NovelToon NovelToon
Menyulam Rasa Di Balik Cadar Alina

Menyulam Rasa Di Balik Cadar Alina

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / CEO / Konflik etika / Romansa / Penyesalan Suami / Slice of Life
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Pearlysea

Meski sudah menikah, Liam Arkand Damien menolak untuk melihat wajah istrinya karena takut jatuh cinta. Pernikahan mereka tidak lebih dari sekedar formalitas di hadapan Publik.

Trauma dari masa lalu nya lah yang membuatnya sangat dingin terhadap wanita bahkan pada istrinya sendiri. Alina Zafirah Al-Mu'tasim, wanita bercadar yang shalihah, menjadi korban dari sikap arogan suaminya yang tak pernah ia pahami.

Ikuti kisah mereka dalam membangun rasa dan cinta di balik cadar Alina🥀

💠Follow fb-ig @pearlysea

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pearlysea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Di Persimpangan Takdir

Wanita bercadar nan anggun itu duduk tenang di bangku kayu di taman belakang rumahnya. Di tangannya, kuas dengan lembut menari di atas kanvas, melukiskan sebuah rumah impian, sebuah rumah yang ia bayangkan kelak akan menjadi tempat tinggalnya bersama suami tercinta. Setiap sapuan kuasnya menggambarkan harapan dan mimpi yang ia simpan jauh di lubuk hatinya.

Suara langkah kaki ringan terdengar mendekat, Rina, pembantu setianya, muncul membawa nampan berisi segelas jus tomat yang segar dan dingin.

"Nona Alina, saya bawa jus tomat yang Non minta. Semoga bisa menyegarkan pikiran."

Alina tersenyum kecil di balik cadarnya, mengangguk pelan sebelum mengambil gelas itu.

"Terima kasih," ucap Alina, dia kemudian menyingkap sedikit cadarnya untuk meneguk jus melalui sedotan, perlahan dahaganya hilang.

Rina diam sejenak, memperhatikan majikan mudanya yang tengah menikmati jus tomat, lalu tak lama melanjutkan lukisannya kembali. Rina nampak ragu, sebelum akhirnya memberanikan diri untuk berbicara.

"Nona...Maaf kalau saya lancang bertanya, apa benar Nona akan di jodohkan dengan pengusaha yang sedang terkena skandal itu?" tanyanya dengan hati-hati

Alina menghela napas, menatap lukisannya dengan pandangan kosong sejenak.

"Benar," jawab Alina, dia kembali membuat goresan di kanvas. membuat Pembantunya mengernyit heran.

"Loh, Nona mau menerimanya Kah?"

Alina menoleh ke samping, menatap Rina dengan senyum tipis di balik cadarnya, namun senyum itu menyimpan keraguan.

"Tentu saja tidak, kamu kan tahu sendiri aku sudah di lamar Fauzan," tukasnya lembut.

Fauzan Adi pratama putra, dan Alina Zafirah Al-Mu'tasim, memiliki hubungan yang didasarkan pada prinsip keagamaan yang kuat. Fauzan, seorang pria sholeh yang taat menjaga batasan dengan wanita yang bukan muhrimnya, terkesan dengan keteguhan Alina dalam menjalankan ajaran agama. Hubungan mereka tidak dimulai dari interaksi fisik atau percakapan panjang, melainkan dari rasa saling kagum dan hormat yang perlahan tumbuh melalui kegiatan sosial dan keagamaan.

Ketika Fauzan menyampaikan niatnya kepada seorang ustadz di kajian, ustadz tersebut memperkenalkan Fauzan kepada Alina. Rasa kagum yang tersembunyi di hati keduanya bak gayung bersambut. Dalam waktu singkat, setelah mereka bertemu di Masjid Agung, Fauzan melamar Alina melalui perantara ustadz tersebut, dan Alina menerima tanpa ragu. Namun, sebulan setelah lamaran, belum ada kepastian mengenai pernikahan mereka. Fauzan terus menunda pertemuan keluarga, membuat Alina mulai gelisah.

"Tapi, Fauzan belum melamar Anda secara resmi,"

"Aku tahu, tapi secepatnya aku akan memintanya untuk datang melamarku di depan orang tuaku. Aku akan menceritakan bahwa aku akan dijodohkan dengan pria lain, lalu dia tidak punya alasan untuk menunda pernikahan kami lagi"

"Apa Non Alina, Yakin?" Rina menatap Alina dengan cemas, ragu akan keyakinan majikannya.

"Iya, aku sangat yakin, kami berdua memiliki kecocokan dan visi misi yang sama dan tidak ada alasan untuk kami tidak bersama. Kami saling mencintai"

"Semoga saja Ya, Non. Saya tidak bisa membayangkan Nona Alina menikah dengan Pengusaha itu walaupun ganteng tapi kan dia, Red flag."

Alina tertawa kecil, mencoba menenangkan suasana.

"Jangan cepat menilai seseorang hanya dari gosip, Rina. Kita tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Lagi pula, skandal itu belum tentu benar."

Rina menghela napas dalam, berharap majikannya akan selalu bahagia, apa pun keputusan yang akan datang.

...[•••]...

Malam itu Fauzan melangkah dengan hati yang berat dan langkahnya begitu lunglai. Rumah besar nan mewah di depannya sudah dihiasi dengan pernak-pernik pernikahan, tanda bahwa acara akan segera dimulai. Nafasnya tertahan, seolah udara pun tak sanggup mengisi paru-parunya. Ia tahu waktunya hampir habis, namun hatinya tetap ingin berusaha, sekecil apapun kemungkinan itu.

Begitu masuk, ia melihat kesibukan yang terjadi di dalam rumah. Para pekerja dan keluarga sedang menyiapkan segala hal untuk pernikahan yang akan segera berlangsung. Fauzan menghentikan salah satu pekerja yang lewat.

"Maaf, saya ingin bertemu dengan Tuan Rumah. Dan… Alina. Bisa saya berbicara dengan mereka?" tanyanya penuh keseriusan.

Pelayan itu ragu sejenak, matanya melirik ke arah ruangan-ruangan di dalam rumah, lalu menjawab,

"Maaf, Tuan. Pengantin wanita tidak di perkenankan bertemu dengan pria yang bukan calon suaminya, apalagi di hari pernikahannya."

Fauzan menahan kegelisahan di dadanya,

"Tolong sampaikan saja, ini penting. Saya harus bicara dengan Alina."

Pelayan wanita itu terlihat semakin tak nyaman.

"Saya tidak bisa melanggar aturan ini, Pak. Sebaiknya bicara langsung dengan keluarga, mari saya antar."

Tak ada pilihan lain, Fauzan mengangguk dan melangkah lebih dalam menuju area rumah yang lebih sepi, tempat beberapa anggota keluarga berkumpul. Salah seorang dari mereka, seorang pria paruh baya yang tampaknya adalah paman Alina, berdiri dan menatap Fauzan dengan dahi berkerut.

"Assalamualaikum, Paman," ucapnya pelan.

Paman Alina yang bernama Firman tak menjawab, begitupun dengan yang lain, wajah mereka nampak sinis dan tajam.

"Maaf, saya tahu ini mendadak," Fauzan mengatur napasnya, mencoba tetap tenang meski hatinya bergolak.

"Tapi saya harus berbicara dengan Alina, ini sangat penting."

"Fauzan," suara pamannya terdengar tegas,

"Acara pernikahan ini sudah diatur, tak sepatutnya kau datang seperti ini. Pengantin wanita tidak boleh bertemu siapa pun kecuali suaminya."

Fauzan merapatkan bibirnya, mencari kekuatan dalam kata-kata.

"Saya mohon. Ini tentang masa depan kami. Hanya sebentar saja."

Pria bertubuh besar itu melotot,

"Masa depan apa yang kau maksud? Kemana kau selama ini, saat Alina mengharapkan hadirmu menjadi calon suami? Kau memberi dia banyak harapan, tapi ketika dia meminta haknya kamu terus beralasan!" suaranya besar dan lantang,

Fauzan menunduk sebelum akhirnya mengangkat wajah dengan penuh rasa bersalah.

"Situasinya saat itu tidak memungkinkan ,tolong Paman sebelum terlambat saya ingin memperbaiki semuanya."

"Kau pikir yang kau lihat ini apa? Apa kau pikir kami akan membatalkan pernikahan Alina dengan calon suaminya?!" suaranya lebih keras, tiba tiba seorang wanita seusia paman Firman menghampiri.

"Sudah Mas, sudah... Berikan dia kesempatan terakhir untuk bertemu Alina," ucapnya membujuk.

Paman Alina tak langsung menjawab dia terus menatap tajam Fauzan, hingga akhirnya ia pun mengizinkan.

"Baiklah, tapi hanya sebentar. Kami akan mengawasi. antar dia!"

Fauzan mengikuti pelayan menuju ruangan tempat Alina tengah dirias. Suasana berubah hening begitu pintu terbuka sedikit. Alina duduk di depan cermin besar, dengan beberapa orang perias sedang menyempurnakan penampilannya.

Dia tampak memukau dengan balutan gaun pengantin berwarna putih dan cadar yang menutupi setengah wajahnya. Meski hanya sepasang bola matanya yang terlihat, tapi sorot matanya memancarkan kesedihan dan ketidakberdayaan.

Lalu Ketika matanya bertemu dengan mata Fauzan melalui pantulan cermin, ada kilasan perasaan yang tak bisa diungkapkan. Hatinya berdegup kencang, nyeri di hatinya seolah bertambah.

"Nona, Tuan ini ingin bicara dengan, Anda." kata pelayan tersebut.

"Tinggalkan kami!" jawabnya tegar.

Beberapa perias dan pelayan mundur, memberikan mereka sedikit privasi. Fauzan berjalan mendekat, suaranya nyaris berbisik,

"Alina…"

Alina menoleh perlahan, namun tidak bangkit dari tempat duduknya.

"Kenapa kau di sini, Fauzan?" tanyanya pelan tapi jelas, nadanya tidak menyimpan kejutan. Seolah dia sudah menduga bahwa pria ini akan datang di detik-detik terakhir.

"Aku harus berbicara denganmu," jawab Fauzan.

"Aku… Aku tahu ini sudah terlambat. Tapi aku tidak bisa membiarkanmu menikah dengan orang lain tanpa aku mencoba mengubah keputusanmu."

"Keputusanku atau keinginanmu?!" Alina bangkit dari kursi, memutar badan mendekat ke arah Fauzan.

"Bukankah kau yang lebih dulu meninggalkan aku, meninggalkan mimpi-mimpi kita? Hanya karena aku bukan seorang Syarifah?" suara Alina tajam, matanya berkaca kaca.

Fauzan merasa hatinya teriris, dia menunduk sejenak dan mengangguk karena penyesalannya.

"Aku salah Alina, saat itu aku masih bimbang karena orang tuaku_"

"Karena orang tuamu ingin menantunya bernasab mulia? lalu apa bedanya denganku Fauzan?" potong Alina, Suaranya meninggi.

"Alina aku terpengaruh oleh desakan orang tua, waktu itu aku masih belum bisa berpikir dengan benar,"

Fauzan dengan mata sendunya berusaha meyakinkan Alina, kalau dia masih masih mengingkannya meski apapun yang terjadi.

"Lalu apa bedanya denganku?" Alina berseru, air matanya berpendar dalam cahaya,

"Aku bisa saja menolak perjodohan ini karena orang tuaku memberimu kesempatan, tapi kenapa kamu baru datang, ketika calon suamiku sudah di depan pintu?"

Fauzan menatap Alina dengan putus asa,

"Alina, kauu tahu terkadang aku melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang, itu adalah kesalahanku..."

"Kesalahan?" Alina tertawa sumbang,

"Apa ketika kamu mengatakan aku harus mematuhi perintah orang tua, itu juga kesalahan? atau kamu hanya beralasan untuk meninggalkan aku? kalau begitu kenapa kamu datang ke sini lagi?"

Fauzan tercekat, lidahnya seakan kelu, tapi dia berusaha tegar menghadapi wanita di depannya.

"Masih ada sedikit kesempatan Alina, aku akan bicara pada orang tuaku, aku akan mengatakan_"

"Kau punya orang tua? dan aku tidak?" tegas Alina suaranya pelan, air mata menggenang di maniknya.

"Lebih dari itu, aku punya kehormatan yang harus dijaga, Fauzan!" lanjutnya, bersamaan dengan itu air matanya jatuh menetes.

Hening, Fauzan pun menitikkan air matanya yang sejak tadi ia bendung.

"Nona Alina, calon suami Anda sudah datang!" suara pelayan memecah ketegangan di antara mereka.

Alina menarik napas panjang yang terasa kian sesak dan berat.

"Aku akan segera pergi!" Wanita bercadar putih itu berbalik dan mengambil tasnya di meja rias.

Fauzan menggeleng, wajahnya yang tadinya sendu berubah tajam

"Tidak Alina, aku tidak akan membiarkan pernikahan ini terjadi!" seru Fauzan, rahang pria itu mengeras.

Alina berhenti, lalu perlahan berbalik, menatapnya tajam.

"Apa yang akan kau lakukan? mau mempermalukan aku di depan semua orang?!"

Fauzan tersentak oleh ucapannya, sejenak kehilangan kata-kata.

"Mana mungkin aku melakukan hal itu?!" protesnya, kali ini suaranya lebih tajam.

"Alina, Liam bukan pria yang baik, Aku hanya takut kau tidak bahagia!" seru Fauzan lagi, nadanya penuh penekanan.

Alina mengerutkan kening,

"Bahagia atau tidak itu bukan urusanmu! kewajibanku menyelamatkan kehormatanku dan keluargaku, dan itu yang harus ku pertahankan!" balas Alina dengan suara dan tatapan dingin yang menusuk hati Fauzan.

...[••••]...

...Bersambung.......

1
Sunaryati
Mudah- mudahan hatimu yg terlanjur beku perlahan mencair karena istrimu Alina
Sunaryati
Mungkin Alina jodohmu, Liam. Kau akan menyesal melepaskannya. Dia lain dari semua wanita yang menginginkau
Rita Riau
udah Alina, dengarkan apa kata suami angkuh mu itu, jika perlu juga ga usah sibuk bikin sarapan 🤔🤭🙄
Joko Medan
tpi kn thor, saat liam mandangi foto alina yg tersenyum. ap dy gk pkai cadar di foto itu??
Pearlysea🌻: Tidak pakai.Karena dalam syariati calon istri/suami berhak melihat wajah calon pasangannya sebelum menikah. Liam dulu melihat foto Alina hanya sekilas, tidak begitu memperhatikan wajahnya, karena ia takut terbawa perasaan dan tak benar benar ingin serius menjalani pernikahan karena trauma.
total 1 replies
Joko Medan
hahaha, aku suka candaan mu alina🤣🤣.

ayo la firaun, ad yg halal gk usah lgi mikiri msa lalu yg gitu2 az. mncoba mengenal alina psti sangt menyenangkn krna dy wanita yg cerdas. semakin k sini alina akn mnunjukn sikp humoris ny dn liam akn mnunjukkn sikap lembut walau pn msih datar.
Joko Medan
nth lah clara, kau itu spupu yg tulus atw modus😏. tpi aku suka dgn alina yg bisa langsung menebk sikp spupu ny itu. walaupn pernikhn ny bgitu, y alina mg hrus waspada. tetap la mnjdi wanita yg cerdas alina. agr kau sepadan dgn liam dgn kecerdasn mu walaupn bukn dgn karier mu😘.

haaa, liam dengar tu ap kta raka. smga raka, kau memg sahabt yg tulus y raka. cuci trus otak liam biar dia meroboh degn sendiriny benteng tinggi yg ud dy bangun.
Arza Zaeni Putri
lanjut tor
Arza Zaeni Putri
lucu evan 🤣
Sunaryati
Ayo terus pantang mundur untuk menyadarkan Liam, Alina. Mudah- mudahan berhasil
Joko Medan
menghadapi liam ni, hrus ditarik ulur. gk harus melulu kita yg ngalah.

doble up kk😄
Ma Em
Alina terlalu sabar menghadapi Liam Alina kalau Liam mengejek mu balas dgn perkataan yg menohok agar dia sadar jadi orang jgn terlalu arogan
Arza Zaeni Putri
lanjut tor
Ma Em
Luar biasa
Ma Em
Liam kamu sombong sekali semoga setelah kamu sadar dan mencintai Alina , Alina sudah tidak membutuhkanmu lagi dan pergi meninggalkan kamu dgn rasa sesalmu dan tdk bisa lagi untuk kembali pada Alina
Pearlysea🌻
😂😂😂
Ceriwis (Kurogane Haruka)
Jangan terlalu sensi entar kamu cintah lo😁😁
Joko Medan
klw aku jdi evan jga bakaln ngakak jungkir balik🤣🤣. seru x klw ud ad evan😂

gitu dong alina, gk usah sikit2 nangis
Pearlysea🌻: Semangatin terus si Alina kak, biar gak cengeng😂
total 1 replies
Sunaryati
Semoga tuduhan skandal mereda, Liam menghargai Alina dan mereka bisa menjalani rumah tangga sesungguhnya bukan sandiwara
Joko Medan
yd, alina kmu ikuti az permainn liam. mulai skarang kmu hrus jdi wanita kuat dn smart. jangn mudah cengeng atw emosi. mg smua itu gk mudah, tpi ikuti az alurny.
Joko Medan
cocok kq thor.

sok cuek, sok perhatian. liam liam, awas kau y 😏

lanjut thor.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!