Rania Salsabila, gadis berusia 15 tahun, yang memiliki paras cantik, pintar dan sopan. Rania memiliki seorang ayah dan 2 kakak laki-laki,mereka sangat membenci rania.
Rania pun harus rela terusir dari rumahnya, hanya karena sang ayah yang tidak bisa menerima dirinya atas kematian bu Indah istrinya. Tapi, dibalik terusir nya Rania, takdir membawa dirinya menuju ke kehidupan yang lebih baik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rika sukmawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
"Selamat pagi papah." sapa Rania dengan senyuman manis.
"Sekarang papah mandi dulu ya, biar Rania lap pakai air hangat. Habis itu, Rania suapin papah makan." ucap Rania dengan semangat.
Dengan telaten, Rania merawat papah nya, ia senang bisa sedekat itu dengan pak Wijaya. Setelah sekian lama jauh, kini mereka saling berdekatan.
"Sekarang Rania suapin papah ya, tasi Rania sudah buatin bubur buat papah." ucap Rania.
Dengan perasaan bahagia, pak Wijaya menerima suapan anaknya. Ia merasa begitu bersalah sudah menyia-nyiakan anak sebaik Rania.
"Pah, Nanti siang kita jalan-jalan yu, disekitaran taman. supaya papah tidak bosan dikamar terus." Rania berceloteh sendiri, meskipun dia tahu pak Wijaya tidak akan bisa menjawabnya.
"Papah cepat sembuh ya, supaya nanti Rania bisa ajak papah jalan dan makan di luar." ucapnya lagi.
Pak Wijaya hanya bisa menatap putrinya, ia menyesal dengan perbuatannya dulu. Sekarang dia sudah sadar dan berjanji untuk memperbaikinya saat sembuh nanti.
"Sekarang, papah istirahat ya, nanti siang Rania kesini lagi buat jemput ayah jalan-jalan." ucapnya setelah selesai memberi obat sang papah.
"Rania tinggal dulu ya pah." pamitnya sembari melangkah pergi.
Tidak lepas sedikitpun, pak Wijaya memperhatikan Rania. Sampai Rania tidak terlihat lagi, baru pak Wijaya memejamkan mata.
"Sudah selesai sayang?" tanya bu Delina yang melihat Rania keluar dari kamar tamu.
"Sudah bun, sekarang papah sedang istirahat. Rania mau pamit ke toko sebentar ya bun, nanti siang Rania sudah pulang." ucapnya pada bu Delina.
"Iya sayang, kamu hati-hati ya. Jangan khawatir, nanti hunda dan bibi yang akan menjaga Papah kamu." ucap bu Delina.
"Makasih, ya bunda. Rania sayang Bunda." ucapnya sambil memeluk bu Delina.
Sekitar jam delapan, Rania sudah tiba di toko nya. Di sana sudah ada beberapa pelanggan yang datang.
"Pagi Ran, tumben jam segini sudah di toko?" tanya Susi.
Memang Rania sudah jarang ke toko pagi-pagi. Seringnya siang sampai sore.
"Iya Sus, Aku kesini enggak lama kok. hanya mau mengecek toko habis itu pulang lagi." jawabnya.
"Loh, tumben Ran, kenapa?" tanyanya penasaran.
"Aku sedang sibuk di rumah Sus, sekarang aku juga harus merawat papah yang sakit." ucapku sedih.
Aku pun menceritakan semuanya, dari awal berita pak Wijaya sakit sampai akhirnya ia membawa nya ke sini, Semua Rania ceritakan."
Susi yang mendengar nya, merasa terharu. Ia salut dengan Rania, yang masih peduli terhadap ayah kandungnya. Meskipun ia tahu, bagaimana sikap ayahnya itu.
"Aku doain, supaya pak Wijaya cepat sembuh. Dan semoga beliau cepat sadar dengan apa yang terjadi dimasa lalu." ucap Susi.
"Iya sus, makasih doanya." ucap Rania.
Tanpa terasa, pekerjaan Rania sudah selesai. Dia segera membereskan buku serta berkas-berkas di meja kerjanya. Kemudian ia segera pulang ke rumah.
"Sus, Aku titip toko ya. jangan lupa, kabarin aku kalau ada apa-apa." ucap Rania sembari melangkah pergi.
" Iya Ran, tenang saja." jawab Susi.
Di parkiran, Rudy sudah menunggu Rania. Seperti biasa rudy membuka kan pintu mobil untuk Rania.
"Kita langsung pulang atau non Rania mau kemana dulu?" tanya Rudy setelah mobil berjalan.
"Kita mampir ke supermarket dulu, saya mau beli buah untuh papah. Habis itu kita pulang." ucapnya.
Rudy mengangguk setelah mendengar perintah atasannya, kemudian dia membelokan mobil ke arah yang di tuju Rania.