Persahabatan adalah yang segalanya dalam hidupnya saat ini, berkuliah di salah satu Universitas besar dan terkenal di dunia adalah impiannya sejak dahulu. Bersama dengan 7 sahabat lainnya yang setanah air di sinilah dirinya berada, Oxford University.
Bangunan tua dengan seribu rahasianya, banyak rumor tersebar kalau setiap tahun akan terbuka sebuah pintu ajaib yang akan menarik beberapa mahasiswa ke dunia Fantasi yang tidak diketahui lokasi pastinya.
Mendengar rumor tersebut mereka berdelapan sepakat untuk mencari tau dan ingin membuktikan kebenarannya, apakah memang benar tentang rumor tersebut atau memang hanyalah rumor angin?
Yuk kepoin ceritanya di sini!
[JANGAN LUPA LIKE, SHARE, DAN KOMEN]
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sweety Pearl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengendara.
Enjoy!
Delapan Naga menatap pria yang berdiri di hadapan mereka dengan tatapan yang santai, Frederick dan Damian maju perlahan semakin mendekati kumpulan Naga untuk melihat Naga mana yang membiarkan mereka mendekat.
Lloyd menggeleng perlahan sambil mundur saat seekor Naga berwarna biru gelap dengan seluruh tanduknya berwarna keabuan menatapnya sambil berjalan maju, Desya ingin maju menariknya tapi Artyfleyda mengaum memandanginya.
Semakin Lloyd mundur semakin Naga besar tersebut mendekat sebelum akhirnya kakinya tersandung hingga terbaring, Naga itu mendekatkan wajahnya sebelum mengendusnya lalu mendongak sambil mengaum melebarkan sayapnya.
"Seasmruza, Wyvern from blue team. Dia sudah memilihmu pria berambut kuning bangkitlah dan naik ke pelananya," ucap Pangeran Virdian.
"Ini blonde, bukan kuning." Lloyd mendengus mendengar ucapan Pangeran tadi tapi kemudian bangkit membersihkan celananya yang banyak pasir.
Menghiraukan sebagian pakaiannya yang sudah basah karena air laut ia tetap naik perlahan ke pelana yang ada di punggung Naga Seasmruza, baru saja ia duduk Naga tersebut langsung melebarkan sayapnya bersiap untuk terbang.
"Berpegang pada pelananya, Lloyd." Putri Ayruila segera memerintahkan Artyfleyda untuk menyusul Lloyd yang dibawa terbang menjauh dari pantai oleh Seasmruza.
Pangeran Virdian menepuk dahinya lalu menggelengkan kepala, melempar pandangannya pada Clayde yang sudah terlihat akrab dengan Naga biru yang sama dengan Lloyd. "Eamonirkha, dia adalah yang tergesit di tim biru bocah rambut panjang,"
Clayde menoleh ke sumber suara lalu melompat naik ke pelana Naga yang di mana seluruh badannya yang biru muda ada garis melintang berwarna biru yang sangat gelap, begitu ia naik Naga tersebut juga mengaum lalu membawanya terbang tapi tidak seperti Naga Lloyd tadi.
Frederick berhasil menaiki seekor Naga yang Pangeran Virdian panggil 'Dreassyra' lalu disusul Alton menaiki 'Ballarax' kemudian Brandon yang menaiki 'Vragarys' dan sampai sekarang Gavino sudah stabil mempertahankan posisinya di atas Naga 'Viblurazi'.
Damian dan Edmund masih sedikit ketakutan mendekati kedua Naga yang berwarna merah tersebut padahal kedua Naga tersebut memandangi mereka hanya terdiam, Pangeran Virdian turun dari Naganya lalu mendorong Edmund untuk mengelus wajah Naga di depannya.
"Tenanglah, nak. Dia Myuirxa, dia ramah untuk seukuran Naga yang berwajah menyeramkan begini,"
Edmund terus mengelus wajah Naga tersebut hingga ia merasa yakin untuk menaiki Naga tersebut, Damian berhasil mengalahkan ketakutannya dan sekarang ia bahkan sudah duduk dengan nyaman di atas Naganya.
"Sepertinya dia menyukaiku... siapa namanya, Pangeran Virdian?" tanya Damian dengan ukiran senyumannya yang lebar.
"Melesyiz, dia dari tim merah." begitu namanya disebutkan Naga tersebut mengaum langsung melebarkan sayapnya membawa Damian terbang bergabung dengan Naga yang lainnya.
Putri Ayruila berhasil menuntun Lloyd untuk mengendalikan Naga yang ia naiki agar mematuhinya, sedikit sulit karena Naga miliknya adalah yang tertua di tim biru yang membuat ada sifat sedikit keras kepala di dalamnya.
Clayde melambaikan tangan pada Lloyd untuk menghampirinya, Lloyd mengarahkan Seasmruza terbang bergabung dengan yang lainnya. Lalu mereka berdelapan dengan menaiki Naganya terbang memutar mengelilingi Pangeran Virdian dan Naganya, Treamasix.
Dari bawah Falisya menyadari ada sesuatu yang bercahaya dari delapan Naga yang dinaiki para sahabatnya, hal itu langsung dibilangnya pada Leyna hingga menyebar ke mereka semua.
Benar saja cahaya tersebut berputar tepat di bawah perut Naga Wyvern yang mengitari Pangeran Virdian tapi kemudian cahaya tersebut hilang begitu saja.
"Eh lah kok hilang?" seru Danelyn menggosok matanya sendiri menyakinkan kalau dia tidak salah lihat.
"Cahayanya hilang .... Tapi, apa itu artinya?" tanya Lilyana melirik ke semua sahabatnya yang memainkan air laut, semuanya kompak menggeleng.
Putri Ayruila melompat turun dari Artyfleyda lalu berjalan menghampiri para gadis yang masih bermain air sambil kepalanya mendongak memperhatikan kejadian di atas.
"Pantas saja tadi Lloyd kesulitan mengendalikan Naga yang memilihnya, ternyata Naga tersebut adalah yang tertua di tim biru. Makanya sedikit keras kepala," ucapnya, Desya langsung menoleh ke arahnya.
"Lalu apakah Naga tersebut sudah menurutinya? Lalu bagaimana dengan Naga-Naga lainnya yang dikendarai sahabat kami?"
"Naga Lloyd Seasmruza sudah bisa dikendalikannya, kalau yang lain juga lumayan bisa tapi tentu saja perlu waktu untuk membiarkan mereka terbiasa mengendarai Naga tersebut," ujar Putri Ayruila memandangi Pangeran Virdian yang mengkoordinasi para pria.
"Jadi .... Kapan kita akan mulai melakukan perjalanan ke Kerajaan para makhluk terkuat?" tanya Danelyn menatap ke Putri dengan bersemangat.
Putri mendongak sesaat ke arah atas memperhatikan terbangnya Naga. "Jika mereka sudah lumayan mahir mengendarai Naga tersebut, besok pagi kita sudah bisa bersiap untuk melakukan perjalanan dan siang atau sorenya bisa memulai perjalanan tersebut,"
"Butuh waktu sekitar dua hari untuk sampai ke sana, jadi persiapkan diri kalian nanti untuk duduk di atas Naga selama itu," lanjutnya.
"Wah lumayan lama juga ternyata perjalanannya," celetuk Neisha memainkan kerang yang didapatnya dari pasir.
"Karena hari juga masih lumayan sore ada baiknya kalian kembali saja duluan ke Istana, aku akan mengawasi Pangeran Virdian secara langsung. Bawa saja Pegasus kalian tersebut," suruh Putri yang langsung mendapat anggukan setuju.
Para gadis berbalik berjalan menghampiri para kuda Pegasus lalu memerintahkannya untuk terbang kembali ke Istana, Putri Ayruila naik ke Artyfleyda lalu terbang bergabung di samping Pangeran Virdian yang sedang memantau.
Sekembalinya para gadis ke Istana mereka langsung berbondong berjalan menuju ke kamar sambil merenggangkan punggung dan leher mereka, saat melewati dapur Neisha tiba-tiba berenti lalu menarik tangan Lilyana untuk menemaninya masuk.
Yang lainnya mengintip dari cela pintu melihat apa yang ingin mereka berdua lakukan, Neisha berjalan mendekati kepala dapur lalu membisikkannya sesuatu lalu membungkuk sebelum ditarik Lilyana keluar.
"Ngapain dah?" tanya Meisie melihat keduanya yang tertawa, terutama Neisha yang bahkan sampai terbahak.
"Neisha minta cemilan sore, parah banget emang." jawab Lilyana dengan sambil menutupi tawanya sendiri, Neisha menepuk pundaknya karena Lilyana juga tadi meminta tambahan minuman.
"Tadi Lilyana yang minta minum, sumpah. Padahal niat gua ke dapur murni cuma minta cemilan soalnya di kamar ada air putih biasa," bantah Neisha membela diri.
Mereka semua hanya tertawa lalu meneruskan jalan mereka yang sudah dekat dengan pintu kamar, begitu pintu dibuka langsung mereka berpencar berlari ke ranjang masing-masing merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang empuk.
Leyna bangun lalu bersandar pada dipan ranjang melirik ke arah Desya yang berbaring sambil menutup mata menggunakan pergelangan tangannya. "Gua kepikiran kalau yang bakalan jadi pengendara para Naga Elemental saudaranya Artyfleyda itu kita, iyakan?"
"Lah kan emang .... Ih, nih anak kebiasaan loadingnya lama mulu." Falisya yang bersebrangan ranjang dengannya bangun lalu melemparkannya sebuah bantal kecil.
"Gua baru ngerti anjir, dari tadi gua kayak gak fokus sama sekitar —"
"Ya lu mikirinnya ke Clayde mulu gimana lah," sahut Desya berbalik menutupi kepalanya menggunakan bantal.
Mereka tertawa puas mendengar suara Leyna yang marah-marah sendiri tapi sedetik kemudian dia mulai memberikan lelucon yang selalu dapat mencairkan suasana, ditambah lagi Falisya yang selalu masuk dengan segala lelucon Leyna seolah mereka berdua berbagi satu sel otak yang sama.
Pintu kamar mereka diketuk dengan bergegas Lilyana membukakan yang ternyata dua orang pelayan yang datang membawakan nampan berisi makanan dan juga minuman, Neisha dan Ryah bangkit membantu mereka membawa nampan tersebut masuk ke dalam.
Lalu setelahnya pelayan tersebut keluar dan mereka berdelapan menyantap cemilan dan juga minuman sambil bercanda ringan menikmati cahaya matahari terbenam di luar sana.
Continue.
Maaf kalau terkesan menggurui ya😥 aku cuma merasa sayang karena lihat karya ini punya potensi karena udah lumayan. semangat terus, aku bakal sering mampir kok!