Eirene, seorang model ternama, karena kesalahannya pada malam yang seharusnya dapat membuat karirnya semakin di puncak malah menyeretnya ke dalam pusara masalah baru yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya, menjadi istri seorang tentara marinir.
Rayyan, anak kedua dari 3 bersaudara ini adalah seorang prajurit angkatan laut marinir berpangkat kapten, bukan hanya sederet prestasi namun setumpuk gelar playboy dan keluarganya turut melekat di belakang namanya. Tak sangka acara ulang tahun yang seharusnya ia datangi membawa Rayyan menemui sang calon penghuni tetap dermaga hati.
"Pergilah sejauh ukuran luas samudera, tunaikan janji bakti dan pulanglah saat kamu rindu, karena akulah dermaga tempat hatimu bersandar, marinir,"
-Eirene Michaela Larasati-
"Sejauh apapun aku berlayar, pada akhirnya semua perasaan akan berlabuh di kamu, karena kamu adalah dermaga hatiku."
-Teuku Al-Rayyan Ananta-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CUSSS! MASUK RUMAH SAKIT
Tangannya gemetar memegang dinding marmer di toilet apartement-nya. Sudah ke berapa kalinya ia bolak-balik kamar mandi sampai lemas, sejak sore tadi.
"Baby, loe ngga apa-apa kan?" honey mulai khawatir dengan gadis ini sekarang, wajahnya memucat dan berkeringat.
"Engga, gue ngga apa-apa honey, cuma---" ia kembali meringis dan masuk ke dalam toilet.
"Baby! Lovely!" ketukan di pintu toilet.
Wusshhh!
Terdengar pusaran air toilet membasuh dari dalam sana.
Ceklek!
"Gilaaa njirrr perut gue---" ringisnya, belum ia melanjutkan ucapannya, badan tinggi semampai itu limbung dan terjatuh ke lantai tak sadarkan diri.
Gubrak!
"Babyyyy!"
Eirene mengerjapkan kelopak matanya perlahan lalu mengernyitkan dahi, ia memijit kening karena dirasa pusing, pandangannya masih terlihat kabur dan gelap.
"Baby?!" honey langsung menghampiri Eirene di ranjang rumah sakit dengan wajah khawatir.
"Eyi," si baju loreng disana juga ternyata. Karena panik Honey meminta security apartement membawa lovely ke rumah sakit, ia pun refleks menelfon Rayyan karena bingung harus menelfon siapa lagi. Untung saja Rayyan tidak sedang dinas darurat, jadi ia bisa langsung datang ke rumah sakit.
**Dehidrasi**, itu yang terjadi pada Eirene saat ini.
Rayyan merasa tak enak hati atas kejadian ini, bagaimana pun Eirene masuk rumah sakit setelah ia makan di rumahnya. Lambung princess memang beda!
"Eyi, kamu gimana sekarang?" tanya nya, ada rasa sedih melingkupi hati Rayyan melihat gadis ini terkulai lemas nan pucat. Padahal biasanya ia tak pernah bermain dengan hati saat sedang menjalin hubungan dengan mantan-mantannya dulu, tapi melihat Eirene tak tau kenapa ia seolah luluh dan hatinya bertekuk lutut.
"Honey, tolong naikkin sandaran ranjangnya dong!" pinta Eirene, managernya itu segera menarik tuas agar sandarannya bisa terangkat.
"Segini cukup?" tanya honey.
"Iya makasih," jawabnya.
"Eyi, atas nama umi. Saya minta maaf," ucap Rayyan.
Eirene menggeleng, "ngga apa-apa. Bukankah jadi calon istri prajurit harus kuat dengan perploncoan? Anggap aja Eyi lagi di ospek sama umi madame," jawabnya terkekeh lemah, memandang semuanya dengan positif thinking. Semakin saja Rayyan tak enak hati terhadap Eirene. Kenapa ia jadi melow begini, padahal melihat Nindia menangis saja ia hanya mampu meringis--- karena jawabannya Eirene tak melawan. Hanya Eirene yang bertahan dengan sikap umi, mantan-mantannya bahkan sampai menjelekkan, menghardik umi terang-terangan di depan dirinya.
"Jangan salahkan umi madame, jangan pula kamu melawan. Ini antara Eyi sama umi, Eyi tau umi madame sedang menguji kelayakan Eyi jadi calon istri kamu--" jawabnya lemas.
"Honey, mana ponsel Eyi. Hari ini ada pemotretan dimana?" tanya nya bersikap profesional.
"Minta suster buat suntik vitamin dong!" pintanya.
Wajah Honey keruh tak bersahabat, "kamu tuh keseringan suntik vitamin! Ngga bagus juga kalo keseringan! Tetep aja yang badan kamu butuhkan itu istirahat baby!!" sentaknya pada Eirene.
Rayyan menggertakkan giginya, apa sebegitu besarnya pendapatan Eirene sampai-sampai kesehatannya tak penting, "berapa pendapatan mu atas pekerjaan hari ini?! Apakah sepadan dengan kesehatanmu, biar saya bayar!" kini bukan hanya honey yang marah tapi pun Rayyan.
"Bukan uang yang jadi masalahnya Ray, tapi bentuk profesionalitas--" jawab Eirene tegas dengan alis menukik.
"Kamu tidur sekarang! Atau perlu, saya suruh junior di kesatuan untuk menjaga pintu itu agar kamu tak keluar?!" Rayyan memang berbeda dengan Al Fath, ia lebih ekspresif, konyol, gesrek, flamboyan. Tapi satu persamaan mereka, jika sedang marah sama-sama menakutkan.
Eirene menghela nafas dan memejamkan mata, "iya. Ya udah sana, husshhh! Kalian keluar, kalian cowok--ngga baik di kamar cewek lama-lama!" usir lovely meringsek ke dalam selimut rumah sakit.
"Honey, nih selimut ngga ada yang warna pink gitu?! Minta pihak rumah sakit dong, buat ganti selimut!" pintanya.
"Iya! Ntar honey mintain, biar sekalian cat ruangannya juga diganti sama warna pink!" sarkasnya.
"Saravv nih orang! Orang-orang lagi khawatir masih mikirin selimut!" honey mengepal gemas sambil bergumam.
Keduanya melihat tubuh Eirene yang terbungkus selimut dengan tangan sebelahnya ditempeli selang infusan, sementara matanya memejam lalu keluar dari ruangan dan menutup pintunya.
"Bang Ray, honey harus urus ijin Eyi hari ini sama pihak agensi dan management. Apakah honey bisa minta tolong Ray buat jaga Eyi sebentar aja, sampe honey balik?" tanya Honey meminta tolong, dengan wjaah memelas dan sedikit kebingungan.
Rayyan melirik arlojinya, memang sudah jam ia pulang. Namun ia pun harus siap siaga jikalau nanti kesatuan memanggilnya.
"Saya pun tak bisa lama, tapi akan saya tunggu selama yang saya bisa," ujarnya duduk di kursi depan ruangan Eirene.
"Janji honey ngga lama!" jawabnya memohon dan segera pergi, terlihat betul si pria gemulai itu sibuk dengan kedua ponselnya, menandakan jika profesionalitas memang dijunjung tinggi.
Rayyan mencoba menelfon umi Salwa, mengabarinya sekaligus memintanya datang.
"Hallo, assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam, ha?! Kenapa? Eirene ngadu sama kamu, ngeluh?" tembak umi menebak, pasalnya ia sudah tak aneh dengan mantan-mantan Rayyan yang pernah berkunjung ke rumah sekedar untuk silaturahmi.
"Mi, Eirene masuk rumah sakit. Dia dehidrasi karena bolak-balik kamar mandi akibat kondisi perut yang tidak bisa menerima makanan pedas, begitu kata dokter. Ray bisa minta tolong umi? Sebagai perwakilan keluarga Ray, Ray minta umi jenguk Eyi-- sekalian nunggu Eyi, takutnya Rayyan dapat panggilan dari kesatuan, Redi sedang mengurus pekerjaannya--" pintanya tanpa menyalahkan apalagi memarahi umi.
Salwa berdehem disana, Rayyan tau uminya ini merasa bersalah, hanya saja ia gengsi untuk mengakui.
"Rumah sakit mana? Emang orangtuanya ngga datang gitu buat urus anaknya?!" tanya umi.
"Eirene yatim piatu, mi--" dan demi apapun yang ada di bumi ini, Salwa tersentak dengan jawaban Rayyan.
"Orangtuanya meninggal saat Eirene masih smp. Dia ngga punya siapa-siapa selain Redi,"
Tenggorokan Salwa terasa tercekat, begitu sibuk hatinya bersekongkol dengan setan sampai-sampai lidahnya saja kelu untuk bertanya soal orangtua, otaknya begitu beku sehingga tak bisa memikirkan hal lain selain bagaimana caranya menguji Eirene, hatinya begitu terkunci rapat sampai ia tak peka dengan ucapan honey yang mengatakan jika ia adalah ibu, ayah, kakak perempuan, sahabat, teman dan manager untuk Eirene. Gadis itu pun tak picik dengan menjadikan status yatim-piatunya sebagai senjata agar keluarga Rayyan merasa kasihan padanya. Salwa menutup panggilan setelah mengetahui alamat rumah sakit.
"Bang Za! Salwa ijin keluar sebentar ya,"
"Kemana," tanya Zaky.
"Rumah sakit," alis suaminya ini mengerut.
"Siapa yang sakit?"
"Eirene," baru kali ini Salwa menyebut nama Eirene dengan benar.
Langkah Salwa berjalan diantara koridor ruangan bernuansa putih. Di ujung sana sedang duduk Rayyan seorang diri menunggui kamar yang terlihat tertutup pintunya. Ia mempercepat langkah yang mulai terasa melambat.
"Mi," sapa Rayyan salim pada ibunya. Wajah angkuh Salwa melunak, ia tau ibunya ini baik--sangat baik hanya saja sifat protektifnya itu yang membuatnya bertindak usil nan menyebalkan. Bukankah induk singa saja akan posesif dan menjiwir kulit punggung anaknya jika mulai di dekati hyena. Ia akan menunjukkan taringnya saat melihat sebuah ancaman datang mengganggu keluarganya.
"Eirene---" ucap umi menggantung di udara.
"Di dalam lagi tidur." Salwa memanjangkan lehernya ke arah pintu, tapi ia memilih duduk di samping Rayyan.
"Kapan dia masuk rumah sakit?"
"Tadi 2 jam yang lalu, umi udah minta ijin abi?" tanya Ray.
"Udah," angguk umi Salwa.
"Ray, umi---"
"Bukan salah umi, Eirene yang memaksakan diri, untuk memantaskan diri jadi istri Rayyan. Seharusnya Rayyan yang ngga kekeh buat tangung jawab atas kesalahan malam itu,"
Salwa mengerutkan dahinya, "malem apa? Kalian udah ngelakuin apa, jangan ngada-ngada kamu Ray?! Umi sama abi ngga pernah ngajarin kamu ngga bener?!" suara tinggi umi menggelegar di selasar rumah sakit.
"Engga mi, insyaallah kita ngga ngapa-ngapain! Hanya saja kondisi dan situasinya membuat sebuah kesalahpahaman di mata masyarakat, pokoknya ceritanya panjang mi--kapan-kapan Ray cerita, tapi intinya! Ray ingin menjadikan Eirene istri Ray, mi--" ucapnya. Kasihan? Pasti ada rasa kasihan, tapi lebih dari itu Rayyan ingin memiliki Eirene.
.
.
.