NovelToon NovelToon
Pesugihan Siluman Pocong

Pesugihan Siluman Pocong

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Deri saepul

Warga kampung Cisuren digemparkan oleh kemunculan setan pocong, yang mulai berkeliaran mengganggu ketenangan Warga, bahkan yang menjadi semakin meresahkan, banyak laporan warga menyebutkan kalau Dengan hadirnya setan pocong banyak orang yang kehilangan uang. Sampai akhirnya warga pun berinisiatif untuk menyelidikinya, sampai akhirnya mereka pun menemukan hal yang sangat mengejutkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deri saepul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ditolong Warga Kampung

Pov Dudung

Beruntung dalam keadaan yang mencekam akibat diganggu oleh setan pocong, dari arah Kampung terlihat banyak cahaya senter yang menyala, diikuti dengan suara orang-orang yang saling bertanya atas kegaduhan yang terjadi. waktu istirahat mereka mungkin terganggu dengan teriakan-teriakan permintaan tolong, bahkan terlihat bapak keluar dengan membawa golok, di tangan kanannya ada senter yang menyala terang.

Melihat warga kampung yang berbondong-bondong datang mendekat, hatiku terasa plong merasa bahagia melihat antusias warga yang begitu peduli. Amin terlihat mengulum senyum, Mungkin dia merasa lega seperti tidak jadi dihukum gantung, karena ada penolong yang datang dengan tepat waktu.

"Bapak, bapak...., ke sini pak....!" Teriakku sambil mengangkat tangan ketika melihat bapak yang celingukan.

"Ada apa Dudung, Ada apa Jang?" tanya Bapak yang terlihat terkejut, dia berlari menuju ke arahku.

Orang-orang yang datang semakin lama semakin banyak, mungkin seluruh warga Kampung cisuren semuanya menuju ke arahku. cahaya senter terlihat membaur menerangi keadaan sekitar, mamun ketika aku melihat ke arah pocong yang tadi berdiri. Setan yang jahat itu sudah tidak terlihat lagi entah kemana menghilang.

"Ini Ada apa Dung, Kenapa kalian berteriak membangunkan warga sekampung dan Kenapa kalian terlihat ketakutan?" bapak yang memberondongku dengan pertanyaan, sedangkan warga yang lain Mereka pun sama-sama mengelilingiku.

Amin, Bidin dan teman-teman yang lainnya terlihat berdatangan, karena tadi ketika kami melempari pocong kami berada di tempat yang berbeda supaya membingungkan setan bodoh itu.

"Ada setan pocong Pak, baru saja dia menghilang di sana. namun tidak ketahuan Bagaimana caranya dia pergi. Aku takut Pak, aku takut karena teman-teman yang lain masih terbaring di jalan. Entah sadar ataupun tidak." jawabku sambil menunjuk ke arah yang jauh, yang tadi terlihat pingsan karena takut oleh pocong.

"Duh ternyata ada setan pocong, yang bener kamu kalau berbicara?" tanya bapak kembali seolah tidak percaya yang lain masih terdiam memperhatikan.

"Lah Kenapa Bapak tidak percaya, apa pernah aku berbohong? kalau tidak percaya Bapak bisa bertanya dengan Amin ataupun Ajo, bahkan Ajo hampir saja mati disiksa oleh pocong." jawabku sambil menunjuk ke arah kedua sahabatku yang masih terlihat mengatur nafas.

Mendengar penjelasanku Bapak tidak berbicara lagi, namun matanya melirik ke arah Amin yang dengan sigap memberikan jawaban.

"Benar Mang, apa yang disampaikan oleh Dudung Memang begitulah kenyataannya. teman-teman yang lain membutuhkan pertolongan."

"Saudara! Ayo kita ke sana!" komando bapak sambil berjalan paling depan, diikuti oleh para warga lainnya. Bahkan aku pun yang masih merasa kelelahan memaksakan diri untuk ikut ingin memastikan keadaan Enong dan teman-temannya.

Suasana kala itu terlihat terang benderang, orang-orang terus berjalan menuju ke arah Enong yang sangat ketakutan oleh setan pocong. Sesampainya di tempat kejadian para gadis kampung belum ada yang sadarkan diri, masih tergeletak di jalan membuatnya terlihat mengenaskan.

"Enong....., Enong.....! Kenapa kamu Nong, kenapa?" teriak seorang laki-laki yang ternyata itu bapaknya Enong sambil loncat memburu anaknya yang masih tergeletak tanpa sadarkan diri.

Bapaknya Enong terlihat sangat gugup, anaknya yang masih pingsan dipeluk dengan begitu penuh kasih sayang. Bahkan diciumi keningnya, rambutnya yang tidak terikat terurai jatuh ke bawah, wajahnya terlihat pucat pasi membuat orang-orang disana hanya bisa melongok seolah tidak percaya melihat kejadian yang begitu menakutkan.

Begitu juga dengan bapaknya Icha dan Nani, Apakah mereka pun terlihat terkejut namun mereka tidak berbicara dengan segera Mereka pun menggendong anaknya, agar tidak tergeletak di atas tanah.

"Masya Allah! ini sebenarnya ada apa sampai begini kejadiannya?" ujar bapak yang terlihat menggeleng-gelengkan kepala, merasa heran dengan kejadian yang begitu memilukan.

Warga yang lain Mereka pun terlihat sibuk, membantu para gadis yang pingsan, sambil saling bertanya tentang kejadian yang sebenarnya.

"Jangan banyak berbicara terlebih dahulu! sekarang ayo kita bawa semuanya ke rumah, kita obati orang yang pingsan takut keterusan." pisah Pak RT memberi komando.

Tanpa menunggu perintah yang kedua kalinya, para warga pun dengan Sigap membantu membawa para gadis yang pingsan untuk segera berada di rumah. sampai akhirnya semua warga pun kembali masuk ke dalam Kampung sambil terus bercerita bertanya tentang kejadian yang sebenarnya.

Aku dan teman-teman laki-laki yang lain sangat sibuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang datang. hanya Ajo yang tidak berkata Mungkin dia masih trauma karena wajahnya masih terlihat pucat, bahkan celananya terlihat basah.

Sesampainya di perkampungan, terlihat ibu-ibu sudah berada di luar, mungkin mereka terbangun mendengar kegaduhan Begitu juga dengan anak kecil yang terlihat berlari-lari di halaman rumah seperti tidak memiliki perasaan.

Warga kampung cisuren terus berjalan, sampai akhirnya tiba di rumah pak RT yang kebetulan rumahnya sangat besar, dengan halaman yang luas. orang yang pingsan dibawa ke teras dibaringkan dengan rapi, sedangkan warga yang lain memadati halaman rumah.

"Ari....! Ari tolong jemput Aki!" terdengar suara pak RT memberikan perintah.

"Aki apa Kang RT?" jawab orang yang diperintah balik bertanya.

"Aki Nanang panggil ke sini!"

"Kirain aki motor." jawab Kang Ari masih sempat bercanda, namun ketika hendak bangkit dari tempat duduknya terdengar ada orang yang berbicara.

"Aki ada di sini." ujar seorang kakek-kakek yang berdiri di dekat tiang jemuran sambil berjalan menuju ke arah teras.

"Kirain aki tidak keluar? Coba tolong anak-anak kita yang terlihat sangat kasihan. Kenapa mereka bisa seperti ini?" ujar Pak RT ketika melihat aki Nanang yang sudah berada di dekatnya.

Aki Nanang pun naik ke teras rumah, membuat orang-orang yang menghalangi membuka jalan membiarkan sesepuh mereka masuk ke dalam perkumpulan, kemudian duduk di dekat Pak RT. matanya menatap ke arah orang yang sedang pingsan, kemudian beralih menatap ke arah para orang tua yang terlihat kebingungan penuh ketakutan.

"Cepat tolong aki, kasihan kalau dibiarkan terlalu lama." pinta bapak yang duduk di samping aki Nanang.

"Sebentar kalau menolong itu masalah gampang, Namun kita harus mengetahui apa sebabnya bisa terjadi seperti ini. ke mana Jang Dudung?" jawab sesepuh kampung sambil memindai keadaan sekitar.

"Saya di sini aki." Teriakku sambil mengangkat tangan.

"Kamu ke sini Jang!" panggil aki Nanang sambil Melambaikan tangan.

"Ada apa aki?" Tanyaku setelah duduk di hadapannya.

"Ini sebenarnya ada apa Jang?" jawab aki Nanang balik bertanya, matanya yang sudah masuk ke dalam memenuhi wajahku.

"Ada setan pocong aki, bentuknya sangat menakutkan, Aku sampai tidak kuat melihatnya. seperti mayat yang baru dibungkus oleh kain kafan, kuncungnya terlihat dengan jelas di atas kepala, sedangkan di bawah juga terikat oleh tali. berjalan tidak menginjak tanah seperti menaiki roda, aku sangat takut aki. aku sangat takut.....!" jawabku yang bergidik merasa ngeri membayangkan kejadian yang baru saja dialami.

"Apa kamu melihat dengan jelas wujudnya?"

"Kenapa aki bertanya seperti itu, aku bisa menjelaskan karena aku melihat dengan kepalaku sendiri, bukan melihat lagi, tapi hat...... aki,"

"Yang benar kalau ditanya oleh orang tua itu Dudung!" sahut orang tuaku dengan mendelik.

"Hehehe dasar anak Nakal, tapi tidak apa-apa, aki sudah bisa menebak. namun aki masih memiliki satu pertanyaan, Apa yang dilakukan terhadap para anak gadis ini?"

"Aku tidak berbuat apa-apa aki, Aku berani bersumpah aku tidak melakukan apa-apa." jawabku yang terkejut karena pertanyaan dari aki Nanang seolah menudingku.

"Aduh salah bertanya. maksudnya begini bagaimana awal mulanya, kenapa mereka bisa sampai pingsan. bukan menuding Jang Dudung," tanggap aki Nanang meralat kembali pertanyaannya.

"Mereka semua didekati oleh setan pocong yang mencegat di jalan pulang, berbaring menghalangi. kami yang hendak lewat membuat semua orang Terkesima dipenuhi rasa takut, anak-anak perempuan terdengar menjerit terus terdiam tidak mengeluarkan suara lagi. sedangkan aku dan teman-teman laki-laki yang lain berlari ketakutan, namun setelah sadar dengan keadaan kami pun kembali karena takut dimintai pertanggungjawaban oleh orang tua mereka. ketika sampai, semua wanita sudah pingsan Aku yang merasa kesal aku pun melempari pocong itu, namun tanpa disangka dan diduga pocong itu mengejarku sampai aku kehabisan nafas, beruntung Amin menolong dengan melemparinya. sampai akhirnya kita pun mengeroyok dengan batu-batu yang dilemparkan sampai Kami merasa kelelahan karena batu yang dilemparkan semakin lama semakin berkurang. beruntung aki dan para warga Kampung lainnya cepat tiba, sampai pocong itu menghilang." jawabku sekalian menceritakan garis besar kejadian yang dialami.

1
Sri Ningsih
ceritanya jdi ngalor ngidul😒
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!