Alex.. Menikahlah dengan Denada, Berjanjilah ! Jaga Denada, sayangi Denada, lindungi Denada, perlakukan Denada seperti kamu memperlakukanku. Deswita Jovanka
Kenapa, Kenapa kamu memberikanku pilihan yang terberat dalam hidupku... sampai kapanpun tidak akan ada wanita yang bisa menggantikan posisi kamu di hatiku, sekalipun dia adalah kembaranmu. Alexander Harison Galaxi
Tidak kak, aku tidak mau menikah dengan pria yang tidak ku kenal, terlebih aku sudah punya kekasih. Denada Jovanka
Pernikahan yang terjadi tanpa cinta itu, apakah berlangsung lama atau hanya akan bertahan seumur jagung saja ?
Yang penasaran dengan ceritanya, langsung saja kepoin ceritanya disini yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilqies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sikap Manis Alex
"Denada, kau sudah bangun?" wajah Alex berbinar melihat Denada telah sadar.
"Kau! pergi kau!! Dasar pria brengsek!!! Aku tak ingin melihatmu lagi!!!" teriak Denada histeris seraya menggeser duduknya.
"Denada, aku mohon tenanglah dulu, kita bisa bicara baik baik, aku berjanji tidak akan menyakitimu lagi," kata Alex menatap sendu Denada sembari berjalan mendekat ke arah Denada.
"Tidak! Kau pembohong!! Jangan sentuh aku lagi..." bentak Denada dengan sorot tajamnya.
"Aku mohon Denada berilah aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya, aku janji tidak akan mengecewakanmu ataupun menyakitimu," kata Alex menatap lekat Denada.
"Tidak! Sampai kapan pun tidak akan ada kesempatan untukmu!! Aku sudah lelah, tolong lepaskan aku, hiks... hiks... hiks..."
"Aku tidak akan pernah melepaskanmu, kau istriku! Kau harus tetap berada di sampingku selamanya," kata Alex tegas dengan tatapan elangnya menatap Denada.
"Jangan memaksaku Kak Alex, hiks... hiks... hiks..."
"Dena... Apa masih ada yang sakit? Katakan, atau kalau kau ingin ke toilet, aku akan membantumu mengangkat tubuh mungilmu itu," tanya Alex khawatir.
"Tidak perlu! Aku tidak butuh bantuanmu..." sahut Denada ketus dengan tatapan nyalangnya kearah Alex.
Mendapat penolakan dari Denada, Alex mengalah mundur membiarkan Denada sendiri, tanpa bantuan dari nya. Tiba-tiba saat Denada hendak turun dari ranjang, Denada meringis kesakitan, merasakan nyeri di bagian intinya akibat ulah Alex semalam.
"Aaaawwww..." Denada memegang pinggangnya, sambil memejamkan kedua bola matanya, merasakan sakit di area sensitifnya.
"Ayolah Dena, kau jangan keras kepala, kau saja tidak mampu berdiri, apalagi untuk berjalan ke toilet, terima saja tawaranku," Alex langsung mengangkat tubuh mungil Denada yang masih duduk di atas ranjang, Alex segera mengatur suhu air lalu mengisi air ke dalam bathtub, dan menaruh tubuh Denada di didalam bathtub.
"Keluar kau..!" teriak kembali Denada.
Alex bergegas keluar dari toilet dan berjalan menuju ke walk in closet, mencari pakaian yang cocok untuk di gunakan Denada saat ini. Dan pilihan nya jatuh tepat pada sebuah dress yang sederhana, namun tetap terlihat anggun pada saat di pakainya.
Setelah itu Alex memilih duduk di kursi malasnya, sambil memegang sebuah gelas yang berisi wine, sembari menunggu Denada selesai dari ritual mandinya. Seketika Alex teringat dengan perlakuan nya yang merenggut paksa kesucian Denada, melakukannya secara berulang-ulang tanpa mengindahkan jeritan Denada. Alex begitu candu dengan tubuh indah Denada yang membuatnya semakin bergairah untuk melakukannya terus menerus. Deswita cinta pertama Alex yang menjalin kasih begitu lamanya, namun Alex sama sekali tidak ada niatan untuk menyentuh Deswita. tapi sekarang entah kenapa Alex begitu bergairah melihat setiap inci lekukan tubuh Denada.
Hampir satu jam lamanya Denada berendam di dalam bathtub, kemudian dia mengambil sebuah handuk yang tergantung di dalam toilet, lalu dia mengeringkan tubuhnya dan memakai kimono nya. Setelah itu Denada berjalan ke arah kaca besar yang tergantung rapi di dalam toilet, dia terkejut mendapati banyak stempel merah di leher jenjang nya.
"Aaaaaaaaa..." teriak Denada.
Alex yang mendengar teriakan Denada, sontak dia beranjak dan berjalan menuju toilet, tanpa berpikir panjang Alex mendobrak pintu tersebut. pintu toilet terbuka lebar, menampakkan Denada yang sudah terjatuh duduk di atas lantai.
"Dena... Kau kenapa? Apa yang terjadi padamu, Hm?" tanya Alex lembut, kini tatapan nya sudah tidak setajam tadi, tampak Denada heran dengan perubahan sikap Alex yang mendadak manis padanya.
"Keluar kau...! Jangan sentuh aku!! Aku sudah tidak tahan dengan sikap kejam mu itu, aku akan pergi dari kehidupanmu!!!" Denada meluapkan semua emosinya, dengan dada yang terus naik turun.
"Tidak, Aku tidak akan pernah membiarkanmu pergi dari hidupku!" sahut Alex tegas.
"Kenapa sikapmu berubah manis padaku? Apa maumu, Hah? Lebih baik kau bunuh saja aku, daripada aku harus hidup dengan laki-laki sepertimu."
DEG!!!
Alex terpaku mendengar apa yang di katakan oleh Denada. Entah kenapa dadanya begitu sesak mendengar itu semua, seakan ada sebuah batu yang menghimpit dadanya. Tanpa sadar buliran kristal meluruh dari ujung ekor matanya.
"Tidak Dena, kau tidak boleh berkata seperti itu, maafkan aku yang sudah tidak mempercayaimu," seru Alex menatap lekat wajah cantik Denada.
Alex tanpa banyak bicara, segera mengangkat tubuh mungil Denada meskipun Denada terus berontak memukul dada Alex, lalu Alex menaruhnya kembali di atas ranjang. Alex segera memakaikan sebuah dress yang dia pilih tadi.
"Kau mau makan apa? biar aku suruh Pak Heru untuk menyiapkannya untuk mu," tanya Alex menatap lekat pada Denada.
Denada menggelengkan kepalanya, dia segera membaringkan tubuhnya yang masih terasa lemas, dan berusaha untuk menghindari Alex yang akhir akhir ini sikapnya terlalu manis padanya, membuat Denada bingung dengan perubahan Alex.
Alex menghela nafas kasar, bergegas keluar dari kamarnya untuk mencari keberadaan Pak Heru. Saat Alex di depan pintu kamarnya, dia melihat Pak Heru yang berjalan ke arah nya.
"Pak Heru, siapkan makan siang untuk Denada," titah Alex menatap lurus ke arah Pak Heru.
"Baik Tuan Muda," Pak Heru segera turun ke lantai bawah menyiapkan apa yang di perintahkan oleh Tuan Muda nya.
Alex kemudian bergegas masuk ke kamar, dan mendapati Denada yang masih setia tidur di atas ranjang. Sampai akhirnya Alex memilih duduk di atas sofa, di ambilnya tas kerja miliknya, tampak Alex mengeluarkan beberapa berkas dan segera membuka laptopnya, Alex yang hari ini tidak masuk ke kantor akan tetapi dia tetap mengkroscek ulang seluruh file yang telah di kirimkan oleh Carlos lewat email-nya, mencocokkan dengan berkas yang ada di hadapannya saat ini.
Tak lama kemudian, terdengar suara ketukan pintu membuat Alex menghentikan pekerjaannya.
Tok... tok... tok...
"Permisi Tuan Muda, makanannya sudah siap," kata Pak Heru dari balik pintu.
"Masuk," sahut singkat Alex dari dalam.
"Tuan muda ini makanan nya, dan ini ada semangkuk bubur ayam, makanan favorit Non Dena," Pak Heru meletakkan sebuah nampan yang berisi makanan dan segelas air putih, yang kemudian bergegas keluar dari kamar Alex.
Alex beranjak dari duduknya menuju ke arah ranjang king size nya. Alex tau jika Denada sengaja pura-pura tidur guna untuk menghindari dirinya.
"Dena... Ayo makan dulu," Alex menyentuh punggung Denada seraya mengguncang bahunya.
"Aku tidak mau! Kau makan saja sendiri!!" ketus Denada yang kemudian menarik kasar sebuah selimut menutupi seluruh tubuhnya.
Namun Alex yang tidak kehabisan akal, dia langsung menarik selimut yang di kenakan oleh Denada, lalu Alex mengangkat tubuh Denada, dan menaruhnya di atas sofa, sembari membuka bubur ayam yang telah di siapkan oleh Pak Heru.
"Buka mulutmu."
Denada tetap bersikekeh untuk menolak suapan dari Alex, membuat Alex meradang mendapatkan penolakan dari wanita yang ada di hadapan nya.
"Sekarang katakan, apa maumu?" tanya Alex penasaran sembari menahan emosi di benaknya.
"Aku ingin kau melepaskanku, setelah itu aku akan pergi jauh dari hidupmu, bahkan aku tidak akan muncul lagi di hadapanmu."
Seketika Alex meraup kasar wajah tampannya, terlihat Alex begitu gusar dengan perasaanya.
"Kenapa Dena? Kenapa kau selalu ingin pergi dari ku... Bukan kah aku sudah minta maaf padamu, lalu apalagi yang kau mau?" tanya Alex dengan wajah sendunya.
"Dena... Aku mohon makanlah sedikit saja, aku suapin ya..."
Entah kenapa Denada mendadak kasihan melihat Alex yang terus memohon supaya dirinya mau makan, mau tidak mau Denada mengiyakan semua keinginan Alex, tapi dia lebih memilih untuk makan sendiri tanpa di suapi oleh Alex.
"Jangan lupa minum obat," kata Alex sembari meletakkan obat di atas meja tepat di hadapannya.
Beberapa menit kemudian, Denada sudah selesai makan dan minum obatnya, sedangkan Alex segera turun ke bawah menemui Carlos yang barusan mengirim pesan pada Alex, bahwa dirinya sudah berada di mansion.
Setelah kepergian Alex, Denada mengambil ponsel di tasnya, kemudian Denada membuka ponselnya, mendadak Denada terkejut dengan berbagai banyak panggilan telpon dan beberapa chat dari Marcell, namun Denada masih tidak berani membukanya, dan menyimpannya kembali kedalam tasnya.
Marcell, maafkan aku yang tidak bisa menjaga kesucianku untukmu, aku rela kau membenciku karena aku pantas mendapatkan itu semua. Denada
🌷🌷🌷
Ting...
Sebuah chat masuk ke ponsel Eva, mendadak tubuhnya membeku setelah mendapatkan chat tersebut.
Selang beberapa lama, terdengar bunyi dering dari benda pipih miliknya, di lihatnya tertera sebuah nama yang begitu di hindari oleh Eva, namun Eva lebih memilih mengacuhkannya, sampai akhirnya ponselnya kembali berdering membuat Eva geram dan mengangkatnya.
"Eva..! Bagaimana dengan misi kita ? Apa kau sudah berhasil membuat Alex menceraikan wanita itu ?" tanya Adelia di seberang telpon.
Adelia yang tidak mendapatkan jawaban dari Eva, sontak dia berteriak kembali, membuat Eva terjingkat dengan suara nyaring yang di miliki oleh Adelia.
"Eva! Cepat jawab pertanyaanku? Kau berhasil kah tidak?" teriak Adelia seraya mendelikkan kedua netranya menatap ke sebuah foto yang tertempel di atas dinding ruang pribadinya.
.
.
.
maaf, aq baru sempat mampir lagi, kak... aq habis Hiatus cukup lama dari NT. 🙏