Fabby Alexandrina merupakan putri tunggal dari pengusaha kaya raya. Kedua orang tuanya meninggal karena mengalami kecelakaan, dan saat ini Fabby tinggal bersama Neneknya.
Neneknya ingin sekali melihat Fabby menikah hingga akhirnya Neneknya pun menjodohkan Fabby dengan seorang sekuriti. Awalnya Fabby menolak, namun Neneknya tetap memaksa.
Akankah Arga mampu membuat Fabby jatuh cinta kepadanya? dan apakah Fabby akan luluh dengan kesabaran Arga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 27 Sudah Jatuh, Tertimpa Tangga
Fabby melilit tubuhnya dengan selimut, lalu secara perlahan dia bangkit dan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Fabby berjalan pelan-pelan karena merasakan perih di area sensitifnya. Setelah masuk ke dalam kamar mandi, dia kembali menangis.
"Bodoh, kenapa aku sampai melakukan ini?" batin Fabby sembari memukul kepalanya.
Fabby merasa sangat menyesal, kali ini dia tidak bisa menyalahkan Arga karena memang semua ini dia yang memaksa. Hati Fabby benar-benar sakit, dia hanya ingin melakukannya dengan pria yang dia cintai bukan dengan Arga. Walaupun pada kenyataannya Arga berhak melakukan itu karena dia suami sahnya Fabby.
Setelah selesai mandi, Fabby pun segera memakai baju dan dilihatnya Arga masih tidur. Hati Fabby sakit jika mengingat kejadian tadi malam, dia pun mengambil kunci mobil dan langsung pergi dari rumah Arga. Tidak membutuhkan waktu lama, Fabby pun sampai di rumah Andin.
"Fabby kamu kenapa?" tanya Nenek Andin.
"Tidak apa-apa, Fabby masuk kamar dulu," sahut Fabby dengan berlari menuju kamarnya.
"Kenapa lagi dengannya?" batin Nenek Andin.
Fabby mengunci kamarnya, dia menyalakan musik dan menangis sekencang-kencangnya karena dia tidak mau neneknya sampai tahu. Sementara itu, Arga baru saja menggerakkan tubuhnya. Dia mulai membuka matanya, dan melihat ke samping ternyata Fabby sudah tidak ada.
"Ke mana dia?" gumam Arga panik.
Arga mengambil celana boxer miliknya, lalu keluar dari dalam kamarnya mencari keberadaan Fabby. "Fab, apa kamu di dalam?" teriak Arga sembari mengetuk pintu kamar mandi.
Perlahan Arga memutar handle pintu kamar mandi, namun ternyata Fabby tidak ada di sana. "Astaga, Fabby ke mana? apa dia pulang ke rumah Nenek Andin?" batin Arga.
Arga tidak mau berlama-lama, dia pun segera mandi dan dia ingin menyusul Fabby dan meminta maaf. Setelah selesai mandi dan memakai baju, Arga pun keluar dan mencari motor bututnya itu tapi tidak ada.
"Loh, kok motor aku gak ada," gumam Arga.
Arga mulai mengingat-ingat, dan ternyata dia ingat kalau motornya ditinggal di depan club karena tadi malam dia memakai mobil Fabby. "Sial, motor aku 'kan masih ada di club," kesal Arga.
Arga tidak mau berlama-lama, dia pun memesan ojek online. Tidak membutuhkan waktu lama, Arga pun sampai di rumah Andin dan dengan cepat masuk ke dalam rumah.
"Assalamualaikum, Nek."
"Waalaikumsalam. Arga, ada apa kok wajah kamu kelihatan pucat sekali?" tanya Nenek Andin.
"Apa Fabby ada di sini?" Arga justru balik bertanya kepada Andin.
"Ada, tadi pagi Fabby pulang tapi sepertinya mata Fabby bengkak kaya yang habis menangis, apa kalian bertengkar lagi?" sahut Nenek Andin.
"Ada sedikit masalah, kalau begitu Arga susul Fabby dulu." Arga berlari menuju lantai dua.
"Anak muda itu, selalu saja tidak akur," batin Nenek Andin.
Arga membuka pintu kamar Fabby, namun pintunya terkunci dari dalam. "Fab, Fabby, buka pintunya aku ingin bicara sesuatu sama kamu!" teriak Arga.
Fabby masih menangis dan terduduk di lantai sembari memeluk ke dua lututnya. Walaupun Fabby menyalakan musik, namun Fabby masih bisa mendengar suara Arga mengetuk pintu kamarnya. Air mata Fabby kembali mengalir, lalu dia menenggelamkan wajahnya di sela-sela lututnya.
"Aku gak mau ketemu sama kamu lagi, Arga," gumam Fabby.
"Fabby, aku mohon buka dulu pintunya. Aku ingin bicara sama kamu!" Arga kembali berteriak namun percuma Fabby tidak mau membuka pintunya.
Arga lemas, dia benar-benar merasa sangat bersalah. "Kenapa, Fabby tidak mau membuka pintunya?" tanya Nenek Andin yang tiba-tiba menepuk pundak Arga dari belakang.
"Iya, Nek," sahut Arga lemas.
"Fabby memang seperti itu, jika dia sedang marah maka dia akan mengurung dirinya di kamar. Jangan khawatir, paling dia marah cuma dua hari saja nanti juga dia kembali seperti biasa," ucap Nenek Andin.
"Tapi kesalahan Arga sangat besar Nek, gak mungkin Fabby mau memaafkan Arga," ucap Arga sedih.
Andin mengelus lengan Arga dengan lembut. "Kamu yang sabar, sikap Fabby memang keras dan susah untuk di atur. Nenek yakin, lambat laun Fabby akan menerima kamu sebagai suaminya," ucap Nenek Andin memberikan semangat.
Arga pun memilih untuk turun ke lantai satu, dan mengobrol dengan Andin disana. Arga berharap, Fabby akan keluar dan menemuinya. 2 jam pun berlalu, Arga sampai ketiduran di sofa hingga tiba-tiba terdengar pintu kamar Fabby terbuka dan Arga langsung terbangun.
Fabby berlari dari lantai dua, dia tidak tahu jika Arga masih berada di sana. "Fabby, kamu mau ke mana?" tanya Arga menahan lengan Fabby.
"Lepaskan aku," ucap Fabby dingin.
"Fab, aku mohon kita bicara sebentar, aku mau minta maaf sama kamu atas kejadian tadi malam," ucap Arga memelas.
"Aku tidak mau mendengar itu lagi, lupakan semuanya dan anggap saja tadi malam tidak terjadi apa-apa." Fabby menghempaskan tangan Arga.
"Tapi kamu mau ke mana?" Arga kembali menahan lengan Fabby membuat Fabby geram.
"Aku bilang, lepaskan! apa kamu tuli!" bentak Fabby dengan mata yang memerah menahan amarah.
Arga pun melepaskan lengan Fabby, Fabby dengan cepat pergi meninggalkan rumah dengan menggunakan mobilnya. Arga tidak tahu Fabby mau ke mana, tapi dia bisa lihat dari raut wajahnya jika ada kesedihan dan kekhawatiran. Arga pun mengotak-atik ponselnya, entah siapa yang Arga hubungi.
"Astaga, kenapa masalah demi masalah datang menghampiriku," gumam Fabby dengan mata yang berkaca-kaca.
Poppy menghubungi Fabby, kalau pabrik pembuatan berlian miliknya kemasukan orang yang tidak dikenal. Lagi-lagi Fabby kecolongan dan Fabby harus menelan pil pahit jika sebagian karyawannya ada yang mengkhianatinya selama ini. Sesampainya di pabrik, Poppy dan penanggung jawab pabrik sudah menunggu di depan.
Fabby dengan cepat keluar dari dalam mobilnya. "Kenapa semuanya bisa terjadi?" geram Fabby.
"Maafkan kami Bu, kami kecolongan. Orang itu begitu sangat lihai dan memanfaatkan kelengahan kami," ucap Pak Farid.
Fabby merasa sangat geram, dia pun segera masuk ke dalam pabrik berlian miliknya. Pabrik berlian tidak sama dengan pabrik pada umumnya, bahkan pabrik itu dijaga dengan sangat ketat tapi tetap saja masih bisa kecolongan. "Apa yang orang itu ambil?" tanya Fabby geram.
"Orang itu mengambil berlian yang siap di perlihatkan untuk pameran berlian di Bangkok minggu depan," sahut Poppy dengan menundukkan kepalanya.
"Astaga, apa lagi ini? kemarin desain aku dicuri dan aku gagal mendapatkan kerja sama dari para investor, dan sekarang berlian yang sudah siap untuk dipamerkan, hilang juga ada yang nyuri, kalian memang tidak becus bekerja!" bentak Fabby.
Poppy dan semua karyawan hanya bisa menundukkan kepalanya, mereka takut dengan kemarahan Fabby. Kali ini Fabby benar-benar frustrasi, pepatah yang berbunyi sudah jatuh tertimpa tangga saat ini sedang Fabby alami. Hati, pikiran, dan perasaan Fabby sedang mengalami kehancuran yang sangat luar biasa.
gasss season 2