NovelToon NovelToon
Quadrangle Romance

Quadrangle Romance

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Fantasi Wanita
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: lalarahman23

Mandalika, gadis Indonesia dari keluarga berkecukupan, mengalami trauma masa kecil setelah diculik gurunya. Akibat dari penculikan tersebut, Ia dikurung selama bertahun-tahun lamanya. Tepat saat usianya memasuki 23 tahun, Mandalika dibebaskan, namun perilakunya membuat Kedua orangtuanya mengirim paksa putri tunggalnya ke Korea Selatan.

Di sana, Mandalika menjadi bintang kampus dan menarik perhatian Kim Gyumin. Bertemu dengan perundung berhati dingin bernama Park Ji Young, mahasiswi angkuh, mengancam Ia dengan bukti kejam, memaksa Mandalika meninggalkan Korea dengan rasa trauma yang membekas.

Sebelum kepergiannya, Mandalika mendapat dukungan dari Hwang In Yeop, pekerja di Apartemen tempatnya tinggal. Perasaan Kim Gyumin terungkap dan melalui malam terakhir mereka bersama.

Sekembalinya ke Indonesia, Mandalika memulai hubungan dengan Zoo Doohyun setelah tiga tahun berlalu. Dan kembali ke Korea menghadapi cinta segi empat yang rumit dengan Kim Gyumin, Zoo Doohyun, serta Hwang In Yeop

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lalarahman23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 34: Rencana awal.

"Kau dari mana?" tanya In Yeop, berjalan memasuki rumah Manda dengan langkah mantap.

"Aku dari rumah duka," jawab Manda, bergerak menuju pintu kamarnya.

"Ada apa ke mari?" tanyanya dengan nada yang mengandung sedikit kekesalan.

In Yeop mendekat, berusaha berdiri tepat di hadapan Manda. Matanya menatap langsung ke mata Manda, mencoba membaca perasaannya.

"Aku mengunjungi pacarku, kenapa bertanya seperti itu?" balas In Yeop, sedikit terganggu dengan pertanyaan Manda.

"Hari ini aku sangat lelah. Lagi pula, aku harus menghadiri rapat. Aku akan bersiap-siap untuk itu," ujar Manda, suaranya mulai meninggi.

In Yeop mendesah, berusaha menahan kesabarannya. "Aku adalah staf sekaligus kekasihmu. Aku harus selalu bersamamu. Kenapa kau terlihat kesal dengan kedatanganku?"

Manda memalingkan wajah, tidak ingin memperpanjang pembicaraan. "Tolong! Berhenti menanyakan hal itu sekarang. Bukankah kau juga harus bersiap sebagai stafku?"

Dengan nada kesal, In Yeop menjawab. "Aku tunggu di mobil," In yeop berbalik dan berjalan keluar rumah.

Manda memasuki kamarnya, merasakan keheningan yang menekan. Ia berdiri di depan cermin kamarnya, memandang bayangan diri dengan tatapan penuh penyesalan.

"Aku menyesal telah memulai semua ini," gumam Manda, melihat jam di tangannya.

"Tiga puluh menit lagi," Ia menghela nafas panjang.

Di butik Fairy, di ruang CEO, ketegangan terasa di udara. Seorang karyawan menginformasikan kepada ketua butik. "Para CEO agensi sudah tiba di ruang meeting."

Ryu Na terlihat panik. "Dua puluh menit lagi, kenapa mereka datang lebih awal?" Ia segera menghubungi Manda, suaranya terdengar tegang.

"Kau di mana?"

"Aku sudah akan berangkat," jawab Manda, suaranya ikut panik.

"Apa kau bisa sedikit lebih cepat? Para CEO datang lebih awal," desak Ryu Na.

"Baik, aku akan segera tiba," jawab Manda cepat. Ia mematikan teleponnya dan bergegas menghampiri In Yeop.

"Apa kau bisa mengemudi lebih cepat? Ryu Na baru saja menghubungiku untuk segera tiba."

"Tentu saja, masuklah!" jawab In Yeop, menyalakan mesin mobil dengan cepat.

Di perjalanan menuju Butik Fairy, In Yeop melirik ke arah Manda yang terlihat gelisah. "Apa yang sedang kau pikirkan?"

"Entahlah. Saat ini aku sedang memikirkan bagaimana ke depannya setelah debutku," jawab Manda, matanya menatap jauh ke luar jendela.

"Jangan berpikir terlalu keras. Ikuti alurnya. Berpikirlah positif," pinta In Yeop, mencoba menenangkan.

"Kau benar," gumam Manda pelan.

"Aku yakin kau pasti bisa," ujar In Yeop, tersenyum menguatkan.

Sesampainya di butik Fairy, In Yeop menggenggam tangan Manda erat. "Yakinlah dengan keputusanmu." pintanya lalu melepas genggamannya.

Manda mengangguk dan memasuki Butik tersebut bersama dengan In yeop. Semua mata tertuju padanya saat Ia memasuki ruang meeting tanpa menggunakan masker.

"Selamat siang, maaf karena telah menunggu," ucap Manda memberi salam, lalu duduk di dekat Ryu na dan In yeop.

"Baiklah, karena yang ditunggu telah hadir, mari kita mulai," ujar Ryu Na, mengambil alih pertemuan.

Para CEO agensi mulai memperkenalkan dan mempromosikan agensinya masing-masing. Manda mendengarkan dengan seksama, matanya beralih dari satu wajah ke wajah lain. Hingga akhirnya keputusan diminta dari Manda.

"Bagaimana Manda? Apa kau sudah membuat keputusan?" tanya Ryu Na.

Manda menatap seluruh CEO yang hadir, menghela napas dan terdiam sejenak sebelum berbicara. "Baiklah, saya telah memutuskan untuk tidak menerima tawaran dari kalian semua. Saya meminta maaf atas penolakan ini. Alasan saya menolak, karena saya belum siap untuk melangkah sejauh itu. Ini demi kebaikan kita semua." Manda menelan ludahnya, menyaksikan kekecewaan dari masing masing Ketua Agensi.

Semua orang terkejut mendengar keputusannya. Para CEO tidak menyangka bahwa Manda akan menolak untuk debut.

"Apa kau yakin dengan keputusanmu itu?" tanya Ryu Na, heran.

"Saya sangat yakin dengan keputusan ini. Berharap keputusan saya bisa diterima dengan baik," pinta Manda tegas.

"Ini adalah peluang luar biasa untukmu. Bahkan harga kontraknya sangat tinggi," ujar CEO dari HD Ent, mencoba meyakinkan.

"Anda harus menerima keputusannya," sahut In Yeop dengan tegas.

"Baiklah, karena kita sudah mendengar keputusan dari Manda secara langsung, meeting ini ditutup. Sekian dan terima kasih," ucap Ryu Na, menutup pertemuan.

Manda meninggalkan ruangan, diikuti In yeop dari belakangnya, menyisakan Ryu Na dengan para CEO yang masih terkejut.

"Apa kau tidak bisa membujuknya?" tanya CEO A.

"Apakah kau menahannya untuk keluar dari kontrak?" tanya CEO B.

"Keputusan ini sangat mengecewakan," sambut CEO C, menggebrak meja di depannya.

"Ini membuang-buang waktu!" oceh CEO D, berlalu pergi.

Ryu Na menatap para CEO dengan tegas. "Saya tidak bisa mengubah keputusannya. Jangan mengatakan bahwa saya menahannya. Sebelum ini terjadi, Manda pernah ingin membatalkan kontraknya dengan butik kami. Jadi, saya harap kalian semua bijak dalam menerima keputusan ini. Terima kasih." Ryu Na kemudian meninggalkan ruangan.

Di perjalanan pulang, suasana hening. Manda menatap keluar jendela, pikirannya berkecamuk. "Apa keputusan ini benar?" tanyanya pelan.

"Tentu saja! Kenapa bertanya? Kau menyesalinya?" tanya In Yeop kembali.

"Tidak, aku hanya memastikan keputusan yang ku buat itu benar," jawab Manda.

"Itu adalah keputusan terbaikmu, jadi jangan memikirkannya lagi. Itu hanya akan membebanimu," ujar In Yeop dengan lembut.

Manda mengangguk, dan suasana kembali hening.

...***...

Di rumah Gyumin, saat memasuki kamarnya, Ia terkejut melihat keberadaan Ji Young di hadapannya. "Kenapa belum meninggalkan rumah ini?!" sergahnya, berjalan meraih koper di kamar tersebut, membuka lemari baju dan memasukkannya ke dalam koper.

"Kau sedang apa?" tanya Ji Young dengan tenang.

"Tinggalkan rumah ini secepatnya!" pekik Gyumin.

Ji Young bangun dari ranjang, berjalan menghampiri Gyumin dan memperlihatkan sebuah foto lama yang telah di cetak. "Kau ingat?" tanyanya, suaranya sinis.

Gyumin seketika marah setelah melihat foto yang di tunjukkannya. "Apa yang kau lakukan?!" bentak Gyumin, matanya melebar, menggenggam erat baju di tangannya.

Ji Young menyeringai, melempar foto itu tepat di wajah Gyumin. "Aku hanya memastikan... bukankah kau menyukai foto tubuh jalang ini? Kau sangat munafik! Kenapa tidak berterima kasih dan bersimpuh di kakiku karena telah melakukannya, Hm?"

"Wanita menjijikan!" sergah Gyumin, mengangkat tangannya yang ingin menampar Ji Young.

"Apa kau tahu alasanku membencinya?" Ji young menatap Gyumin dengan intens, memercik senyuman di bibir merahnya.

"Itu karena kau sendiri! Kau yang telah merusak kekasih jalangmu itu, dengan memalukan ku di hadapan keluargamu!" Ji young terdiam sejenak, menertawakan Gyumin tepat hadapannya.

"Aku tidak akan pernah tinggal diam! Kekasih jalangmu akan menanggung dendamku! Camkan!" teriak Ji young, memecah keheningan di malam mencekam.

"Kau bukan lagi tujuanku. Jalang akan lenyap di tanganku! Apapun caranya!" Ji Young mengatakannya dengan suara yang tajam penuh kebencian saat Ia melangkah maju tepat di telinga Gyumin yang mematung.

"Bahkan aku rela mati!" bisik Ji Young, lalu berbalik pergi, meninggalkan Gyumin dengan kepalan tangan yang bergetar.

Gyumin mengepal kedua tangannya begitu erat, hingga buku-buku jarinya memutih. Ia merasakan amarah mendidih di dalam dirinya, nyaris tak tertahankan.

"Akulah yang akan terlebih dahulu menjatuhkanmu! Kau memulainya!" gumam Gyumin, suaranya penuh dendam yang tertahan.

...***...

Di dalam mobil, udara terasa sedikit tegang. Manda memandang keluar jendela, menyaksikan pemandangan kota yang bergerak cepat. "Aku ingin membeli stok makanan, apa kau bisa berhenti di pusat perbelanjaan?" tanyanya pada In Yeop.

"Kita akan segera sampai di pusat perbelanjaan," jawab In Yeop, matanya tetap fokus pada jalan di depannya.

Sesampainya di pusat perbelanjaan, Manda menoleh ke arah In Yeop. "Kau ikut?" tanyanya sembari membuka pintu mobil.

"Masuklah lebih dulu, aku akan ke suatu tempat, lalu menghampirimu." ujar In Yeop dengan senyum tipis.

"Berhati-hatilah, hubungi aku jika merasa kesulitan," lanjutnya.

Manda mengangguk sembari menggunakan masker, dan mulai berjalan menuju pintu masuk pusat perbelanjaan.

Suasana di dalam cukup ramai, orang-orang berlalu-lalang dengan keranjang belanjaan mereka. Di tengah kesibukan memilih baju, Manda tak sengaja melihat seorang Pria yang tampak kebingungan. Dengan rasa ingin membantu, Ia mendekatinya.

"Kau membutuhkan bantuan?" tanya Manda dengan ramah.

"Ah, iya! Aku sedang kebingungan dalam memilih kualitas dari kedua baju ini," jawab Pria itu, sembari mengangkat dua potong baju di kedua tangannya.

Manda mengambil kedua baju itu dan mengamatinya dengan seksama. "Sebelah kiri ini, jika dibandingkan dengan yang kanan... yang kanan terlihat lebih elegan. Tapi, kualitas kain dari sebelah kiri ini terlihat lebih bagus. Kau lebih memprioritaskan kenyamanan atau gaya?" tanya Manda.

"Kenyamanan," jawabnya tanpa ragu, Pria yang bernama Lee Jae in.

"Jadi, sebelah kiri ini mungkin bisa menjadi pilihan yang pas untukmu. Kau bisa mencobanya," ujar Manda sembari mengulurkan baju itu kembali.

"Baik, tunggulah sebentar," pinta Jae in sebelum bergegas menuju ruang ganti.

Sembari menunggu, Manda menerima panggilan dari Mama-Nya.

"Ya, Ma?" tanya Manda, menurunkan masker yang Ia pakai, tangannya memilih bermacam pakaian di hadapannya.

"Uang bulananmu sudah Mama kirimkan, makanlah dengan baik," ujar Mama-Nya.

Aku terdiam sejenak, berpikir bagaimana cara memberitahu Mama soal situasiku saat ini. "Tabunganku masih banyak. Mama tidak perlu mengirimkannya lagi," pintaku.

"Kau sedang liburan, jadi membutuhkan banyak uang. Hidup di Korea memerlukan banyak biaya. Kau harus menikmati liburanmu, dan kembali secepatnya!" ujar Mama-Nya dengan nada cemas.

"Manda akan beritahu kapan Manda akan pulang. Mama, jangan mengkhawatirkan aku," jawab Manda sembari tersenyum kecil, meskipun sang Mama tidak bisa melihatnya.

"Tapi kamu tidak buat masalah lagi kan?" tanya Mama Manda.

"Ngga lah, Ma! Manda sudah dewasa. Manda tahu mana yang benar dan salah," jawab Manda dengan nada meyakinkan.

"Ya sudah, jaga dirimu baik-baik. Oh, ya! Kemarin sahabatmu main ke rumah. Katanya sebentar lagi akan berangkat ke Korea. Dia ingin mencari pekerjaan di sana dengan bantuanmu," ucap Mama-Nya.

"Anin?" tanya Manda dengan rasa penasaran.

"Ya Anin,"

"Benarkah? Kapan?" tanya Manda antusias.

"Katanya, beberapa hari lagi,"

"Manda akan menghubunginya nanti. Ya sudah, Manda sedang berada di perjalanan. Assalamualaikum," ucap Manda.

"Wa'alaikumsalam,"

Manda berbalik dan melihat ke arah Jae in yang sudah keluar dari ruang ganti. Pria itu terlihat sedikit gugup dan terpesona dengan kecantikannya.

"Kau sudah lama menunggu?" tanya Manda.

"Ka-kau?" tanya Jae in dengan gugup, wajahnya sedikit memerah.

"Ada apa? Kau baik-baik saja?" tanya Manda lagi dengan senyum ramah.

"Ba-bagaimana dengan ini?" tanya Jae in setelah memakainya.

"Hmm, tidak buruk. Ini sangat pantas denganmu," ujar Manda, lalu berjalan ke arah Jae in untuk memperbaiki kerah bajunya.

Jantung Jae in berdetak sangat kencang, matanya tak bisa lepas dari Manda yang begitu dekat, menelan ludah saat kedua mata mereka bertemu.

...To be continued....

1
Iren Nursathi
apa yg terjadi thor jngn sampe ya
Iren Nursathi
jangan sampe foto nya tersebar thor kasihan
lalarahman23
Ingin BAB tambahan? Tolong sukai dan beri komentar kalian, juga penilaian anda. Terimakasih sudah mengikuti kisah Mandalika 📌
Ana@&
lanjut
Iren Nursathi
aku tidak suka tokoh anin jauhkan thor sudah terlalu banyak masalah manda
Sad Grill
asik ceritanya
lalarahman23: Terimakasih, Bab ke atas lebih menarik lagi kak.
total 1 replies
Iren Nursathi
makin seru lanjuuuuut thor
lalarahman23: Terimakasih, Jangan lupa kasi ratingnya ya Kak🙏
total 1 replies
Bintangkehidupan
Semoga Authornya doyan Update!
Bintangkehidupan
Semangat Thor! Yuk updatenya banyakinn
Bintangkehidupan
Cepetan lanjuttt🙀
Bintangkehidupan
/Puke//Puke//Puke/
Bintangkehidupan
GOMBALLL
Bintangkehidupan
Kasian in yeop, manda kamu bener bener yaa🙉
Bintangkehidupan
/Panic//Panic//Panic/
Bintangkehidupan
kok di gigit🙈
Bintangkehidupan
Kasian banget umin, pasti tersiksa banget di tinggalin manda. mana nikah sama sikopet it lagi. ngeri nasipmu
Bintangkehidupan
Padahal si mama itu dah bener, harusnya Manda move on, ini malah nekat balik lagi
Bintangkehidupan
Doohyun itu dari awal emang sebenernya suka sih sama manda, tapi ketutup sama sikapnya yang dingin.
Bintangkehidupan
/Whimper//Whimper//Whimper/
Bintangkehidupan
Ngakak😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!