NovelToon NovelToon
Kebebasan Berahasia

Kebebasan Berahasia

Status: tamat
Genre:Tamat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa / Suami ideal / Office Romance
Popularitas:8.2k
Nilai: 5
Nama Author: Jojo ans

Kanesa Alfira, yang baru saja mengambil keputusan berani untuk mengundurkan diri dari Tano Group setelah enam tahun dedikasi dan kerja keras, merencanakan liburan sebagai penutup perjalanan kariernya. Dia memilih pulau Komodo sebagai destinasi selama dua minggu untuk mereguk kebebasan dan ketenangan. Namun, nasib seolah bermain-main dengannya ketika liburan tersebut justru mempertemukannya dengan mantan suami dan mantan bosnya, Refaldi Tano. Kejadian tak terduga mulai mewarnai masa liburannya, termasuk kabar mengejutkan tentang kehamilan yang mulai berkembang di rahimnya. Situasi semakin rumit dan kacau ketika Kanesa menyadari kenyataan pahit bahwa dia ternyata belum pernah bercerai secara resmi dengan Refaldi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jojo ans, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

34

Mas Adi tega sekali.

"Tega kamu Mas! Ini sakit banget lho, itu kan berdarah lagi hueeeee," raungku disertai tangisan. Jujur saja sepatu yang dibeli Mas Adi saat honeymoon kami di Inggris dengan harga sekitar $500 itu sangat berat dan kalau diinjakkan pada sesuatu tentu saja sakit. Apalagi yang diinjaknya adalah kakiku

yang mungil dan imut ini. "Astaga sayang. Maaf Aku nggak sengaja.

Mas Adi panik ketika melihat darah segar merembes dari jari kakiku. Dengan cepat dia kembali memanggil petugas kesehatan kantor untuk

mengobatiku. Sialan kamu Mas. Sakit sekali ini. Aku mengumpatinys dalam hati. Biarkan aku dikatakan istri durhaka,

aku lebih menyayangi kakiku.

Saat kami sedang berbincang, datang

Tatiana. "Pak, ada klien yang bertamu," ucap Tatiana. Mas Adi mengumpat kesal.

"Nggak bisa ditunda? Kamu lihat istri saya lagi sakit gini, nggak mungkinlah saya tinggalin," balas Mas Adi dengan

nada kesal. "Nggak bisa Pak, kliennya itu dari Keluarga Handoko, katanya hanya meminta waktu 15 menit untuk bicara dengan Bapak." Mas Adi langsung menoleh.

"Handoko?" tanyanya agak terkejut.

"Kenapa Mas?" Aku juga bertanya penasaran karena melihat wajah seriusnya.

"Oh nggak sayang, marganya sama

dengan orang yang ku kenal." "Ya udah, kamu tunggu di sini. Tati, tolong jaga Fira. Itung-itung sebagai

pengabdian terakhirmu sebelum berangkat ke LA." Aku melihat Tatiana mendengus, Mas

Adi memperlakukannya layaknya

pembantu. "Sabar Tatiana, beberapa waktu ke depan kamu nggak akan dengar dia

mencerocos lagi," ucapku sembari

menepuk pundak Tatiana. Dia mengulas senyum dan memelukku.

Ah aku pasti akan merindukan Tatiana setelah ini. Mas Adi mendengus mendengar percakapan kami berdua. "Sayang aku pergi dulu," tuturnya. Aku sebenarnya tidak terima, Mas Adi harus bertanggungjawab pada lukaku. Mas Adi membujukku dengan segala

cara. Hingga akhirnya dia membiarkan

aku berkumpul dengan teman-teman

kantor tanpa dirinya, sesuai

permintaanku, tapi tetap bersama Tatiana sebagai penjagaku. "Ti kamu pergi aja, nggak apa-apa kok. Selesaikan kerjaan kamu," ucapku.

Tatiana menoleh.

"Kamu emang paling tahu kalau aku

lagi banyak kerjaan Nes. Tapi apa

nggak apa-apa?"

"Nggak kok, itu mereka udah datang

kok

Aku menunjuk gerombolan mantan. teman-teman kerjaku dulu. Tatiana kemudian mengangguk dan tersenyum. "Ku tinggal ya Nes," serunya lalu melangkah pergi. Ya aku tahu detik-detik terakhir Tatiana bekerja di kantor ini pasti Mas Adi melimpahkan banyak

pekerjaan padanya. Nah sebagai teman perempuan yang baik, aku akan membiarkannya bekerja tanpa harus mengawasi ku. Mas Adi juga tidak akan tahu.

"Pak Adi mana?" tanya Deon.

"Lagi sibuk," balasku singkat. "Ah kayaknya bukan lagi sibuk tapi karena Mbak Nesa emang nggak mau kita ngumpul bareng Pak Adi," tebak Seya asal. "Jahat banget Mhak Nesa, Pak Adi sampe nggak diajak kumpul," seru Lilis

tidak terima. " Bilang aja kamu kangen sama pak Adi, teriak Miranda. "Udah suami orang tuh," ejek Deon. Aku malah tertawa melihat tingkah mereka.

"Mbak Nesa peluk dong," seru mereka.

Namun aku mundur.

"Peluk boleh, injak kaki aku jangan."

peringatku.

Sudah cukup Mas Adi yang menginjak

tidak dengan orang lain.

"lya mbak, nggak mungkin lah kita

berani nginjak. Takut dipecat dong,"

sahut Seya.

Akhirnya secara bergantian mereka

memelukku.

"Eh btw kenapa kakinya Mbak?" tanya

Lilis.

"Keinjak sama sepatu mahalnya Mas

Adi," sahurku kesal.

Mengingat bagaimana Mas Adi

menginjak kakiku yang imut ini aku

jadi kesal dan ingin marah.

"Ah pantesan nggak ajak Pak Adi, lagi

marah toh," imbuh Intan.

"Nggak usahlah dulu dibahas Pak Adi,

di sini adanya Mbak Nesa ya topiknya

seputar tentang Mbak Nesa aja."

"Benar tuh Dion, mbak setuju,"

sahutku.

Mau ngumpul bareng, eh yang

dibahas malah Mas Adi, orang yang

tidak termasuk dalam lingkaran

pertemanan kami.

"Si Deon kayaknya punya dendam

sama Pak Adi," tuduh Miranda dengan

nada mengejek.

"Ya, bulan lalu proposal ya dilempar

ke udara gegara salah ngetik nama Pak

Adi, cerocos Lilis,

Mereka terbahak, aku juga. Tapi aku

lebih membayangkan ekspresi Mas Adi

saat itu.

"Eh Om Gibran mana?" tanyaku

tiba-tiba.

"Th sejak kapan Mbak Nesa manggilnya

Om? Biasanya juga manggil Mas,"

tanya Miranda heran.

"Ya biasalah bos besar kalian nggak

suka katanya kalau aku panggil

laki-laki lain dengan sebutan 'Mas'

cemburu katanya."

Mereka menahan senyum.

"Ih pengin dikekang kayak gitu," seru

Intan.

"Tya aku juga," imbuh Seya.

Aku melirik ngeri.

Bisa-bisanya mereka suka dikekang

seperti apa yang Mas Adi lakukan

padaku. Aku hanya mampu

menggelengkan kepalaku.

"Mas Gibran lagi tugas luar kota,"

jawab Deon dan aku hanya

menganggukkan kepala.

Kami berbincang-bincang sampai

jam istirahat berakhir, mereka

bahkan memakai 30 menit lagi untuk

berbincang. Untungnya Mas Adi

sedang ada tanu kalau tidak mereka

sudah pasti akan dimarahi dan

dituduh kerja makan tulang ataupun

makan gaji buta.

Siapa yang menuduh? Sudah pasti

Refaldi Tano, suami tampanku

tersayang.

Adi melangkah menuju ruangannya.

Di depan ruangan itu sudah ada tamu

yang dimaksud Tatiana. Nampak

seorang laki-laki berbalut jas abu-abu.

Laki-laki itu berdiri dari duduknya

dan menatap Adi dengan senyum yang

super merekah.

Adi melotot.

"Anherlan Serion Handoko," Adi

mengeja nama itu.

"Hai teman lama, lama tidak bertemu,"

sapa orang itu dengan nada begitu.

ramah.

Adi muak bahkan ingin muntah. Dia

mendengus, teman lama? Sejak kapan

dia dan Herlan berstatus teman lama?

Sudah gila.

"Oh hai perusak persahabatan. Masih

hidup ternyata kamu?"

Adi tersenyum mengejek, lelaki

bernama Herlan bahkan membalas

dengan senyuman yang lebih

mengejek. Adi mengepalkan tangan,

berusaha agar tidak terpancing emosi

Apalagi sekarang mereka sedang

berada di kantor.

"Bukan aku yang merusak

hubunganmu dengan Daru saat itu.

Tapi kamu sendiri Refaldi Tano. Eh

tapi bukankah hubungan kalian sudah

sangat baik sekarang? Daru bahkan

menikah dengan Gisha."

Adi mengepal.

"Tutup mulutmu sialan!"

"Oh iya kamu harus professional,

Jangan mencampurkan masalah

pribadi kita dengan perusahaan sama

seperti kamu yang menerima istriku

bekerja di perusahaanmu."

Adi mengerutkan kepalanya bingung.

Istri Herlan? Siapa?

Beberapa minggu belakangan Adi

tidak menerima karyawan. Eh tungeu

hanya Friska.

Jangan-jangan.....

"Kamu suami Friska?" tanya Adi

melotot.

"Ya, temanku. Aku suami dari mantan

kekasihmu itu," ucapnya dengan nada

super mengejek.

Adi merasa kepalanya berasap, kenapa

dia sampai tidak tahu dengan fakta

ini?

1
Kakashi Hatake
Seru banget, thor harus cepat update lagi dong!
Jojo ans: baik, besok aku update ya😇❤️
total 1 replies
Yami CB
Ada apa thor, kok masih lama update? Aku berharap cerita ini tidak berhenti sampai di tengah jalan.
Jojo ans: besok update kok😇
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!