Berawal dari sahabatnya yang fans sekali dengan seorang Gus muda hingga mengadakan seminar yang akan diisi oleh Gus yang sedang viral dikalangan muda mudi itu.
Dari seminar itulah, Annisa menemukan sosok yang selama ini dikagumi oleh banyak orang salah satunya Bunga, sahabatnya sendiri.
Awalnya, menolak untuk menganggumi tapi berakhir dengan menjilat air ludah sendiri dan itu artinya Annisa harus bersaing dengan sahabatnya yang juga mengagumi Gus muda itu.
Lantas gus muda itu akan berakhir bersama Annisa atau Bunga?
Ketika hati telah memilih siapa yang dia cintai tapi takdir Allah lebih tau siapa yang pantas menjadi pemilik sesungguhnya.
Aku mencintai dia, sedangkan dia sudah bertemu dengan takdir cintanya dan aku masih saja menyimpan namanya didalam hati tanpa tau bagaimana cara untuk menghapus nama itu.
Bukan hanya aku yang mengejar cinta, tapi ada seseorang yang juga tengah mengejar cinta Allah untuk mendapatkan takdir cinta terbaik dari yang maha cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sebuah Kata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal yang baru
Zulaikha hanya bisa diam tak mampu menjawab lagi, "Siapa yang membuatmu menangis? Katakan padaku!"
Zulaikha menatap Adam dalam, "Jika itu kamu, bagaimana mas?" tanyanya membuat Adam membeku seketika.
"A-apa maksudmu?" tanya Adam gugup.
"Mas, apakah ada nama wanita lain dihatimu selain bunda dan Sarah?"
Diam
Apa yang akan Adam jawab, apa dia harus berkata jujur jika memang ada nama wanita lain dihatinya dan itu adalah Annisa---- Adik angkat Zulaikha.
"Jawab aku mas, apa ada nama wanita lain yang kamu cintai?" desak Zulaikha dengan mata yang kembali berkaca-kaca.
"T-tidak." singkat Adam.
Zulaikha menggeleng, "Kamu bohong mas, kamu bohong." ucapnya yang terdengar serak.
"Apa maksudmu? Aku tidak menyimpan nama wanita lain selain Bunda, Sarah dan," jeda "Kamu." lanjut Adam melemahkan suaranya diakhir kalimat.
Zulaikha tersenyum getir mendengar pengakuan Adam, "Aku apa Annisa mas?" tanya Zulaikha.
Adam menatap wajah istrinya yang kini sudah memerah dan nafas yang memburu, "Apa yang kamu katakan, Ikha?" tanya Adam tak percaya.
Zulaikha membuang wajahnya, tak ingin.menatap sang suami, dirinya takut jika air matanya keluar begitu saja, "A-aku tahu semuanya mas."
"Apa yang kamu ketahui? Beritahu aku!"
Zulaikha menggigit bibir bawahnya, "Kamu dan Gus Habibi mencintai satu gadis yang sama, dan kalian terjebak karenaku, aku merebut sumber kebahagiaan kalian, terutama kamu, mas. Maafkan aku." ucap Zulaikha dengan air mata yang tak mampu Ia cegah lagi.
Adam menatap istrinya tak percaya, bagaimana Zulaikha bisa mengetahui tentang ini semua? Apa Habibi yang mengatakan? Begitulah pikirnya.
"Siapa yang memberi tahumu? Apa itu Habibi?"
Zulaikha menggeleng, "Aku mendengar percakapan kalian siang tadi, bahkan aku juga tahu jika kamu lembur di kantor bukan karena benar-benar lembur tapi ingin menghindari aku, benar kan mas?"
Adam membuang nafasnya keras, "Maafkan aku, aku berjanji untuk mencintaimu dan belajar melupakan Annisa."
Zulaikha tersenyum, "Tidak usah berjanji mas, aku percaya denganmu, aku yakin kamu bisa mencintai aku dan mempertahankan rumah tangga kita."
Adam meraih tangan Zulaikha dan mengenggamnya, "Bantu aku untuk melupakannya, aku juga tidak mau semua ini terjadi, bantu suami mu ini, Ikha." ucap Adam memohon.
Sesungguhnya, Adam juga lelah dengan keadaan batinnya sekarang, pria itu ingin keluar dari masalah batin yang dirinya ciptakan sendiri, namun Adam belum bisa keluar dari masalah itu karena tidak ada yang membantunya keluar.
Zulaikha mengangguk, "InsyaAllah, aku akan membantumu keluar dari masalah ini mas, aku yakin rumah tangga kita akan baik-baik saja kedepannya." balas Zulaikha percaya.
Senyum dari kedua manusia itu terpatri indah, seakan menemuka cahaya untuk pulang, mungkin saat ini rasa cinta itu belum ada tapi suatu saat rasa itu akan muncul untuk wanita berhati malaikat seperti Zulaikha.
Wanita itu tidak ingin memaksakan Adam untuk mencintainya atau gelap mata dengan memilih perceraian. Zulaikha akan menjalani rumah tangganya dengan ikhlas seiring berjalannya waktu wanita itu percaya Allah akan menumbuhkan rasa cinta dihati suaminya.
"Mas ke kamar aja dulu, aku mau nyuci piring sebentar, mas mau dibuatkan kopi atau teh?" tanyanya.
Adam menggeleng, "Aku mau tidur aja."
Adam meninggalkan Zulaikha yang tengah membereskan meja makan, namun baru beberapa langkah Adam kembali menoleh kebelakang melihat sang istri. Adam kembali menghampiri Zulaikha dan mengecup kening wanita itu.
Zulaikha yang diperlakukan seperti itu hanya bisa membeku dengan wajah yang memerah seperti tomat dan sang pelaku kembali pergi meninggalkannya.
"Alhamdulillah, akhirnya selesai," monolog Zulaikha sembari tersenyum.
"Aduh, aku keatas atau tetap disini? Soalnya aku masih malu ketemu mas Adam."
"Keatas aja kali ya, mana tau mas Adam udah tidur." putusnya.
Wanita berparas ayu itu berjalan pelan menuju kamarnya dengan penuh kehati-hatian Zulaikha membuka pintu kamar dan saat pintu terbuka, wanita itu memajukan kepalanya terlebih dahulu, memastikan jika sang suami sudah tertidur.
Senyum Zulaikha tercipta saat melihat punggung Adam yang tengah tertidur membelakanginya. Zulaikha melangkah masuk kedalam kamar dan kembali menutup pintu, wanita itu berjalan mendekat menuju sang suami dan menyelimuti Adam yang saat ini tertidur tanpa selimut. Setelah itu dirinya berjalan menuju kedekat kepala sang suami dan mulai mengecupnya.
Cup
Tapi saat mengecup dahi Adam, wajahnya langsung menyergit heran, "Panas," lirihnya dan kembali mengecek suhu badan pria itu.
Benar saja, badan Adam mengeluarkan hawa panas yang membuat Zulaikha panik seketika, "Mas Adam sakit, aku harus panggil dokter." ujarnya hendak berjalan mengambil ponsel untuk menghubungi dokter pribadi keluarga.
Hendak menekan tombol panggil, tiba-tiba saja Adam meraih ponsel Zulaikha, wanita itu menoleh menatap sang suami cemas, sedangkan Adam menggeleng, "Aku cuman demam biasa, besok juga udah baikan lagi." ucapnya meyakinkan.
"Badan kamu panas mas, biar aku panggilin dokter buat periksa kamu."
Lagi dan lagi Adam menggeleng, "Aku gak butuh dokter, aku butuhnya kamu, semoga dengan ini kita bisa semakin dekat. Percaya padaku."
Zulaikha hanya diam, Adam menggenggam jemari istrinya, "Kenapa diam? Kamu menyesal?"
Sekarang giliran wanita itu yang menggeleng, "Tidak mas, kalau begitu aku ambil kompresan dulu, biar panasmu turun sama kamu harus minum obat." ucapnya berlalu pergi.
Usai mengambil kompresan dan meletakkannya diatas dahi Adam setelah pria itu meminum obat penurun panas, kini Zulaikha duduk didekat sang suami dengan satu Al-Qur'an ditangannya. Hatinya masih belum tenang jika panas Adam belum turun sama sekali.
Adam hanya bisa tersenyum saat mendapati istrinya membaca Al-Qur'an dengan indah dan merdu, tak perlu ada perbaikan lagi karena memang Zulaikha merupakan penghafal Al-Qur'an.
Dulu Adam pernah berpikir jika suatu saat dirinya akan mengajari sang istri mengaji dan membetulkan apa yang salah, menyetor surat dan hal lainnya yang bisa Adam bimbing tapi saat ini Allah memberikannya istri yang sempurna, istri yang sudah tau apa yang benar dan dimana yang salah.
Nikmat mana yang harus Adam dustai?
*****
Lain tempat seorang gadis tengah lembur dengan berbagai berkas dihadapannya. Sebagai karyawan baru sudah seharusnya Annisa melihatkan kinerja yang baik yang dirinya punya walau gadis itu tengah bekerja diperusahaan milik Bisma.
Seperti yang Bisma tawarkan waktu itu, dan pria itu menepati janjinya untuk memberikan pekerjaan pada Annisa. Annisa bekerja di bagian HRD perusahaan Bisma, walau tergolong baru, Annisa masih bisa menjadi karyawan yang dapat diandalkan.
"Belum pulang, Cha?" tanya Bisma saat hendak keluar kantor karena kerjaannya sudah selesai namun langkahnya terhenti didepan meja Annisa.
Annisa yang tengah mengetik dikomputernya menggeleng tanpa melihat atasannya itu, "Udah malam, mending kita pulang, lo bisa kerjain itu besok aja." ucap Bisma yang terlihat begitu lelah.
Annisa menoleh, "Dikit lagi, Bis." balasnya.
Bisma memutuskan untuk menunggu Annisa yang sekarang berstatus menjadi karyawannya, pria itu meletakkan jasnya di punggung kursi dan menyandarkan badannya dikursi yang berada didepan Annisa dengan memejamkan mata sedangkan Annisa masih fokus pada kerjaannya.
"Akhirnya selesai juga," ucap Annisa sambil meregangkan badannya setelah limat menit berlalu hingga Bisma sudah larut dalam mimpinya.
Annisa menatap atasannya itu kemudian menggeleng, "Cape banget pasti ya? Gue aja bawahan ngerasa begitu cape, apalagi Bisma. Kasihan." batin Annisa iba.
"Ternyata kalau tidur gini lo makin kelihatan tampan bis, damai banget tidur lo." ucapnya kembali membatin.
Annisa menggoyangkan pundak Bisma, "Bis, bangun! Lo mau tidur disini?"
Bisma mengerjabkan matanya dan mengangkat kepala menatap Annisa yang kini juga melihatnya, "Udah selesai?" tanya Bisma dengan suara serak.
"Udah, lo cape banget ya? Sampe-sampe ketiduran kek gini."
Bisma tersenyum tipis, "Namanya juga hidup, Cha. Yuk pulang! Udah malam." Bisma bangkit dari duduknya dan meraih jas yang terletak dipunggung kursi.
Dua manusia itu melangkah menuju pakiran dan sesampai dipakiran Annisa mengeluarkan ponselnya hendak memesan ojek online, "Lo mau ngapain? Kok berhenti?" tanya Bisma saat gadis itu berhenti.
"Mau pesan ojek, lo pulang gih!" balasnya.
Bisma kembali melangkah menghampiri Annisa dan mengambil ponsel gadis itu yang belum sempat memesan ojeknya.
Annisa mendengus kesal, "Hp gue!" kesalnya.
"Pulang bareng gue!" perintah Bisma.
Annisa menghentakan kakinya, "Gak mau! Kita beda arah, Bisma."
"Karyawan harus patuh terhadap pimpinan, kalau tidak gajimu dipotong 50%!" Ancam Bisma diakhiri senyuman yang tak terlihat oleh Annisa karena pria itu terus saja berjalan menuju mobilnya.
Annisa mendusel kesal, mau tak mau gadis itu menghampiri Bisma dan memasuki mobil milik pimpinannya.
Saat ini mereka sedang tidak berada dijam kerja dan semua karyawan sudah pulang jadi tidak ada kewajiban bagi Annisa untuk memanggil pria itu dengan sebutan Bapak dan itu juga karena Bisma yang ingin.