NovelToon NovelToon
SISTEM : GAME PENGHASIL UANG

SISTEM : GAME PENGHASIL UANG

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem / Mengubah Takdir / Kaya Raya
Popularitas:20.2k
Nilai: 5
Nama Author: slamet sahid

Dimas, seorang Mahasiswa miskin yang kuliah di kota semi modern secara tidak sengaja terpilih oleh sistem game penghasil uang. sejak saat itu Dimas mulai mendapat misi harian
misi khusus
misi kejutan
yang memberikan Dimas reward uang IDR yang melimpah saat misi terselesaikan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon slamet sahid, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Anak yang masih berguna

Apa yang dilihat Dimas di dalam gudang penyimpanan padi yang sudah tidak terpakai itu begitu ruarrr byasahhh! Hingga membuat Dimas melongo.

Sebelumnya, kita akan kembali ke kejadian saat kemarin siang di rumah pak Joni Santoso.

Minggu Siang menjelang sore, di rumah besar milik Pak Joni Santoso, suasana seakan terasa tegang.

Pak Joni berdiri di depan jendela ruang santainya, memandang ke luar dengan tatapan yang penuh amarah. Hatinya masih mendidih sejak kejadian siang tadi, ketika keluarga Kartono menolak perjodohan putra sulungnya, Hari, dengan Astrid.

Sebagai orang yang terbiasa dihormati dan ditakuti didesa, penolakan tersebut merupakan penghinaan besar bagi dirinya. Bagi Pak Joni, harga diri adalah segalanya, dan apa yang dilakukan keluarga Kartono dianggapnya sebagai serangan langsung terhadap martabatnya.

Pak Joni menarik napas panjang, berusaha menenangkan diri. Namun, pikirannya terus berputar mencari cara bagaimana untuk membalas dendam. Dia tak bisa membiarkan keluarga Kartono lolos begitu saja setelah membuatnya merasa sangat terhina.

Terlebih lagi, statusnya sebagai tokoh terpandang dan disegani di desa harus tetap terjaga. Jika ia tidak bertindak, semua orang akan berpikir bahwa Joni Santoso bisa dipermainkan begitu saja dengan mudah.

Di sudut lain rumah, seorang pria muda tampak duduk dengan lesu di sofa, memegang botol minuman keras di tangannya. Pria muda itu adalah putra kedua Pak Joni, Pendi Santoso.

Dibandingkan dengan kakaknya, Hari Santoso, yang dikenal berprestasi dan patuh, maka Pendi adalah anak yang berbeda.

Dia sering terlibat masalah, mulai dari mabuk-mabukan hingga berkelahi di jalanan.

Namun, Satrio memiliki satu keunggulan yang membuatnya tetap berguna bagi ayahnya, dia memiliki koneksi dengan orang-orang dari dunia hitam, preman-preman desa sebelah yang kerap ia temui di tempat-tempat maksiat di .

Pak Joni berjalan mendekati Pendi dengan langkah berat. Mata tuanya yang tajam menatap putranya yang terlihat setengah sadar akibat pengaruh alkohol. Namun, Joni tahu bahwa meski Pendi tampak lemah dan tak berdaya, ia masih bisa diandalkan untuk tugas -tugas tertentu.

" Pendi, Cukup! kamu harus sadar dulu malam ini," kata Pak Joni dengan nada tegas, meski masih ada nada lembut khas seorang ayah di balik suaranya.

Pendi mengangkat wajahnya yang kusut, mencoba fokus pada ayahnya. la tahu jika ayahnya menggunakan nada seperti ini, maka sesuatu yang serius sedang terjadi.

"Ada apa, Pak?" tanyanya, suaranya serak dan berat.

Pak Joni menarik kursi di hadapan Pendi dan duduk. Dia menatap putranya dengan serius sebelum

akhirnya berbicara, "Aku butuh bantuanmu.

Aku tahu kamu masih punya teman-teman yang bisa diandalkan... orang-orang yang tidak ragu untuk melakukan apa saja demi uang."

Pendi sedikit terperanjat mendengar perkataan ayahnya. la tahu ayahnya sering melakukan banyak hal di luar batas, tapi permintaan seperti ini jarang sekali datang langsung darinya.

"Teman-teman mana yang Bapak maksud?"

Pak Joni menghela napas, mencoba memilih kata-kata dengan hati-hati. "Mereka yang sering kamu temui di warung -warung dan tempat-tempat lain. Orang-orang yang tidak peduli dengan hukum, asal bayaran mereka cukup."

Pendi mengangguk perlahan, mulai paham ke mana arah pembicaraan ini. "Apa yang Bapak mau mereka lakukan?"

Pak Joni menatap Pendi dengan tajam. "Aku ingin mereka memberi pelajaran kepada keluarga Kartono. Mereka sudah mempermalukan keluarga kita. Aku tidak akan tinggal diam."

Mendengar itu, Pendi langsung mengerti maksud ayahnya. "Jadi, Bapak ingin aku menghubungi teman-teman preman dan menyuruh mereka menakuti keluarga Kartono?"

"Lebih dari itu, Ndik," Pak Joni menambahkan dengan nada dingin. "Aku ingin mereka merasa ketakutan, sehingga mereka tahu siapa yang mereka hadapi. Jika perlu, hancurkan sebagian rumah mereka. Buat mereka tidak bisa tidur nyenyak malam ini."

Pendi merasakan kegetiran di hatinya. Meskipun dia sering bergaul dengan orang-orang yang tidak beres, dia jarang sekali terlibat dalam urusan keluarga. Namun, perintah ini datang langsung dari ayahnya, dan ia tahu bahwa menolak bukanlah pilihan.

"Aku akan melakukannya, Pak," kata Satrio akhirnya. "Tapi aku butuh waktu untuk menghubungi mereka. Mereka pasti sedang berpesta di suatu tempat sekarang."

Pak Joni mengangguk, merasa sedikit lega bahwa rencananya mulai berjalan. "Lakukan dengan cepat. Aku tidak mau menunggu sampai besok pagi. Semakin cepat mereka merasakan terornya, semakin baik."

Pendi bangkit dari sofa dengan susah payah. Dia menuju ke dapur, tempat ia meninggalkan ponselnya. la meneguk sisa minuman kerasnya sebelum akhirnya mulai mencari nomor-nomor telepon yang diinginkan di kontak ponselnya. Butuh beberapa menit untuk menemukan orang yang tepat, tetapi akhirnya, Satrio menelepon salah satu kenalannya yang bisa diandalkan dalam urusan ini, seorang pria bernama Budi Tanduk.

"Budi, kamu di mana?" tanya Pendi setelah telepon diangkat.

"Di tempat biasa, Sat. Ada apa?" Suara Budi terdengar berat dan sedikit serak, menunjukkan bahwa dia mungkin sudah minum beberapa botol bir.

"Ada pekerjaan buat kalian. Ini datang langsung dari Bapak. Bayarannya lumayan," Pend langsung ke inti pembicaraan, tahu bahwa itu adalah cara tercepat untuk menarik perhatian Budi.

"Apa pekerjaannya?" Budi mulai terdengar lebih serius.

Satrio menjelaskan dengan singkat namun jelas apa yang diinginkan oleh Pak Joni.

"Keluarga Kartono. Mereka membuat masalah besar dengan Bapak, dan sekarang Bapak mau kalian kasih mereka pelajaran. Jangan bunuh, tapi buat mereka ketakutan. Lempari rumah mereka, hancurkan beberapa bagian, tapi jangan sampai ketahuan. Pastikan mereka tahu siapa yang sedang mereka hadapi."

Budi terdiam sejenak, lalu berkata, "Oke, kami bisa urus itu. Jam berapa?"

"Secepatnya, malam ini" jawab Pendi. "Bapak mau hal ini selesai malam ini juga. Semakin cepat kita ke sana, semakin baik."

"Baiklah. Siapkan bayarannya, Sat. Kami bergerak setelah dapat sinyal dari kamu," kata Budi, dan langsung menutup telepon.

Pendi menatap ponselnya beberapa detik, memastikan bahwa panggilan itu benar-benar berakhir. Dia tahu bahwa Budi dan gengnya bisa diandalkan untuk pekerjaan seperti ini. Mereka bukan hanya orang-orang yang suka berkelahi, tetapi juga sangat paham cara mengintimidasi orang lain tanpa meninggalkan jejak.

Setelah menyelesaikan urusan dengan Budi, Pendi kembali menemui ayahnya.

"Semua sudah diatur, Pak. Mereka akan mulai bergerak malam ini juga."

Pak Joni mengangguk puas. "Bagus. Pastikan mereka dibayar sesuai kesepakatan. Aku tidak mau masalah ini melebar. Setelah mereka selesai, kamu harus pastikan tidak ada yang membicarakan ini."

Satrio mengangguk mengerti. la tahu bahwa meskipun preman-preman itu bisa diandalkan, mereka baik agar mulut mereka tetap tertutup. Pak Joni memberikan uang tunai kepada Pendi, jumlah yang cukup besar untuk memastikan tugas ini dilaksanakan dengan baik dan rapi.

Malam semakin larut ketika Pendi akhirnya meninggalkan rumahnya dengan langkah yang berat. Dia tahu bahwa apa yang akan dilakukan malam ini adalah sesuatu yang tidak bisa diabaikan begitu saja.

Namun, Tanpa di duga gerimis perlahan turun dan semakin deras, Pikiran Pendi juga masih goyah , Ia tahu bahwa ini adalah bagian dari dunia tempat ia dan ayahnya hidup-dunia di mana kekuatan dan kekuasaan sering kali lebih penting daripada segalanya.

Pendi tiba di tempat di mana Budi dan gengnya biasa berkumpul, sebuah warung kumuh di pinggiran desa yang jarang dikunjungi orang biasa. Begitu memasuki warung, dia melihat Budi Tanduk dan beberapa temannya sedang duduk

sambil merokok. Mereka tampak siap untuk melakukan apa yang telah disepakati meski hujan turun dengan lebatnya.

"Ayo, kita selesaikan ini," kata pendi tanpa basa-basi. Budi dan teman-temannya langsung berdiri, mengikuti Pendi keluar dari warung.

Dalam gelap malam di sertai iringan curahan hujan yang lebat, sekelompok pria itu bergerak cepat menuju rumah keluarga Kartono, membawa serta niat buruk yang telah ditanamkan oleh Joni Santoso.

Malam itu, mereka bertekad untuk menebarkan teror yang diharapkan Pak Joni akan mengajarkan keluarga Kartono sebuah pelajaran yang tak akan pernah mereka lupakan.

1
Max Dillon
mc bodoh, sudah senang sikit ibu yang susah dilupakan
🇵 🇱 🇺 🇹 🇴: terimakasih udah mampir. Maaf tidak ada maksud begitu Bang .
total 1 replies
Alfathir Paulina
kok ceritanya ganti jd mistis🤔🤔
🇵 🇱 🇺 🇹 🇴: kalau ini saya sengaja menghadirkan musuh utama pertama yang berbau mistis di daerah saya. 😅 Pokoknya Mohon Maaf jika masih sangat banyak kekurangan. terimakasih hadirnya.
total 1 replies
Alfathir Paulina
kenapa jd cerita masa lalu🤦‍♀️🤦‍♀️
🇵 🇱 🇺 🇹 🇴: Terimakasih hadirnya. Mohon maaf tahap belajar, sebenarnya itu hanya kilas balik (agak panjang sih 😅)
total 1 replies
argha putera
mending stop bawa agama bro novel ginian.
argha putera
bawa2 agama lagi novel genre ginian. hadehhh
argha putera
tks gk lanjut baca. novel sampah juga ternyata.
🇵 🇱 🇺 🇹 🇴: terimakasih sudah mampir,
total 1 replies
argha putera
ini novel mcnya siapa ya? kok malah sibuk nulisin percakapan pemeran pembantu?
argha putera
panel sistem kebanyakan. hadehh di buat sederhana aja kali. jd males liat novel sistem yg panel profilenya sengaja dibuat banyak cm demi nutup target kata.
🇵 🇱 🇺 🇹 🇴: terimakasih masukannya
total 1 replies
Hana
lanjut
🇵 🇱 🇺 🇹 🇴: Terimakasih hadirnya.
total 1 replies
RidhoNaruto RidhoNaruto
👍
.
RidhoNaruto RidhoNaruto
👍
Nino Ndut
ijin nanya thor, pas mc dpt 1jt tuh dia ngapain ke rumah ibu kos klo g bayar kos..lah ini blom bayar malah kabur pas bu rt ngomong kek gitu..knp g lempar aj ke mukanya atau mc bisa mulai cari kosan lain..
argha putera: lebay. alibi sangking ting-tingnya. ada lagi aja novel mc banci
🇵 🇱 🇺 🇹 🇴: Maaf, saking 'ting-tingnya' Dimas saat itu Kawan. Terimakasih sudah sudi berkomentar.
total 2 replies
Danang Romadhon
upp
Kafa Dayu
crazy up tor yg banyak 👌👌👌👌👌👌👌
🇵 🇱 🇺 🇹 🇴: Mohon Maaf, sebenarnya ide ada, tapi masih dikepala Kawan, jadi terpaksa di tuang satu persatu. terimakasih sudah hadir Komen.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!