Aku Pasangan Atau Simpananmu

Kring!!!!

Dering telpon yang cukup kencang dari ponsel Tyara. Rupanya telpon itu dari Putra, tetapi Tyara sedang tertidur di pelukan Jendra. Pada saat itu Jendra mengetahui ponsel Tyara berbunyi namun hanya diliriknya dan tak membangunkan Tyara.

"Kali ini aku akan memiliki Tyara seutuhnya. Dia adalah jodohku" ucap Jendra dalam hati.

Ponsel Tyara tak berhenti berdering membuat Tyara terbangun.

"Mas kamu kok ngga ngomong kalau ponselku berdering terus"

"Aku ngga mau membangunkan tidur mu sayang"

Kaget bukan kepalang tak biasanya Putra menelpon Tyara sebanyak ini. Ada lebih dari 10 kali panggilan di ponselnya, ada juga beberapa pesan yang masuk.

"Ngga biasanya kamu pulang kerja hilang seperti ini" isi pesan itu mengisyaratkan kecurigaan Putra ke Tyara. Baru saja pesan itu di buka, Putra kembali menelpon Tyara.

Tyara mengangkatnya sembari memberi kode ke Jendra untuk diam "Hallo, maaf aku ketiduran lelah sekali hari ini"

"Kamu sakit? Tidak biasanya begini. Mau aku kirimkan makanan atau obat dari sini?" Putra memang tidak pernah benar-benar ada untuk Tyara, tapi dia selalu memberikan dalam bentuk lain.

"Ngga, terima kasih ya! Aku hanya butuh istirahat"

"Emm oke sayang, aku cuma mau kabarin kamu besok kan akhir pekan kemungkinan aku bisa pulang dan ketemu kamu" Nada bicara yang biasanya monoton kali ini terdengar sumringah.

***

Keesokan harinya....

Pukul 08:00 Tyara sudah berada di bandara sesuai dengan permintaan Putra. Terlihat dari jauh sosok Putra yang selalu rapi, raut wajahnya bahagia meskipun tak bisa di pungkiri lingkaran hitam di bawah matanya terlihat.

"Hai sayang, sudah baikan kondisi kamu kan?" Mengecup kening Tyara. Tyara melontarkan senyum dan mengangguk, dia memiliki rasa bersalah telah membohongi Putra.

Mobil Putra yang saat itu memang terparkir di bandara membuat transportasi mereka lebih mudah, karena mereka memutuskan untuk sarapan bersama.

"Aku punya rekomendasi sarapan enak di tengah kota, kamu harus cobain makan disana" Ajak Putra.

Mereka menuju tempat makan itu, tempat makan favorit Putra yaitu kedai dengan desain rumahan yang menyediakan masakan Jawa tema prasmanan. Dimana lauk dan sayur berjejer beraneka ragam, Tyara mengikuti Putra berjalan di belakangnya memilih lauk. Tetapi orang di belakang Tyara beberapa kali menyenggol tangan Tyara, kesal akan hal itu Tyara hendak memarahi nya. Saat melihat orang itu Tyara sontak melotot dan menutup mulutnya orang itu adalah Jendra.

Jendra mengikuti Tyara dan Putra agar bisa mengawasi gerak-gerik mereka. Bahkan Jendra duduk di meja yang berdekatan, hal itu membuat Putra sempat curiga karena Jendra selalu menghadap Tyara.

"Kamu kenal orang itu?" Tanya Putra

"Ngga sayang"

"Dia melihat ke arah kamu terus!! Kalo kamu tidak nyaman biar aku bicara padanya" Putra berdiri dari kursinya. Tapi di tahan oleh tangan Tyara "Ngga perlu biarkan saja habis ini kita pulang saja ya. Aku rasa kamu lelah"

Putra mengantarkan Tyara untuk pulang ke kost.

Saat di perjalanan Putra melontarkan pertanyaan kaku nan aneh "Sayang aku berfikir sepertinya aku terlalu culun berpacaran denganmu. Aku selama diluar kota berfikir, bagaimana kalau besok kita keluar kota untuk melakukan nya pertama kali"

"Maa...Maksudnyaa?" Tyara gugup mendengar hal itu

"Iya akan jadi pertama kalinya aku melakukan ini denganmu"

Gemuruh di dalam hati Tyara "Aduh kenapa ada ajakan seperti ini. Mana mas Jendra meninggalkan bekas di dadaku"

"Emm kamu kan belum pernah apa ngga sebaiknya emang tidak di lakukan ya" Ucap Tyara. Raut wajah Putra terlihat kecewa entah apa yang di pikiran nya sepulang dari luar kota.

***

Setelah ada penolakan dari Tyara, Putra memilih untuk istirahat di hari minggunya. Kesempatan bagi Tyara bisa menghabiskan hari Minggu nya bersama Jendra. Apalagi Jendra kembali menyewakan pavilliun itu kepada Tyara, mereka menghabiskan seharian dengan menonton film.

Tak ada yang aneh saat Putra tak memberikan kabar, itulah satu kebiasaan Putra yang membuat Tyara merasa tidak nyaman. Tyara mengajak Jendra pergi sebentar untuk membeli kopi susu kesukaan nya, jarak tempat Tyara dan Putra cukup jauh. Jadi dia merasa aman pergi keluar bersama Jendra.

Kedai Kopiku nama tempat penjual kopi susu kesukaan Tyara, berada di pinggir jalan besar yang sebrangnya ada banyak ruko-ruko.

"Aku sepertinya butuh uang tunai dek, kamu ikut kesebrang untuk aku tarik tunai?" Ajak Jendra

"Ikut deh sepertinya antrian kita juga masih lama"

Tyara dan Jendra menyebrang ke ruko itu, tak lama usai tarik tunai Tyara melihat mobil Putra berhenti di depan salah satu ruko. Ruko dengan nama Original ini begitu asing di lihat Tyara.

"Mas sebentar itu sepertinya Putra, coba kita tunggu dia keluar dari mobil dulu" suara Tyara lirih dan berjalan mengendap endap.

Betul saja Putra keluar dari mobilnya masuk ke ruko bernama Original itu.

"Mas itu toko apa?" Tanya Tyara polos

Jendra tertawa terbahak-bahak, "Ssssttt" berisik kamu mas.

"Itu tempat pijat nya orang dewasa dek" dengan mengacungkan kode. Tyara bengong tak percaya seorang yang polos sepeti Putra suka dengan tempat seperti ini?

Ada sedikit rasa sakit dihati Tyara melihat hal itu. Tyara mencoba mengirimkan pesan ke Putra namun tak di balas.

"Sudahlah dek, tetap aku yang paling baik di antara lainnya" Jendra menyombongkan diri.

"Jangan kepedean dulu kamu mas! Kamu itu juga dulu menyakiti aku" sahut Tyara.

Di satu sisi ini sedikti menyakitkan bagi Tyara tapi di sisi lainnya juga menguntungkan. Tyara jadi mempunyai alasan untuk lepas dari Putra.

***

Hari minggu telah habis, di mulai dengan senin pagi dimana banyak orang memulai nya dengan kata malas. Tyara berusaha mengajak Putra bertemu setelah dia pulang bekerja.

Awalnya Putra menolak karena lelah, tapi setelah membaca pesan dari Tyara "Aku tau kamu kemana kemarin?" Pesan itu membuat Putra kalang kabut, berfikir bagaimana bisa dia tau.

Putra pun menyetujui untuk bertemu Tyara, tempat mereka bertemu adalah kedai kopi andalan Tyara itu. Perasaan Putra tidak karuan apalagi tempat mereka janjian bertemu dekat dengan tempat pijat langganan nya.

Singkat cerita tibalah Putra di kafe itu, melihat Tyara yang lebih dulu sampai duduk tenang sedang membaca buku.

"Sayang ada apa? Tumben mau ajak ketemu selain sabtu dan minggu?" Ucap Putra.

"Aku rasa hubungan ini harus berakhir Putra, hubungan ini sudah tidak sehat"

"Apaaa? Tidak!! Aku tidak merasa kita ada masalah"

"Aku kasih tau kamu satu hal dulu, bahwa aku tidak benar-benar mencintaimu. Aku sedari awal berusaha menumbuhkan rasaku padamu, meskipun selalu ada bayang-bayang masalaluku. Dari situ saja aku sudah bersalah" Tyara berusaha mengungkapkan isi hatinya, tak semata-mata menyalahkan Putra begitu saja.

"Ngga masalah. Aku juga bukan orang yang baik"

"Iya aku tau, seperti tempat di sebrang yang sering kamu datangi"

Putra terbelalak mendengar ucapan Tyara, bibirnya kaku tak mampu berkata. Melihat sorot mata Tyara yang begitu tajam, dia hanya terdiam.

Lalu di dalam hati Tyara berkata "Apakah semesta menyatukanku dan mas Jendra ini sebagai sebuah takdir"

...****************...