Diandra Veronika seorang selebriti yang cukup terkenal karena kecantikannya, di jebak oleh Sadewa Bahuwirya seorang CEO paling berkuasa yang sangat terobsesi padanya. Dimana dia harus menjadi jaminan untuk Ayahnya yang terikat hutang sangat besar pada perusahaan Dewa.
"Aku mencintaimu Dee, kamu harus menikah denganku, kamu hanya milikku!!"
~ Dewa ~
"Aku tidak sudi menikah dengan iblis sepertimu!! Kau tidak mencintaiku, kau hanya terobsesi padaku!!"
~ Diandra ~
Apa Diandra akan menerima Dewa begitu saja saat dirinya mempunyai Bryan, pria yang dia cintai??
Apa Dewa bisa sadar dengan obsesinya itu dan melepaskan Bella hidup bahagia dengan orang yang dicintainya??
Bagaimanakah akhir cerita mereka?? Ikuti terus perjalanan mereka mencari cinta sejatinya yaa...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Manda mulai beraksi
"Siapa dia Mas??" Tanya Diandra dengan jantungnya yang masih belum kembali normal karena perempuan itu.
Dewa membuka pintu mobilnya. Dia ingin memastikan jika perempuan yang hampir di tabrak itu baik-baik saja.
Diandra juga ikut keluar dari pintu sebelahnya begitu juga para anak buahnya yang berhamburan menyusul Dewa.
"Anda tidak papa??" Tanya Dewa pada perempuan yang wajahnya tertutup rambutnya yang berantakan itu.
"Tolong aku!!" Lirih perempuan itu dengan tangisannya.
"Kamu kenapa, ada apa denganmu?? Kenapa meminta tolong?? Kenapa menghentikan mobil kita seperti itu. Bisa bahaya kalau sampai kamu tertabrak" Ucap Diandra.
"Tolong aku!!" Hanya itu wanita itu ucapkan sejak tadi.
Diandra mendekat dan memegang bahu wanita itu untuk melihat wajah yang tertutup rambut sebahunya hang berantakan itu.
"Ka-kau??" Diandra terkejut bukan main melihat siapa perempuan itu.
"Manda??" Ucap Dewa yang sama terkejutnya.
"Apa yang kau lakukan hah?? KAU G*LA??" Bentak Dewa.
"Maaf, aku tidak bermaksud mencelakakan kalian tapi aku butuh bantuan. Lihat aku, ini semua ulah preman-preman itu!!"
Manda menunjukkan tangan dan wajahnya yang lebam. Juga bajunya yang terkoyak membuatnya terlihat mengenaskan.
"Mereka semua suruhan Alex. Dan saat ini aku tidak punya apa-apa lagi, semua barang ku sudah di ambil mereka. Aku tidak tau lagi harus meminta bantuan pada siapa lagi Dewa. Aku mohon tolong bantu aku. Akhir-akhir ini Alex selalu meneror ku, aku takut berada di luar sendirian"
Dewa masih diam dengan terus menatap Manda tajam. Dia sedikit tidak percaya dengan apa yang dilakukan Alex pada Manda itu.
"Dewa aku mohon bantu aku. Ijinkan aku tinggal bersamamu untuk beberapa waktu. Aku yakin Alex tidak akan berani menyakitiku jika aku bersamamu" Mohon Manda dengan wajahnya yang penuh air mata.
Diandra sampai melebarkan matanya kala.mendengar permintaan Manda itu. Dia beralih menatap Dewa yang masih diam tanpa kata.
"Dewa aku mohon!! Jika kamu tidak mau membantuku karena kamu masih marah padaku setidaknya bantulah aku sebagai sesama manusia" Lirih Manda dengan tangannya yang mengatup di depan dada.
"Aku akan membawamu ke kantor polisi. Biar mereka yang membantumu menangani Alex" Ucap Dewa, dan jawaban Dewa itu mampu membuat Diandra tersenyum tipis.
"Aku tidak mau Dewa!! Walaupun Alex sudah ada dipenjara pun dia pasti tetap akan menyakitiku melewati anak buahnya. Hanya ini yang bisa menolongku Dewa. Bawa aku ke dalam rumahmu, hanya ini tempat yang paling aman buatku. Aku janji tidak akan lama. Aku akan segera mencari cara untuk bisa membuat Alex sadar untuk melepaskan ku"
Dewa memandang wajah basah milik wanita yang dulu sempat mengisi hatinya itu. Ada rasa tak tega melihat wajahnya yang lebam serta tubuhnya yang sudah compang-camping seperti itu.
"Baiklah, tapi hanya untuk sementara waktu" Putus Dewa akhirnya.
Diandra langsung menatap Dewa dengan tajam setelah mendengar jawaban tak masuk akal dari Dewa.
Bagaimana mungkin dia akan menampung tiga wanita didalam rumahnya.
"Terimakasih Dewa, terimakasih" Manda langsung menghambur ke pelukan Dewa.
Dewa yang tak sempat menghindar hanya diam saat Manda menempelkan wajahnya pada dadanya.
Sementara Diandra lebih memilih menghindar. Jarak rumah dari mereka berdiri saat ini hanya tinggal beberapa meter lagi, jadi Diandra meninggalkan Dewa yang sedang asik berpelukan dengan mantan teman dekatnya itu untuk pulang lebih dulu.
"Dasar laki-laki m*urahan. Mau-mau saja di peluk sana sini" Gumam Diandra tanpa mau menoleh kebelakang sedikitpun.
Sementara itu senyuman licik terlihat dari bibir Diandra yang dia sembunyikan di dada Dewa.
"Lepaskan!!" Perintah Dewa dengan dingin.
"Maaf Dewa, aku terlalu senang karena akhirnya kamu mau membantuku" Ucap Manda .menghapus sisa air mata di wajahnya.
Dewa baru sadar jika Diandra sudah tidak ada lagi di sana. Dia merutuki dirinya sendiri karena tidak menyadari kepergian Diandra.
Dengan buru-buru Dewa masuk ke dalam mobilnya, membawa mobilnya itu ke dalam rumah dan ingin segera menyusul Diandra.
"Bolehkah aku ikut dengan mu Dewa??" Diandra ingin duduk di samping Dewa dimana tempat Diandra tadi.
"Rumahku sudah terlihat, sebaiknya kau jalan kaki" Ucap Dewa yang kemudian menjalankan mobilnya lagi untuk memasuki rumahnya.
Manda yang melihat mobil Dewa menjauh mulai memperlihatkan dirinya yang asli. Senyuman yang licik penuh kemenangan menghiasi wajahnya.
"Lihat saja!! Aku akan segera merebut posisi yang seharusnya menjadi milikku itu. Dewa aku yakin kamu masih mencintaiku seperti dulu, sayang"
🌻🌻🌻
"Ely, kau lihat Diandra?" Dewa terlihat pani mencari keberadaan Diandra.
"Tadi Nyonya naik ke atas Tuan, tapi saya tidak tau ada di kamar atau di man" Jawan Ely sedikit membungkuk.
Dewa langsung berlari menaiki tangga dengan melompatinya beberapa anak tangga dengan kakinya yang panjang.
"Dee??" Panggil Dewa saat masuk ke dalam kamarnya. Tapi dia tidak melihat Diandra di sana. Hanya tasnya saja yang terletak di ranjang dengan asal.
Namun Dewa melihat pintu kamar mandi yang tertutup dan terdengar suara gemericik air di dalamnya.
Dewa memilih menunggunya dengan duduk di sofa. Menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa. Kepalanya mendadak terasa pusing. Dia bertanya-tanya dalam hatinya.
"Apa keputusan yang aku ambil ini benar. Bagaimana kalau ini hanya akan memperburuk hubunganku dengan Diandra?? Apa dia marah aku menyetujui permintaan Manda itu??" Tanya Dewa dalam hati.
Dewa terus bergelut dengan pikirannya sampai Diandra keluar dari kamar mandi dengan rambutnya yang digulung dengan handuk.
Dilihat dari reaksinya sepertinya Diandra terkejut melihat Dewa yang telah duduk di sofa kamar mereka.
"Dee?" Panggil Dewa pada istrinya itu.
Diandra hanya melirik Dewa sekilas kemudian melanjutkan langkahnya menuju meja rias. Mengoleskan pelembab di wajahnya yang sudah halus mulus itu.
"Apa kamu marah karena aku menyetujui permintaan Manda untuk tinggal disini Dee??" Tanya Dewa yang melihat pantulan wajah diandra di dalam cermin.
"Tidak, untuk apa aku marah. Aku tidak ada hak untuk itu. Lagi pula rumah sebesar ini mungkin cocok untuk tempat penampungan wanita" Diandra terkekeh di setelah mengucapkannya.
"Apa maksudmu Dee??"
"Yah, mungkin setelah ini akan ada wanita baru lagi yang akan menumpang disini setelah Tara dan wanita tadi" Sindir Diandra membuat Dewa terdiam.
"Aku sebenarnya juga bingung Dee, aku hanya merasa kasihan melihatnya dengan kondisi berantakan seperti tadi. Baju kotor dan lebam dimana-mana. Biar bagaimanapun dulu dia adalah sahabatku Dee" Dewa kembali menyandarkan kepalanya pada sofa.
"Dulu adalah wanita yang kamu cintai lebih tepatnya!!" Sergah Diandra dalam hati.
"Apa kamu masih mencintainya??" Pertanyaan tiba-tiba itu membuat Dewa langsung menegakkan badannya kembali.
"Apa maksudmu Dee, kamu tau sendiri hanya kamu yang aku cintai. Aku dulu memang sempat menyukainya tapi itu dulu. Sekarang dia sudah benar-benar hilang dari hatiku. Dan apa yang aku lakukan ini hanya sebatas kasihan saja. Tolong percayalah padaku Dee" Jelas Dewa dengan frustasi.
"Kalau kamu tidak mencintainya kenapa dengan mudah kamu ingin menolongnya??" Diandra menatap mata Dewa dengan begitu dalam sampai Dewa merasa gugup dengan tatapan itu.
"Sedangkan aku, yang katanya sangat kau cintai ini sampai harus memohon dan memotong urat nadiku hanya untuk meminta sebuah kebebasan darimu?? Bukankah dulu keadaanku sama dengannya?? Penuh lebam dan mengenaskan??"
JEDEERR....
Kalimat menohok Diandra itu bagaikan petir yang menyambar tepat di hati Dewa, sampai membuat pria itu tak sanggup mengeluarkan suaranya.
Bersambung...
narutonya mana?
menguras emosi, sedih, ketawa, bahagia, nangis
dari cerita bella elang sampai dewa diandra bagusss bget.
top markotop penulis nya
jempol dua untuk mu kak...
👍👍