengikutinya tanpa Mia sadari. Langkahnya terhenti di sebuah taman yang sangat indah sepeti yang sering dia lihat di media sosial.
Ada banyak tanaman yang tumbuh dengan subur, di tata sedemikian indah memanjakan setiap mata yang melihatnya, Mia mendekati taman itu dan duduk di ayunan kayu yang ada di tengah taman.
“Anda mau saya bawakan makanan atau minuman Nyonya? Tanya Bu Mira. Mia menoleh baru sadar kalau ada Bu Mira di belakangnya.
“Sejak kapan Bu Mira ada disini?” bukannya menjawab Mia malah balik memberi pertanyaan pada Bu Mira.
“Sudah sejak tadi Nyonya” jawab Bu Mira sopan.
“Bu Mira ngikutin aku” Mia merasa seperti pencuri saja yang terus di awasi.
“Tuan Donny yang menyuruh saya Nyonya” Mia tersenyum sinis.
“Apa Tuan Donny kamu itu takut kalau aku mencuri sesuatu di rumahnya” ucap Mia yang sudah mulai memperlihatkan rasa tidak sukanya.
“Bukan Nyonya, Tuan meminta saya untuk selalu berada di dekat anda kalau-kalau anda membutuhkan sesuatu,” jelas Bu Mira sedikit tegas.
“Sudahlah, aku tidak butuh apa-apa. Tolong tinggalin aku” kali ini suaranya sudah lebih sedkit pelan dari sebelumnya. Bu Mira menundukkan kepalanya lalu berjalan meninggalkan Mia tapi tetap memerintahkan pelayan yang lain agar tidak meninggalkan Nyonya mudanya itu.
Mia kembali menikmati indahnya pemandangan yang ada di sekitarnya sambil memainkan ayunan yang didudukinya. “Rumah ini sudah seperti istana saja” gumamnya.
Saking asyiknya Mia sampai tertidur di ayunan itu, padahal jam baru menunjuk pukul sepuluh pagi.
“Mia mana Bu?” tanya Donny yang baru saja turun dari mobilnya. Donny sengaja pulang lebih awal karena dia tahu hari ini Mia tidak kemana-mana, Donny ingin menemani istrinya itu makan siang agar dia tidak merasa di abaikan. Padahal jam kerja Donny tidak pernah mengenal waktu.
“Nyonya sedang ada di taman Tuan.” Jawab Bu Mira sambil terus mengitkuti kemana Tuannya melangkah. “Sepertinya Nyonya tertidur di ayunan Tuan,” lanjutnya.
“Apakah makan siang sudah siap?”
“Sudah Tuan.” Donny mengangguk dan memberi isyarat pada Bu Mira untuk meninggalkannya.
Donny yang sudah memakai pakaian casualnya berjalan ke taman seperti tadi yang di sampaikan Bu Mira, mencari Mia untuk mengajaknya makan siang bersama. Donny mendapati Mia memang sedang tertidur dengan damainya memeluk tali ayunan yang di lilit dengan tumbuhan yang jatuh menjuntai ke bawah.
“Mia…” suara pelan Donny berhasil membangunkan Mia hanya dengan sekali panggilan. Mia membuka matanya perlahan. Mia mengucek-ngucek matanya mencoba memastikan penglihatannya, dan setelah dilihat dengan jelas ternyata Mia memang salah melihat seseorang yang dia rindukan tapi juga sangat dia benci.
Seseorang itu tadi berada dalam mimpinya, sedang mendorong ayunan untuknya. Hatinya merasa sangat damai dan tenang. Lalu orang itu perlahan pergi menjauh meninggalkannya, semakin jauh hingga tak terlihat lagi
“Mas Donny…”Mia buru-buru berdiri dari ayunan ketika menyadari yang ada di depannya adalah Donny, suaminya. “Kok sudah pulang jam segini?” tanyanya kemudian.
“Makan yuk,” ajak Donny. Mia melihat matahari yang sudah sangat terik. “Bisa-bisanya aku ketiduran di bawah panas matahari” gumamnya yang masih terdengar oleh Donny. Laki-laki itu hanya tersenyum, mengikuti Mia yang sudah berjalan lebih dulu.
“Aku ke kamar dulu ya mas, mau ganti baju.” Tanpa melihat ke arah Donny Mia berjalan menuju lantai dua dimana kamarnya dan Donny berada.
Makan siang yang tertata di meja benar-benar memanjakan matanya, semua makanan yang dia sukai tersaji dengan begitu menggoda seleranya.
“Kenapa hanya di pandangi, kamu tidak suka makanannya?” Ujar Donny yang melihat Mia diam saja memperhatikan semua makanan yang ada di atas meja. Mia menggeleng dengan cepat, “Aku cuma bingung saja mau makan yang mana dulu”. Donny tersenyum dengan tingkah Mia yang polos dan apa adanya, juga terlihat sangat manis di waktu bersamaan.
Donny sengaja meminta Bu Mira untuk menyiapkan semua jenis makanan yang berbahan daging dan sosis untuk menu makan siang ini sebagai permohonan maaf tidak langsungnya pada Mia atas ucapannya beberapa hari yang lalu yang membuat istrinya itu harus makan mie instan setiap malam.
Pesan masuk di ponsel Donny menghentikan tanggannya yang akan memasukkan sesuap nasi ke mulutnya. Mia melirik suaminya itu, dia tersenyum membaca sebuah pesan yang masuk, senyum yang belum pernah Mia lihat sebelumnya.
“Mas Donny punya pacar?” pertanyaan Mia mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya. Laki-laki itu hanya diam, seolah tidak mendengar apapun. Mia yang kesal hanya bisa memajukan bibrnya. Menyesal sudah bertanya.
“Maaf telat” suara berat dari arah belakang tempat Mia dan Fiona duduk membuat keduanya berbalik bersamaan melihat pemilik suara itu.
“I’ts ok” jawab Fiona sambil tersenyum.
“Apa kabar Mi?” tanyanya. Mia memperlihatkan senyum manisnya memberi pertanda dia baik-baik saja.
“Bagaimana dengan suami kamu, apa dia jahat padamu?” tanyanya lagi, ini pertama kalinya mereka bertemu lagi sejak Mia menikah.
“Dia…” Mia berfikir sejenak. “Biasa saja” jawabnya kemudian. Pria itu lalu mengacak-acak rambut Mia sambil tertawa pelan.
“Alex..” protes Mia pada pria itu. Tanpa mereka sadari saat mulai asyik bercengkerama beberapa pengunjung cafe sedang memperhatikan mereka. Yang pria sangat tampan dengan wajah blasteran terus berbicara sambil tersenyum membuat para wanita berdeba-debar melihatnya, sedangkan dua wanita yang bersamanya terlihat sederhana dengan hanya memakai baju kaos dan celana jeans tapi tidak menutupi kecantikan mereka.
Mia dan Fiona mulai menjalin persahabatan dengan Alex, pria yang mereka temui saat sedang melepas suntuk di sebuah club malam. Awalnya Mia dan Fiona tidak memperdulikan Alex yang selalu bersuha mendekati mereka apalagi mereka selalu melihat Alex berganti-ganti pasangan. Namun setelah mengetahui kepribadian Alex yang sebenarnya, mereka mulai membuka hati dan menerima Alex sebagai orang yang dekat dengan mereka, terlebih lagi Alex adalah atasan Fiona saat sedang di kantor.
Saat di luar jam kerja Fiona bisa berbuat seenaknya pada Alex, tapi pada saat bekerja Fiona akan sangat sopan saat berbicara dengan Alex, dan saat mereka menceritakannya Mia tidak henti-hentinya menertawakan mereka.
Hari mulai gelap, sudah waktunya untuk berpisah. Mia akan kembali lagi ke rumah besar yang mulai nyaman untuknya.
“Aku antar ya…” ujar Alex menawarkan pada Mia.
“Aku naik taksi online saja.” tolak Mia yang langsung berlalu sambil melambaikan tangannya pada dua sahabatnya itu. Mia berusaha menghindari pertanyaan-pertanyan yang akan sulit di jawab mengenai siapa sebenarnya pria yang di nikahinya.
“Kamu pernah ketemu sama suami Mia?” Fiona menggeleng. “Mia tidak mau memperkenalkannya padaku.” jawab Fiona cuek.
“Apa kamu tidak penasaran?” Fiona berfikir sejenak “penasaran.” jawabnya.
“Lalu kenapa tidak kamu tanyakan?” tanya Alex lagi yang sengaja mengganggu Fiona. Fiona mendesah kesal dengan tingkah Alex yang terus bertanya. Alex lalu tertawa melihat Fiona yang kesal. Alex sangat mengagumi Mia dan Fiona, walaupun mereka cantik dan mempunyai bentuk tubuh yang indah, tapi mereka tidak pernah menggunakannya untuk menarik perhatian laki-laki, cara mudah untuk mendapatkan hidup yang lebih baik seperti yang banyak di lakukan gadis-gadis yang dia temui.
Bahkan mereka terkesan acuh dan cuek pada setiap laki-laki yang ingin mendekatinya. Bahkan dirinya harus bersusah payah untuk sekedar menjadi bagian dari mereka. Yah, Alex sangat menyayangi Mia dan Fiona. Entahlah perasaan seperti apa yang dia miliki pada dua gadis itu.
Mobil sudah berhenti tepat di depan sebuah rumah sederhana bercat putih tulang. “Terima kasih.” Fiona lalu turun dari mobil Alex lalu buru-buru masuk kedalam rumah tanpa menoleh ke belakang melihat laki-laki yang barusan mengantarnya pulang. Alex tersenyum melihat kelakuan Fiona lalu kembali mengemudikan mobilnya.