Seorang Duta Besar Republik Indonesia yang bertugas di Belanda, diperintahkan pulang oleh pimpinan Partai, untuk dicalonkan sebagai Presiden pada Pemilu 2023. Dialah Milano Arghani Baskara. Pria mapan berusia 35 tahun yang masih berstatus single. Guna mendongkrak elektabilitasnya dalam kampanye, Milano Arghani Baskara, atau yang lebih dikenal dengan nama Arghani Baskara, diminta untuk segera menikah. Tidak sedang menjalin hubungan dengan wanita manapun, Argha terpaksa menerima Perjodohan yang diatur oleh orang tuanya. Dialah Nathya Putri Adiwilaga. Wanita muda berumur 23 tahun. Begitu Energik, Mandiri dan juga Pekerja keras. Nathya yang saat ini Bekerja di sebuah Hotel, memiliki mimpi besar. Yaitu melanjutkan pendidikan S2 nya di Belanda.
Akankah cinta beda usia dan latar belakang ini bersemi?
Mampukah Nathya menaikkan elektabilitas suaminya dalam berkampanye??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sirchy_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 35
Saat ini, ke empat gadis muda itu sudah berada di lobby sebuah Studio karaoke elit, dikawasan Pondok Indah Jakarta Selatan. Setelah melakukan Registrasi, mereka semua langsung menuju Room.
Tidak ada yang mampu menandingi bahagianya perasaan Nathya sore ini. Ia betulan mampu melupakan sejenak permasalahan dalam hidupnya, yang konsisten memukulnya selama tiga bulan terakhir.
Nathya merasa sexy, free and single seperti lagu Super Junior yang rilis tahun 2013. Tidak ada suara Argha yang seperti iblis Lucifer haram dibantah, ketika memintanya untuk berinteraksi dengan ibu- ibu pejabat demi sebuah rasa hormat dan nama baik. Tidak ada senyum palsu yang harus ia pamerkan pada wartawan, tidak ada orang- orang bermuka dua yang pura- pura baik padanya. Yang pasti, tidak ada tante Riana yang selalu merundungnya tiada henti. Dan yang hebatnya lagi, tidak ada Ajudan yang membuatnya sesak nafas, karena terus di kelilingi.
Hari ini, akan ia ukir sebuah sejarah terbebasnya, jiwa Serigala muda yang penuh semangat menembus hutan belantara. Sensasi berkaraoke bersama Cellin, Jeni dan Sherina itu berbeda dengan suasana saat ia, Mahalina dan teman- temannya yang lain berkaraoke di Bali. Jika bersama Lina, ia akan mendengarkan sebuah alunan musik dan indahnya nyanyian dari seorang Mahalina. Mirip- mirip penyanyi di televisi. Namun saat bersama teman- teman barunya, mereka bernyanyi dengan suara sumbang perusak gendang telinga.
Ahh! Indahnya sore Nathya hari ini. Setelah 3 bulan, akhirnya Nathya bisa menikmati lagi masa- masa mudanya dengan orang- orang yang tepat.
"Aku tita titut, aku butuh tatih tayang~" Jeni dengan suara pas- pasannya menyanyikan lagu best seller, dari sang idola Ayuna Tingkerbell. Tidak sampai di lagu Ayana Tingkerbell, lagu berlanjut hingga ke lagu "Ok Gas, ok gas, tambah dua torang gas."Jeni benar- benar meng- gas suaranya melengking cempreng, membuat Nathya, Cellin dan Sherina menutup telinga saking sumbangnya suara perempuan yang satu ini.
Sementara di tempat lain, Mama Dewina sudah berkali- kali menelepon menantunya untuk menanyakan keberadaan si Jelita putranya. Sudah lebih 10 kali mendial nomor ponsel menantunya, namun tidak juga ada jawaban.
"Aduh Thya, kamu kemana sih nak?" mama Dewina tampak khawatir. Tidak biasanya menantunya itu, tidak menjawab panggilan teleponnya yang hampir puluhan kali. Apalagi membatalkan untuk datang ke acara hanya melalui pesan singkat. Sungguh bukan kebiasaan Nathya.
Tidak ingin sesuatu terjadi pada menantu kesayangan, mama Dewina pun terpaksa menelepon Argha.
"Hallo buk?" Boni yang menjawab panggilan itu. Sebab, Argha sedang sibuk berbincang dengan beberapa influencer yang akan bergabung dalam Timses Argha nantinya.
Mendengar penjelasan mama Dewina, mau tak mau Boni harus segera memberikan ponsel tersebut pada Argha. Kedatangan Boni seraya membawa ponsel miliknya, cukup men distraksi kegiatan Argha saat ini.
"Dari ibu Dewina, pak," bisik Boni agar tidak terdengar oleh orang- orang di dekat sana.
Argha pamit sebentar untuk menjawab telepon dari mamanya. Argha cukup khawatir mengenai panggilan tersebut, karena tidak biasanya sang mama menelepon di jam kerja jika tidak ada hal darurat yang terjadi.
"Hallo ma?"
"..."
Ekpresi Argha berubah menajam kala mendapatkan telepon dari sang mama yang menanyakan tentang keberadaaan jelita kecil miliknya, yang tidak bisa di hubungi, dan tidak tahu keberadaannya sedang dimana.
Argha mulai sibuk men- dial ponsel Nathya namun tidak ada jawaban dari seberang sana. Argha menunggu hingga beberapa menit setelah itu, sebelum kembali menghubungi, namun masih tidak ada jawaban.
Rasa takut mulai mampir dalam kepala Argha. Lekas- lekas ia menghubungi bibi yang bekerja di rumahnya, siapa tau Nathya sudah pulang ke rumah atau setidaknya memberi kabar pada pelayan. Namun kata bibi pelayan, "Nyonya muda masih belum pulang dan tidak menelepon Pulang, tuan."
Akhirnya Argha memerintahkan Boni untuk menghubungi Ajudan yang biasa menemani Nathya.
"Hubungi pak Edi untuk memeriksa tempat kursus Nathya, jangan lupa update terus ke saya," ucapnya sudah sangat khawatir.
"Baik pak." Boni segera menghubungi ajudan yang benama pak Edi.
Fokus Argha mulai terpecah, kesabarannya mulai memudar, namun ia tetap harus terlihat tenang, tidak boleh terlihat panik, karena ada tanggung jawab lain yang harus ia selesaikan didaerah Cilegon. Nathya juga sangat penting, namun ada hal lain yang jadi prioritas saat ini. Argha mempercayakan pencarian Nathya, pada Boni dan para Ajudan.
Beberapa saat setelah itu, Boni berhasil menemukan sang Jelita atasannya.
"Skuter nyonya Nathya ada diparkiran tak jauh dari tempat kursus, pak. Lalu nyonya menaiki MRT menuju Pondok Indah," lapor seorang Ajudan pada Boni.
Berkali- kali Boni memijat kepalanya ikut pening akan kelakuan ajaib istri atasannya, yang tiba- tiba berada di kawasan hiburan Pondok Indah. Bahkan wanita muda itu, meninggalkan motornya di kafe tampa mengunci ganda motor tersebut. Tak masalah jika motor itu hilang, namun Nathya terkesan tidak punya etika karena pergi begitu saja, tampa izin.
Namun, ia tak bisa memberitahu Argha detik itu juga karena atasannya sedang memberi orasi di depan puluhan warga. Boni tak ingin fokus Argha buyar dan terdistraksi akibat ulah liar Nathya. Lalu memutuskan untuk memberitahu nanti.
"Saya ucapkan terima kasih untuk seluruh warga, yang sudah datang ketempat ini."
Begitu Argha selesai dengan kegiatannya, Boni segera mendekati Argha lalu memberitahu, bahwa sang jelita sudah ditemukan. Sebelum menjelaskan lebih rinci, Argha langsung berpamitan pada perangkat daerah serta timsesnya yang masih harus disana beberapa saat lagi, sarat membuat citra baik.
"Dimana Bon?" tanya Argha begitu mereka sudah berada di parkiran.
"Revoo, pak," jawab Boni melirik segan.
Argha mengangkat satu alisnya. "Lalu?"
"Karaoke bersama 3 teman perempuan. Lalu motornya di tinggal di kafe L'forain dekat tempat kursus," lapor Boni sebagaimana informasi yang ia terima.
"Fuck! She crossed the Line!"
Tampaknya ada seseorang yang akan tertawa mendengar ucapan tampa etika Argha barusan. Sesuai kata Melani, Argha hanya butuh seseorang yang mampu membuatnya mengeluarkan kata umpatan dalam hidupnya yang sempurna dan Argha telah menemukannya.
Nathya Putri Adiwilaga yang menawan, mempesona, telah berhasil mengebrak standar hidup monoton milik Milano Arghani Baskara.
"Bon, saya sendiri yang akan menjemput Nathya. Tolong urus sisanya," perintah Argha mutlak.
...****...
Sudah dua setengah jam Nathya dan ketiga teman barunya, bersenang- senang tampa memikirkan waktu. Dan pada akhirnya, rasa lelah lah yang membuat mereka menghentikan kesenangan itu.
"Capek," ucap Jeni dengan suara yang mulai memarau.
"Sama," jawab yang lain serentak.
Mereka pun mengambil posisi PW (posisi wenak) masing- masing, sekedar untuk mengistirahatkan tubuh, lalu menikmati minuman yang sudah dipesannya.Pada akhirnya Nathya menyadari sesuatu, ponselnya. Ya, ponselnya. Ia melupakan ponselnya yang ditaruh didalam tas. Dengan segera Nathya menyambar ponselnya tersebut.
Ponsel dengan logo buah tergigitnya, ternyata dalam mode Silent. Pantas saja ia tidak mendengar ponselnya berdering. Sementara itu, layarnya tampak menyala, menandakan ada panggilan yang sudah berakhir. Tampak ratusan missed call, mulai dari mama Dewina, Boni, hingga Argha. Bahkan puluhan pesan singkat pun turut meramaikan ponselnya.
Tubuh Nathya melemas, tangannya gemetar saat nama Argha ter- display di layar ponselnya. Apa mama Nathya memberitahu Argha bahwasanya ia membatalkan untuk datang ke pertemuan ADK itu? Jika iya, maka habislah dia. Karena Nathya tidak meminta izin pada suaminya itu.
Melihat raut Wajah Nathya berubah cemas, Cellin pun notice. "Kak Thya, kak Thya kenapa?" tanya nya membuat atensi ke dua temannya ikut beralih padanya.
Nathya meletakkan jari telunjuknya ke bibir, sarat meminta untuk tidak bersuara.
"H- hallo.." jawab Nathya gagap
God, kami semua menyesal sudah membawa Nathya ke tempat seperti ini, batin ketiga teman barunya.
"Sudah puas senang- senangnya?" sembur Argha dari seberang sana.
Nathya meneguk ludahnya mendengar sindiran Argha.
"Mas di depan. Kalau sudah selesai, segera keluar."
Setelah mengucapkan perintah dengan intonasi datar, sambungan telepon itu diputus sepihak begitu saja oleh Argha.
"Kak, Thya. Are you oke?" tanya Celline sekali lagi.
"Cel, standby nonton liputan7 malam. Sebentar lagi mereka mau mengumumkan info pemakaman ku," jawab Nathya sembari bergegas mengemaskan batangnya dan berlari keluar.
"Kak, Thya kenapa?" sahut Jeni jadi takut.
"Nanti aku kabari ya jika aku selamat. Semisal sampai besok pagi gak ada kabar, berarti luang lahatnya udah siap."
...--------------------...
Argha tidak mengatakan apapun pada Nathya hingga mereka tiba di rumah. Raut menakutkan Argha tidak luntur sedikitpun dari tadi. Membuat jantung Nathya rasanya ingin lepas dari tempatnya. Pikiran Nathya melalang jauh. Ia berniat memanjatkan doa tobat sebelum tubuhnya benar akan dimutilasi oleh sang suami, pemilik rumah megah yang ia tinggali.
Semenjak Nathya masuk ke mobil, hingga sampai di rumah, tak satupun mata terucap dari bibir Argha. Suasana sangat hening, namun cukup membuat Nathya ketakutan. Selain melihat ekpresi datar Argha, ia juga ketakutan, kala Argha memacu laju kendaraannya diatas rata- rata.
"Mas Ar---"
"Kamu siap- siap sekarang. Mas temani kamu ke ADK malam ini," ucap Argha mendahului Nathya
"Tapi pertemuannya,"
"Berlanjut hingga malam."
Sesingkat itu Argha bicara dan menjelaskan. Ia pun berlalu ke meja makan, untuk mengambil segelas air. Diteguknya air itu hingga tandas. Setelah itu, Argha berlalu ke kamar tampa menoleh pada Nthya, membuat hawa dingin diantara mereka semakin dingin. Bibir Nathya mendadak terkatup erat, enggan melanjutkan intonasi tanjak tinggi yang siap ia lontarkan, jika semisalnya Argha mulai memarahinya. Berhubung dirinya hanyalah istri diatas surat perjanjian, Nathya sudah berencana untuk membalas serangan Argha, jika benar laki- laki itu ingin memutilasinya dengan lata- kata. Namun Nyatanya, Argha tidak membahas pelarian dirinya yang tampa izin tadi.
Bangsat sekali bapak Argha ini. Kenapa kharismanya mampu menjinakkan Nathya?
Benar- benar sial kala ia tak sanggup membela haknya yang telah di perkaos sevara brutal oleh bapak Milano Arghani Baskara ini.
"Dalem mas," jawabnya pasrah.
Nathya berjalan ke arah tangga menyusul Argha yang sudah lebih dulu berlalu kedalam sana. Sejenak Nathya berpikir, apakah Argha tengah memanipulasi perasaannya? karena saat ini Nathya merasa bahwa ia sepenuhnya bersalah.
Berkali- kali anak itu menghela nafas beratnya sarat frustasi.
nunggu loh ini
ayo thya, kekep truss. jngan ksih celah buat mantan alias sidugong.
smngat thor, up trus.... hehe
sehat sllu. 💖💖💖💖💖
dri kmrin kutunggu up
double dong thor!?
pling kutunggu upnya
smoga kk othornya khilap up lg. hehehhe.
smngat kaka
sehat selalu 😍😍😍😍😍😍😍😍
hehehe up