Prolog.
Seorang artis populer tiba-tiba saja berpindah ke tubuh seorang perempuan yang gemuk dan selalu hidup dengan penghinaan hingga mengejutkan semua orang dengan perubahannya.
"Kenapa dia tiba-tiba jadi pandai?"
"Kemana perempuan bodoh yang selama ini mereka kenal?"
"Dia jadi cantik? Kalau begini, tuan muda pertama akan jatuh cinta padanya! Padahal akulah yang harusnya dicintai oleh Tuan Muda pertama!"
Gawat, banyak orang merasa terancam.
Tetapi Diana tidak akan berhenti sampai semua orang mendapatkan balasan atas semua perbuatan mereka selama ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Senjata makan tuan
Hari ini, setelah selesai syuting, semua orang sudah sepakat untuk makan bersama merayakan hari pertama syuting yang diikuti oleh seluruh anggota kru film.
Pemeran utama wanita juga hadir di syuting hari itu sehingga semua orang bersemangat menuju sebuah restoran yang sebelumnya telah di booking oleh asisten sutradara.
Seluruh restoran itu di booking, sehingga tidak ada tamu lain selain kru film.
Tetapi Jessi, meski dia tidak menjadi bagian dari kru film tersebut, namun dia tetap ikut bersama Granger.
Diana duduk di samping ibu mertuanya dan mulai menikmati minuman yang ada di atas meja.
Semua minuman telah dicampur dengan alkohol, sehingga malam itu akan terjadi pembantaian alkohol dari semua orang yang hadir di acara tersebut.
Tetapi Diana merasa tenang karena dia yakin tidak akan terpengaruh oleh alkohol yang ada di sana, sebab baik di kehidupan sebelumnya maupun di masa kini dia sangat suka alkohol dan memiliki ketahanan yang tinggi pada minuman tersebut.
"Ha ha ha...." Reta tertawa setelah membahas sebuah lelucon kecil dengan perempuan bernama Nata.
"Tapi Bu sutradara, kenapa baru sekarang membawa menantumu ke lokasi syuting, Padahal dia sangat pandai berakting," ucap Nata sambil melirik Diana.
"Ah,," Reta tersenyum, "Aku ingin film ini sangat sukses jadi aku membawa Diana pertama kali terjun di dunia akting lewat film ini," ucap Reta.
"Kalau begitu ayo bersulang untuk film kita!" Semua orang mengangkat gelas mereka.
Tring!
Setelah bersulang, Diana menikmati minuman dalam gelasnya dan lanjut menikmati daging yang dipanggang di atas meja sampai tiba-tiba saja sumpitnya secara tidak sengaja bertabrakan dengan sumpit milik Granger.
"Maaf," ucap Diana dengan spontan menarik sumpitnya.
"Jangan khawatir," ucap Granger mengambil daging yang hendak diambil oleh Diana lalu meletakkan daging tersebut di piring milik Diana sambil tersenyum.
Lirikan mata Reta langsung menajam ke arah Granger, "aku rasa kekasihmu yang ada di sampingmu itu jauh lebih baik untuk kau perhatikan daripada harus memperhatikan menantuku, iya kan?" Tanya Reta dengan suara perempuan itu tidak bisa menyembunyikan kekesalannya.
Hal itu membuat perhatian semua orang langsung tertuju pada Granger.
"Iya, kasihan Jessi dari tadi hanya diam saja gara-gara kau tidak pernah mengajaknya berbicara," ucap Nata.
Jessi menggelengkan kepalanya, "Tidak apa-apa, Aku bukan perempuan yang begitu kolot untuk hal seperti itu. Granger juga memiliki lingkaran pertemanannya yang tidak bisa kubatasi," ucap Jessi memposisikan dirinya sebagai perempuan berpikiran terbuka.
"Heh,," Reta langsung membuang muka, Tentu saja dia tidak menyukai jawaban Jessi yang sok bijak itu.
"Ah,, benar juga," Diana menganggukkan kepalanya, "tentu saja kau tidak bisa membatasi pertemanan kekasihmu. Tapi ngomong-ngomong kapan rencananya kalian menikah?" Tanya Kirana.
"Aku belum memikirkannya!" Tegas Granger.
"Mungkin dalam waktu dekat," ucap Jessi.
Kedua orang itu berbicara secara bersamaan hingga membuat semua orang di meja tersebut kebingungan melihat mereka berdua dan Jessi pun langsung menatap Granger.
Dia terkejut melihat Granger sama sekali tidak peduli dengan apa yang baru saja terjadi.
Hal itu membuat kecanggungan di meja tersebut sehingga orang-orang memilih untuk mengalihkan pembicaraan.
Setelah cukup lama minum bersama, akhirnya perlahan-lahan satu persatu orang di ruangan tersebut mulai mabuk, ada yang sudah tertidur karena tidak bisa menahan maboknya, dan ada juga yang sudah berbicara sendiri.
Diana memperhatikan semua orang di meja tempat ia berada, tinggal Ibu mertuanya bersama Granger, Jessie dan dia yang masih bertahan dari pengaruh alkohol.
"Aku ke toilet dulu," ucap Diana sambil berdiri, dia berniat mencuci tangannya yang sudah lengket gara-gara sempat tertumpah alkohol.
"Ibu juga mau ke toilet sebentar," kata Reta ikut berdiri hingga 2 perempuan itu segera meninggalkan meja tersebut.
Begitu Reta dan Diana pergi, granger menatap Jessi, "aku akan pulang ke hotel malam ini, Jadi kau pikirkan sendiri bagaimana kau akan pulang," ucap Granger .
Jessi terkejut, "Apa?! Teganya kau berkata seperti itu, ak--"
"Aku mau keluar sebentar," sela Granger segera berjalan pergi meninggalkan Jessi yang belum selesai berbicara.
'Dasar sial!' geram Jessi dalam hati.
Perempuan itu terdiam melihat semua orang di meja mereka yang sudah tidak sadarkan diri sebelum akhirnya dia merogoh tas yang ada di sampingnya dan mengeluarkan sebuah botol kecil berisi cairan.
'Hari ini sangat pas,' ucap Jessi dalam hati langsung mengisi penuh gelas milik Diana dan diam-diam menambahkan obat ke gelas tersebut.
'Hm,,, setelah ini siapapun pria yang kau lihat akan terlihat seperti Adrian.' ucap Jessi dalam hati sambil tersenyum.
Maka setelah menambahkan sesuatu pada minuman di Diana, Jessi menunggu di sana sampai Diana dan Reta kembali.
Perempuan itu berpura-pura seperti tidak terjadi apa-apa dan hanya bermain ponsel saja sambil sesekali melirik Diana.
Beberapa saat kemudian, akhirnya ia melihat Diana mengambil minumannya dan meneguknya.
Setelah mengambil beberapa teguhkan, Diana mendapatkan sapu tangan dari tasnya dan mengilap bibirnya yang belepotan oleh alkohol.
'Akhirnya,' Jessi tersenyum dalam Hati, 'kalau begitu aku hanya perlu menunggu 20 menit lagi sebelum obat itu bereaksi,' ucap Jessi dalam hati sambil menggerak-gerakkan jari tangannya di atas layar ponselnya untuk menghubungi seseorang.
"Di mana pria yang kita bicarakan itu?" Tulis Jessi pada pesan yang ia kirim pada seorang pria.
"Dia sudah dalam perjalanan ke tempatmu! Tapi untuk apa kau membutuhkannya? Dia pengidap HIV!" Balasan pesan Jessi membuat Jessi tersenyum.
'Hah,, justru itu lebih bagus! Seorang gigolo pengidap HIV, sangat bagus untuk dihadiahkan pada perempuan jallang ini!' ucap Jessi dalam hati sambil tersenyum menatap Diana yang tampak santai berbincang dengan Reta.
"Ah,, sepertinya sudah sangat larut malam, kita harus pulang sekarang," kata Reta setelah beberapa saat berbincang.
"Ibu benar," ucap Diana sambil mengambil tasnya, 2 perempuan itu langsung berdiri untuk pergi dari sana ketika Jessi tiba-tiba ikut berdiri menatap mereka.
"Itu,,, Aku ingin ke toilet, Bisakah kau tunjukkan di mana toiletnya?" Tanya Jessi sambil melirik sekitarnya, saat itu semua orang hampir tidak sadarkan diri, jadi tentunya tidak ada yang bisa membantu mereka.
Selain itu, para pelayan di restoran itu juga tidak terlihat satupun, tampaknya mereka berada di belakang.
"Biar aku yang antar," ucap Diana.
Jasi mengganggukan kepalanya hingga dia pun mengikuti Diana sambil melihat jam di ponselnya.
'Tinggal 5 menit lagi,' ucap Jessi dalam hati sambil mengirim pesan pada seorang gigolo yang ia pesan.
"Temui aku di toilet wanita!" Tulis Jessi pada pesannya.
Beberapa saat kemudian Jessi mendapat balasan pesan, "baik," membuat Jessi tersenyum.
"Ada sesuatu yang hendak ku berikan padamu, bisakah kau menungguku sebentar sampai aku keluar dari toilet?" Tanya Jessie pada Diana.
Diana mengerutkan keningnya, 'apa yang direncanakan perempuan ini?' ucap Diana dalam hati sebelum menganggukkan kepalanya karena dia penasaran Apa yang hendak dilakukan oleh Jessi.
Maka Diana menunggu di luar toilet sampai tiba-tiba seorang pria muncul sambil tersenyum ke arah Diana.
"Kau sendirian?" Tanya Sang pria sambil melemparkan senyumnya ke arah Diana.
"Ini toilet wanita," ucap Diana.
"Ya, aku tahu, Aku hendak bertemu seseorang di sini. Tapi kenapa kau di luar?" Tanya sang pria sambil berdiri di depan Kirana dengan gelisah memegangi celananya.
"Aku menunggu temanku," ucap Diana.
Pada saat itu juga, Jessi keluar dari toilet, dan perempuan itu menatap Diana dengan bingung, 'Kenapa dia masih baik-baik saja?' ucap Jessie dalam hati.
"Uh,, Jessi?" Ucap sang Gigolo yang mengenali Jessi.
"Hm,," Jessi menganggukan kepalanya sebelum menatap Diana, "ada seseorang yang mencari mu di toilet," ucap Jessi.
"Apa?" Diana kebingungan, Siapa yang mencarinya di toilet?
"Masuklah dulu, Aku akan menunggumu di sini," ucap Jessi.
Diana mengangkat sebelah alisnya menatap perempuan di hadapannya, 'apa yang direncanakan perempuan ini?' ucap Diana dalam hati.
"Sepertinya tidak perlu, aku buru-buru untuk pulang," ucap Diana hendak pergi dari sana ketika lengannya dicekal oleh Jessi.
"Aku akan menemanimu masuk kalau kau tidak percaya," ucap Jessi sambil berpikir, 'sepertinya obatnya akan bekerja sebentar lagi, jadi aku hanya perlu menahannya beberapa menit lagi.'
"Eh? Baiklah," ucap Diana akhirnya berjalan bersama Jessi untuk memasuki toilet.
Begitu melangkah masuk ke toilet, Jessi memberi kode pada pria yang datang dengannya.
Sang pria menganggukkan kepalanya sebagai pertanda bahwa dia telah mengerti kode tersebut sehingga dia diam-diam mengikuti kedua perempuan itu.
"Tidak ada orang," ucap Diana.
"Tentu saja tidak ada orang, karena yang ingin bertemu denganmu adalah pria ini," kata Jessi membiarkan sang pria lewat menghampiri Diana.
"Kau?" Diana menggerakkan giginya, sudah sedari tadi dia sangat curiga pada pria di hadapannya itu.
Tampak terlihat linglung, dan terus memegangi celananya seolah-olah ada sesuatu yang mengganjal di sana.
Benar saja, sang pria langsung membuka sabuknya dan menghampiri Diana dengan ekspresi seperti pria yang sedang terbakar oleh hawa naffsu.
"Selamat menikmati," ucap Jessi hendak berjalan keluar ketika tiba-tiba saja rambutnya ditarik oleh Diana.
"Kau mau ke mana?" Diana Langsung menarik rambut perempuan itu dan mundur memasuki salah satu bilik toilet dengan rambut Jessi masih tetap dipegang.
"Apa yang kau lakukan?!!" Teriak Jessi panik, tetapi saat itu Diana sudah lebih dulu menutup pintu toilet menjepit rambut Jessi yang panjang dan tetap memegang rambutnya dari balik pintu.
"Lepaskan aku!!" Teriak Jessi kesakitan.
"Dasar sial! Aku tidak akan melepaskanmu!" Tegas Diana sambil mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Ibu mertuanya.
Pada saat itu juga, Jessi menatap gigolo di hadapannya, "Apa yang kau tunggu?! Cepat bantu aku lepas!" Gerutu Jessi.
Namun sang gigolo yang terlanjur meminum obat tidak bisa lagi menerka ucapan Jessi karena obat itu telah menguasai dirinya.
Dia terlanjur melepaskan celananya hingga membuat Jessi melototkan matanya karena tidak harusnya melihat sesuatu yang menjiijikkan seperti itu.
"Apa yang kau lakukan?! Cepat sadarlah!" Teriak Jessi terkejut.
"Aku tidak bisa menahannya lagi!" Teriak sang pria sebelum menghimpit tubuh Jessi ke pintu bilik toilet.
"Lepaskan!!!" teriak Jessi panik.