Hubungan bisnis antara dua keluarga besar yang terjalin sejak lama harus berakhir, karena salah satu penerus tidak mampu menjalankan usahanya dengan baik. Rasa sakit hati membuat Nicco membalas dendam dengan berusaha menikahi putri bungsu dari patner bisnisnya. Izzaz satu-satunya anak perempuan dari keluarga Wiguna.
Massa sulit Izzaz bermula dari tragedi yang menyebabkannya hamil. Bayi yang tidak diinginkan terlahir dan terpaksa terpisah dengan sang bunda. Bagaimana kelanjutan kisah Nicco dan Izzaz? Akankah Izzaz menerima kehadiran buah hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marsia Niqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pangeran Tampan
Zidan turun dari kamarnya menuju ruang makan, melihat adik semata wayangnya tidak ada di meja makan membuat dia menanyakan keberadaan sang adik pada mama Zahra.
"Ma, Zizi belum bangun?"
"Belum bang, biarin aja! Kasian capek dia, habis perjalanan jauh langsung ke pesta." jawab mama Zahra.
"Aku bangunin ah!" kata Zidan dan langsung berdiri dari duduknya.
"Jangan bang! Nanti dia ngambek lagi!" teriak mama Zahra.
"Nggak papa ma, ngambeknya dia sebentar doang!" jawab Zidan dengan berteriak juga.
Zidan masuk kamar Zizi dengan mengendap-endap seperti maling, lalu....
BRUKKKK
menjatuhkan bobot tubuhnya dengan keras di samping Zizi, sehingga Zizi yang sedang tidur pulas kaget.
"Hah.....ngagetin aja, nggak sadar apa badan ya segede gaban!" Omel Zizi jengkel. Zidan malah mengunci tubuh Zizi, mengepit kaki Zizi dengan kedua kakinya.
"Ihhhh ngeselin banget sih, nggak bisa apa lihat orang santai dikit." Zizi makin jengkel.
"Hayo....siapa yang tadi malam mojok?" goda Zidan dan Zizi kaget langsung bangun dari tidurnya.
"Abang ngintipin aku ya?" tanya Zizi jengkel.
"Jadi bener kan tadi malam mojok di tangga sama Nicco?" goda Zidan.
"Gara-gara abang tu, aku jengkel keluar trus dia ngikutin." kata Zizi ketus.
"Eh abang mau nanya kamu pacaran nggak sama si Erwin itu?"
"Ngapa kepo banget dah!" Zizi makin ketus.
"Ya nanya aja, emang nggak boleh?"
"Nggak, cuma temenan doang." jawab Zizi serius.
"Syukur deh!" kata Zidan membuat Zizi heran.
"Emang kenapa?"
"Ya gapapa sih, abang mau jelasin sesuatu ke kamu. Sebenarnya Nicco nggak sebrengsek yang aku tuduhkan ke dia. Dia nggak pernah main perempuan. Artinya kamu yang pertama Zi, dia baik dan dia ngurus anaknya sendiri, semua dia lakukan sendiri. Dia ayah yang baik, aku salut sama dia." kata Zidan yang sudah melembut, terlihat menyesal.
"Abang nggak lagi bujuk aku kan?" tanya Zizi serius.
"Serius dah, bahkan nih ya pas kita para abang pukulin dia dulu, dia sama sekali nggak ngebales. Dia nggak berusaha membela diri, aku tahu soal ini dari temennya, kalau dia gak pernah tidur dengan perempuan manapun." penjelasan Zidan membuat Zizi melongo.
"Abang tahu nggak, dia ngelakuin itu ke aku karena marah, aku juga nuduh dia begitu. Jadi dia ingin membuktikan tuduhanku dengan ngelaukuin itu ke aku."
"Dia pukul kamu nggak?" tanya Zidan kemudian.
"Dia nggak mukul aku, aku jatuh dari tangga waktu aku mau kabur."
"Yasalam Zi.... kita kira kamu dipukuli sama dia sampai biru-biru." kata Zidan frustasi.
"Tapi tetep saja aku nggak suka dia ngelakuin itu bang, dia ngiket aku pas ngelakukan itu."
"Iya aku tahu, tapi belajarlah memaafkan dan menerima demi darah dagingmu." kata Zidan sendu, dan Zizi hanya mengangguk.
***
Hampir sepekan berdiam diri di rumah Zizi merasa bosan. Hari ini berencana keluar sekedar mencari angin dan jalan-jalan. Rindu dengan jalanan ibu kota yang sudah tiga tahun ditinggalkannya. Juga rindu pada mobil merahnya.
"Ah, hari ini hari sabtu, sore gini pasti banyak jajanan di taman kota, ke sana aja kali ya." kata Zizi dalam hati. Lalu berganti baju dan berangkat ke taman kota.
Sesampainya di sana Zizi antusias dengan berbagai jajanan yang ada.
Baru akan memesan martabak ponselnya bergetar.
"Ada apa?" tanya Zizi lewat sambungan telepon.
"Sombongnya mentang-mentang udah ngumpul keluarga, lupa sama aku!" jawab Erwin belagak jengkel.
"Eh, bukan gitu, aku sibuk banget." kata Zizi beralasan.
"Kamu dimana? aku OTW kesitu." tanya Erwin dan Zizi langsung melotot.
"Jangan becanda Win!"
"Aku nggak becanda, aku udah balik Indonesia, sekarang share loc aku OTW ke situ!" perintah Erwin. Lalu Zizi mengirim share loc taman kota dan Erwin mengatakan lima belas menit lagi sampai situ.
Zizi pindah dari gerobak satu ke gerobak lain untuk membeli jajanan yang sudah lama tak dia jumpai. Tak berselang lama ponselnya berbunyi lagi.
"Zi, aku sudah sampai. Kamu di mana?" tanya Erwin lewat sambungan telefon.
"Di jajaran gerobak jajanan, kamu tunggu saja di bangku taman dekat playground, nanti aku kesitu." kata Zizi memberi arahan. Erwin menunggu Zizi menyelesaikan pesanan jajanan yang diinginkan. Tak lama kemudian Zizi berjalan ke arah Erwin. Melewati anak-anak yang sedang asik main di playground bersama ibu-ibu mereka. Zizi berhenti sebentar menyaksikan banyaknya anak yang tengah bermain, hatinya bergetar entah kenapa.
"Zi.......!" panggil Erwin menyadarkan Zizi dari lamunannya.
"Udah lama nunggu?" tanya Zizi.
"Belum, baru aja nyampe, beli apa kamu kok banyak banget?" tanya Erwin heran dengan banyaknya plastik jajan yang dibawa Zizi.
"Nih, ada tahu bakso, bakso goreng, tahu bulat, cimol, martabak. Kamu mau yang mana?" tanya Zizi.
"Nggak lah, itu nggak sehat Zi, berlemak semua!" kata Erwin.
"Nggak mau ya udah, nggak usah banyak protes, aku kangen sama jajanan ini." Zizi mulai memakan jajan yang dibelinya. Erwin hanya melihat Zizi yang makan dengan lahap. Tiba-tiba....
"Tante mamam apa?" ada suara tapi nggak kelihatan orangnya.
"Tante mamam apa?" suara itu ada lagi ternyata dari makluk kecil yang berada di samping Zizi duduk.
"MasyaAllah Tabarakallah........!" Win ini makluk apa? Ya Allah sungguh indah sekali makluk kecil ciptaan-Mu ini. Kulit putih bersih, hidung mancung, mata bulat, alis tebal bibir mungil merah, dan rambut tebal lurus. Duh pangeran tampan.😍😚" kata Zizi dengan mata membulat kagum.
"Tante.......!"
"Eh iya sayang maaf, tante makan tahu bakso, kamu mau? tanya Zizi pada anak kecil itu. Anak itu mengangguk dan Zizi menyuapkan satu tahu bakso pakai tusukan, tapi tiba-tiba anak itu mundur dan menutup mulutnya..
"Pedas nggak?" tanya anak itu dan....
PLAKKKKK
Zizi memukul jidatnya, sadar akan kebodohannya memberi makanan pedas pada anak kecil.
"Eh, iya kamu martabak aja ya?" tanya Zizi pada anak itu.
"Nggak au, (mau) kata papa nggak holeh (boleh) mamam yang manis-manis, nanti giginya bisa locak(Rusak)."
"Tahu bulat mau?" tanya Zizi lagi.
"Ahu ulat ima latusan ima latusan, didoleng dadakan di mobing halo" (Tahu bulat lima ratusan lima ratusan digoreng dadakan di mobil halo). Kata anak itu menirukan penjual tahu bulat keliling yang membuat Zizi tertawa ngakak, tapi tidak dengan Erwin.
"Eh kamu lucu sekali sih, sini mamamnya sambil duduk!" kata Zizi yang langsung turun dari kursi dan duduk jongkok di rumput. Zizi mengangkat anak itu mendudukkannya di kursi didepannya
"Nama kamu siapa?" tanya Zizi sambil memegang plastik tahu bulat.
"Dhalto!" jawabnya sambil mengunyah tahu. Zizi tidak paham dan tanya ke Erwin dengan isyarat dagunya. Yang ditannya malah bengong karena yang ditanya bingungnya jangan ditanya.😅😅
"Wah bapaknya ni anak pasti rada somplak Win, masak anak bening kayak gini namanya Darto." kata Zizi pada Erwin.
"Tante.......Dhalto....!" kata anak itu jengkel karena Zizi tidak paham maksudnya.
"Harto?" tanya Zizi lagi dan anak itu menggeleng.
"Jangan bilang namamu Warto, wah nggak banget." kata Zizi lagi.
"Pindem HP!" (pinjem HP) kata anak itu ketus.
"Buat apa ?" tanya Zizi.
"Pindem aja!" jawabnya tegas. Lalu Zizi mengeluarkan ponselnya dari tasnya, membuka sandinya dan memberikan ponselnya pada anak itu. Anak itu mengetik pada di ponsel Zizi dengan jari mungilnya.
...~ ZARCO DENNIS ~...
Anak itu menyerahkan ponsel Zizi kembali dan ......
PLAKKKK
Zizi kembali memukul jidatnya.
"Kamu sudah bisa baca tulis?"
"Iya, papa yang adalin.' (iya, papa yang ajarin)
"Kamu kesini sama siapa?" tanya Zizi lagi.
"Tuh, cus Tali." (Sus Tari) kata anak itu sambil jari mungilnya menunjuk ibu-ibu yang antri es krim dengan antrian panjang.
"Kamu sering ke sini?" tanya Zizi lagi.
"Iya, talo hali dumat tama hali tabtu, talo hali biata atu tetolah ama ngadi. (Iya, kalau hari Jumat dan Sabtu, kalau hari biasa aku sekolah dan ngaji)
"Wah, pinternya, sekolah dimana?"
"Paud putla banca." (Paud putra bangsa)
"Kok semua sama papa, mama kemana?" tanya Zizi hati-hati.
"Unda? Unda pelgi dauhhhhhhh!" (bunda? bunda pergi jauh) kata anak itu dengan gerak tangan menunjukkan isyarat jauh
"Duh kasian banget kamu nak, masih kecil sudah piatu.
"Den......!" suara sus Tari memanggil Dennis.
"Tante atu pelgi (aku pergi) dulu ya, by tante, see you." kata Dennis itu, mencium pipi Zizi dan lari menuju sus Tari. Sus Tari tersenyum dan mengangguk pada Zizi dan Erwin, yang dibalas senyum oleh Zizi.
"Win, kamu mau kemana lagi?" tanya Zizi pada Erwin.
"Jalan yuk, cari makan!" jawab Erwin singkat.
"Tapi aku udah kenyang, lain kali aja ya." Zizi menolak halus. Erwin hanya menghela nafas berat atas penolakan Zizi. Agak kesal karena sedari tadi di acuhkan, padahal besok akan pulang ke Surabaya. Lalu mereka berjalan ke tempat parkir.
Nicco sudah menunggu Dennis dan sus Tari di parkiran. Dennis masuk mobil di samping sang papa dibantu sus Tari, dan sus Tari masuk ke kursi belakang. Saat Nicco akan menjalankan mobilnya melihat spion, dari kaca spion Nicco melihat Zizi berjalan bersama seorang laki-laki sambil bercanda. Hati Nicco panas seperti terbakar.👿🤬🔥
kayakny seru cerita ny
ngg bisa apa sekali-kali Nurut gitu
ih gemes aku
Btw semangat Thor
adeh😡😡😡😡😡
walaupun anak yang tak di inginkan hati seorang ibu mna Zizi anak mu tak berdosa
gak mikr udh punya ank kali ya.
mask mau senang2 aj pern cewe ya.
kurng suka jadinya.
nanti gak bisa liht ank ya baru nyesl kali ya.mask udh ampk ank ya udh besr tapi gak pernh mau liht.
jdi ibu kok egois kali😡😡😡😡😡😡😡😡😡mask udh jdi seorng ibu gak punya hati malh dekt dgn cwo lain.jdi kurg suka dech bca ya pemeran cwe kayk g thu.
gak seperti novl2 lain yg q bca.
yg in terlalu ego kali
malh dekt dgn cwo lain pulk