Sequel MENIKAH MUDA cerita hanya Fiktif belaka,jika ada kesamaan tempat ,nama,itu hanya kebetulan semata.Karena cerita ini cuma halu si Othor yang labil.Kalau nggak suka mending SKIP saja nggak usah koment yang nggak ada manfaat..🙏
Abia Kiradzki Mahardika gadis 20th yang terlihat berbeda dengan penampilan yang tertutup dan misterius.
Di pertemukan dengan seorang dosen muda bernama Harraz Al'Gifari dengan wajah tampan namun punya sifat terkesan dingin.
Kehidupan keduanya berubah kala sebuah insident yang merubah hidup mereka.
Apa yang terjadi antara mereka berdua,ikuti kisahnya..
Luv u sekobon..💜💛
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Arum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#Keputusan Bia
Bia menghela nafas panjang,menatap Laila yang terlihat menunggu Bia bicara.
Bia menerbitkan senyuman smirknya di balik niqabnya.Geram rasanya dia melihat wanita yang bernama Laila itu.
Apa yang dia pikirkan sampai dia berani melakukan hal seperti ini.
"Maaf semuanya jika kalian menanyakan soal saya setuju tidaknya menjadikan Ning Laila madu saja jawabannya tidak akan.Saya bukan menentang adanya poligami karena memang ada di dalam Al'quran namun,dengan aturan yang tentunya baik bagi seseorang yang mau menjalankan poligami.Tapi, saya pribadi tidak akan memberikan ijin pada suami saya untuk berpoligami."ucap Bia dengan tegas.
Semua orang saling pandang dan terlihat wajah Laila yang terlihat berubah kecewa,marah bahkan mungkin kesal pada keputusan Bia.
"Tapi, menurut saya Gus Arraz...
"Maaf Abah Kyai.. sebaiknya kita tunggu suami saya pulang,kalau kalian menanyakan apakah saya mengijinkan suami saya menikah lagi tentu saja tidak akan.Saya tidak akan membawa racun dalam pernikahan saya."ucap Bia memotong omongan Kyai Sidik.
"Ndok' sabar.. Istighfar."ucap Umi Kalsum menenangkan menantunya.
"Saya rasa kalau saya menjadi yang kedua Ning Bia masih tetap menjadi yang pertama,kita bisa melakukan tugas yang saling melengkapi."ucap Laila yang masih berusaha untuk tidak menyerah mendapatkan restu dari Bia.
"Maksudnya gimana yaa..," tanya Bia dengan memicingkan matanya.
"Ning Biaasih bisa fokus dengan kuliah dan cita-cita Ning Bia ,kalau saya bisa mendampingi Umi untuk sewaktu-waktu kajian atau membantu dalam pesantren sebagai pengajar."ucap Laila
"Ohhh...jadi dia bawa-bawa keahlian nya"batin Bia.
"Saya rasa tidak ada yang perlu di bicarakan lagi,jika Ning Laila masih ingin jawaban dari suami saya silahkan kembali kesini setelah suami saya pulang,maaf saya permisi.. Assalamualaikum.."ucap Bia pamit untuk masuk ke dalam kamarnya.
.
.
"Said,lihatlah bagaimana perilaku menantu kamu itu.Apa salahnya jika Laila menjadi madunya dia pun bisa lebih fokus dengan studi nya,Laila pun nggak nuntut Harraz untuk selalu dengannya,Laila bisa mengajari dia kebiasaan seorang Ning yang sesungguhnya."ucap Kyai yang tak terima dengan penolakan Bia.
Kyai Said menghela nafas panjang."Aku rasa itu adalah hak Bia untuk tidak menerima poligami.Jika kalian ingin tahu bagaimana jawaban Harraz malam Minggu nanti bisa ke sini biar semuanya jelas dan kalian tidak menyalahkan menantu ku ."ucap Kyai Said pada sahabatnya.
Walaupun dia sudah tahu pasti jawaban Harraz tentang lamaran Laila namun,dia ingin anaknya lah yang menjawab nya secara langsung.
"Baiklah tapi, kamu tentunya tidak melarang anakmu berpoligami kan?"tanya Kyai Sidik pada Kyai Said.
"Tidak,saya tidak melarang anak-anak dan menantu lelaki saya berpoligami yang terpenting dia tahu adab berpoligami yang yang sesuai syariat Islam."ucap Kyai Said pada Kyai Sidik.
Dari pihak Kyai Sidik tentu jawaban kyai Said membawa sedikit angin segar karena setidaknya kyai Said sudah memberikan lampu hijau pada anak-anak nya berpoligami.
Namun memang,baik anaknya Zaf dan Zidan menolak poligami karena mereka merasa tidak sanggup untuk melakukan poligami.
Keluarga Kyai Sidik pun akhirnya berpamitan untuk pulang.Kini tinggal keluarga Kyai Said yang ada di ruang tamu mereka pun tak habis pikir kenapa Laila sampai nekat melamar Harraz untuk menjadi suaminya.
"Abah,abang rasa Ayaz nggak akan menerima pinangan Ning Laila."ucap Zaf pada sang abah.
"Abah pun berpikir demikian tapi, abah akan menunggu jawaban langsung dari Ayyaz sendiri.Abah takut dia kecewa lagi pada abah,baru saja dia mau berinteraksi dengan abah kalau sampai abah tadi menanggapi kemauan Kyai Sidik Abah pun berusaha menempatkan diri Abah di pihak yang netral.Untuk Bia,Abah yakin dia bisa memaklumi sikap abah tadi."ucap kyai Said.
"Iya,tapi ..keren juga adik ipar Zaf..dia bukan perempuan lemah dia perempuan yang tegas "ucap Zaf.
Semua membenarkan ucapan Zaf, walaupun dianggap tak sopan dengan sikap yang terlihat frontal namun,itu adalah sifatnya yang tak perlu ada kepura-puraan.
.
.
Sementara Bia saat ini sedang mencoba menghubungi suaminya namun,belum ada jawaban darinya.Kesal,itu yang dia rasakan saat ini.Walaupun Bia rasa belum ada rasa cinta namun,kesal itu pasti.Persaan seorang istri pastinya akan merasa kesal karena ada seseorang yang menginginkan suaminya dan dia secara terang-terangan meminta ijin padanya.Karena sedari tadi panggilan nya tak diangkat akhirnya dia pun membuang ponselnya ke atas tempat tidur. Melihat jam didinding sebentar lagi sudah akan magrib,Bia langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah dua puluh menit Bia keluar dan siap-siap untuk ke masjid bersama Ibu mertuanya karena memang malam ini ada kajian bersama sang umi serta para santriwati.
.
.
.
Sementara di Bandung Harraz yang baru pulang dari perkebunan dia masuk ke kamarnya dan membersihkan diri, ponselnya berbunyi saat Bia menghubungi nya.
Lima belas menit dia keluar dari kamar mandi dan memakai gamisnya siap ke masjid bersama kakek dan juga Umay.Saay dia mengecek ponselnya ada banyak sekali panggilan dari sang istri.
"Ada apa Bia telpon,banyak sekali panggilan tak terjawab.Sudahlah,nanti saja aku telpon habis isya malam rabu Umi ada kajian." gumam Harraz.
"Mas bro ..Mas...udah belom !!" seru Umay dari depan kamarnya.
"Iyaa,sebentar.." seru Harraz langsung keluar dari kamar nya dengan menenteng sajadah.
"Eeehhh..kusut amat ,ada apa nih?"tanya Umay saat melihat wajah sepupunya.
"Apaan sih,lagi mikirin bini lah..." jawab Harraz asal.
"Cie cie...OTW bucin nih... hahahaha.."ledek Umay pada sepupunya itu.
"Bucin sama istri sendiri nggak dosa kan,lagian bini gue cantik bro.."ucap Harraz dengan santai.
"Jiahhh..pulang tugas langsung ajak bulan madu lah..."ujar Umay.
"Insyaallah doain saja ,semoga dia sudah bisa terima kenyataan kalau aku suaminya ."ujar Harraz.
"Memangnya selama ini kakak ukhti belum terima mas bro jadi suami nya?"tanya Umay dengan penuh selidik.
"Kita masih sama-sama belajar saling menerima satu sama lain,kalau dikamar sih kami sudah nggak ada namanya pembatas teritorial alias guling jadi pembatas wilayah..hehehe"ucap Harraz ingat jika dua malam ini tak ada lagi guling diantara mereka yang menjadi pembatas.
.
.
Setelah makan malam Bia baru masuk ke dalam kamarnya. Rasanya sepi karena nggak ada Harraz ,tambah lagi dua kakak Iparnya tak tinggal di ndalem lagi mereka tinggal di rumah masing-masing yang masih satu komplek dengan pesantren.
Drrrttt Drrrrrttt
📞Aa husband Calling..
"Akhirnya dia telpon juga.."gumam Bia merasa senang karena akhirnya suaminya menghubungi dirinya duluan