Berawal dari sebuah mitos yang diceritakan dari mulut ke mulut cerita itu mulai menjadi kenyataan. Satu persatu warga meninggal, mereka dibunuh, darah mereka diambil untuk kelangsungan hidup entitas lain yang mengancam kehidupan.
Beberapa remaja desa mulai mencari tahu tentang makhluk tersebut demi menghentikan tragedi mengerikan.
Makhluk itu ada diantara mereka, dia menyamar untuk memangsa.
*
Cerita ini karya orisinil author, mohon untuk tidak melakukan plagiat. Mari kita saling menghargai dan mendukung.
Jangan lupa ikuti ig @aca_0325
Terimakasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Malam ini di sudut desa, dibawah pohon beringin tua berdiri satu sosok cantik, ia memakai pakaian serba hitam dengan rambut sebahu yang dibiarkan tergerai bebas.
Dari mulutnya terkadang keluar gumaman singkat, lalu saat angin malam bertiup kencang baju yang ia kenalan terlihat melambai-lambai.
Kepalanya tertunduk memperhatikan tanah becek yang menjadi tempat kakinya berpijak. Beberapa kali menggerakkan kakinya dengan gerakan memutar, ia bosan.
"Kau melakukannya lagi?"
Bibirnya tersenyum melihat orang yang baru saja datang, pria dewasa dengan rambut gondrong. Ia tersenyum manis, memberikan sambutan hangat pada pria itu.
"Aku bosan juga lelah,"ucapnya sembari duduk diatas akar besar.
"Apa tugas yang dia berikan terlalu berat?Aku bisa memintanya untuk mengurangi tugasmu,Dewi." Kata Asep mengikuti Dewi duduk diatas akar.
"Tidak perlu,bang. Aku masih sanggup untuk menjalankan tugasnya
"Dewi,"
Perempuan itu menoleh ke samping, memperhatikan wajah Asep yang kelelahan. Spontan tangannya menyentuh rahang Asep lalu mengusapnya lembut.
" Aku sudah menemukan orang yang membunuhmu,"ucap Asep lembut. Tangannya merangkul tubuh dingin Dewi, ia tahu bahwa sebenarnya perempuan itu sudah meninggal, tapi, ia tidak merasa takut sedikitpun. Dewi mungkin memang sudah pernah di kubur, tubuhnya pernah ditimbun tanah, tapi dia tetaplah orang yang sangat berarti bagi Asep.
" Bang Asep,"Dewi menyandarkan kepalanya dibahu Asep, bibirnya tersenyum lalu berkata lirih,"katakan siapa? Apa tuan Gideon yang membunuhku?"
Nama itu cukup terkenal di dunia kegelapan, orang yang di gadang-gadangkan sebagai keturunan Abbadon. Seingatnya, Dewi di bangkitkan oleh orang suruhan Gideon. Ia bisa mengingat beberapa hal semasa hidupnya tetapi ia tidak bisa mengingat apa yang terjadi malam itu.
Saat sumpah kebangkitan dibacakan diatas liang makamnya, kemarahan dan dendam telah merasuki raganya yang kosong. Jiwanya yang sedang terombang-ambing ditarik paksa untuk kembali ke bumi, merasuki tubuh kakunya yang sudah terkubur. Ia haus akan darah, suara bisikan yang selalu menyuruhnya untuk meminum darah agar kembali hidup membuatnya begitu bernafsu mengejar Sultan dan melati yang mengintip dibelakang semak belukar.
"bukan dia. kau tidak perlu khawatir karena aku sudah mengirim orangnya ke neraka."kata Asep sambil mengusap kepala Dewi dengan lembut.
"Terimakasih sudah melakukan segalanya untukku."
Kedua insan itu berpelukan erat, menyalurkan kehangatan lewat pelukan tersebut. Mata Dewi memejam, mulai sekarang ia akan hidup seperti ini, ia hanya bisa memandangi orang yang disayanginya dari dalam kegelapan yang membelenggu dirinya.
"Setelah ini aku akan pergi." Dewi mengurai pelukan mereka.
"Kau masih bisa tinggal disini, kenapa harus pergi? "
Dewi tersenyum, ia bukan lagi manusia tetapi pria yang sedang menatapnya dengan hangat sekarang adalah orang yang berharga baginya. Ia tidak mungkin membiarkan Asep sendirian, namun ia harus tetap menjalankan tugas yang diberikan Gideon, sebab sekarang ia hidup sebagai pelayan Gideon dan harus melakukan apapun yang diperintahkan orang itu.
...*...
Barang-barang dilemparkan, kaki kursi patah kala menyentuh dinding, beberapa benda lain memenuhi kekacauan di rumah itu.
"Hebat sekali sekarang tingkahmu, mel. Kau tidak pulang ke rumah sejak pagi kemarin dan baru kembali pagi ini?"
"APA MATAMU SUDAH BUTA SEHINGGA TIDAK BISA LAGI MELIHAT JALAN PULANG?!"
Ibu melati berteriak penuh amarah pagi itu, ruang keluarga yang biasanya rapi sekarang seperti kapal pecah. Buku dilemparkan pada melati yang hanya berdiri diam di sudut rumah, buku itu mengenai perut sebelah kirinya. Ia tidak bisa melawan ibunya, jadi lebih memilih diam dan menunggu amarahnya reda.
"APA YANG KAU LAKUKAN DI LUAR SANA? JUAL DIRI, HAH?" Ibu kembali berteriak, matanya melotot hampir keluar, urat-urat lehernya menonjol pertanda ia sedang teramat marah.
Melati menghela nafas panjang, ia lebih baik diam daripada harus mengatakan yang sebenarnya.
"Ibu, kenapa ibu memarahi kakak?" Kyla, adik melati yang duduk di kelas enak sd menghampiri kakaknya. Gadis kecil itu memeluk sang kakak dengan tubuhnya yang gemetar, Kyla sangat ketakutan dengan ibunya.
"Masuk ke kamarmu, Kyla!" Ibu menarik tangan Kyla dan menyeretnya ke dalam kamar lalu mengunci pintu dari luar.
"Jangan menyakiti Kyla, bu," Melati tidak masalah jika ia yang dimarahi atau dipukul sekalipun. Tetapi, adiknya tidak boleh disakiti, ia sangat menyayangi Kyla lebih dari apapun.
"Kau masuk ke kamarmu dan jangan keluar selama tiga hari. Itu hukumanmu karena sudah berani melanggar larangan."
Kalau sudah begini, Melati hanya bisa pasrah. Lagipula ia sudah sering dihukum oleh ibunya jika melanggar aturan atau larangan yang dibuat. ia tidak pernah menolak atau berusaha berdebat tentang hukuman yang diterima karena tahu semua itu demi kebaikannya.
Melati menutup pintu kamarnya, ia duduk di ranjang setelah mengisi daya ponselnya.
"Huh, sepertinya selama tiga hari aku harus berdiam diri disini." Melati menghembuskan nafas lelah, ia mengganti seragamnya yang lusuh dengan baju kaos dan celana training kemudian mulai berbaring di ranjang.
Ia memandangi langit-langit kamar sambil memikirkan Nia. Ia tidak bisa melakukan apapun untuk menolong gadis itu, ia hanya bisa berdoa semoga Nia selamat dan tidak dibunuh.
Perlahan mata melati mulai mengantuk. tak lama kemudian ia sudah tertidur pulas, saat itulah jendela kamarnya terbuka lebar.
Satu sosok serba hitam melompat masuk, lalu kembali menutup jendela. Dia tidak melakukan apa-apa, hanya memandangi melati yang sedang tidur.
...***...
kenapa Nia tdk dibangkitkan seperti Dewi?
apakah Baron yg culik bayi sbg syarat buat hidupin Nia?
apakah mereka dr awal sdh mentargetkan melati?
desa ini, benarkah ada manusia nya?
selain Mahendra dan sultan, sekarang pun aku curiga melati jg sebenarnya bagian dr makhluk kegelapan, hanya blm.menyadari... Krn keluarga melati sendiri bagiku memcurigakan...
dan lagi Krn liat Baron dg mudah membangkitkan sosok yg dah terkubur demi membangkitkan kembali Nia...
knp hanya orang tua yg tau...
apakah Asep yg minta makhluk kegelapan buat bunuh manusia tp utk apa? merusak perjanjian?
tp siapa yg udah bawa Hendra ke pesta waktu itu ya?
kl melati dan sultan kan diajak sama Alisa..
ada rahasia apa di buku itu?
klpun ada yg nyulik apakah Asep ato suruhan Gideon buat mancing melati... hmmm🤔
btw, knp melati bs jd incaran Gideon jg ya selain Arion 🤔