NovelToon NovelToon
Istri Pilihan CEO

Istri Pilihan CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: Icha mawik

Jatuh cinta pada pandangan pertama, membuat Shakala Fathan Elgio Genova, berusaha untuk memperjuangkan cintanya pada Zakira. Gadis manis yang ia temui tanpa sengaja di perusahaannya. Zakira adalah salah satu karyawan di perusahaannya.
Namun, sayangnya saat ia mengutarakan niatnya untuknya melamar gadis itu. Terjadi kesalahpahaman, antara Fathan dan Mamanya. Nyonya Yulia, yang adalah Mamanya Fathan. Malah melamar Nabila, yang tidak lain sepupu dari Zakira. Nyonya Yulia, memang hanya mengenal sosok Nabila, putri Kanayah dan Jhonatan. Mereka adalah rekan bisnis dan keluarga mereka memang sangat dekat.
Nyonya Yulia juga mengenal dengan baik keluarga bakal calon besannya. Akan tetapi, ia tidak pernah tahu, kalau keluarga itu memiliki dua orang anak perempuan. Terjadi perdebatan sengit, antara Fathan dan sang Mama yang telah melakukan kesalahan.
Nabila yang sudah lama menyukai Fathan, menyambut dengan gembira. Sedangkan Zakira, hanya bisa merelakan semuanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha mawik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 34.

"Sarapan, Sayang," ucap Zavira pada putrinya, yang baru saja turun dari kamar.

"Kak Zaki, mana, Mi?" tanya Zakira.

"Ikut Abi Fachri, ke Swedia," jawab Zavira.

"Apa?" Mata indah Zakira membulat sempurna, mendengar jawaban Umminya. "Kapan dan ngapain juga dia ikut?"

"Abi Fachri, sih katanya ada urusan. Tapi, kalau kakak kamu, jalan-jalan. Katanya pengen liat Negera yang gak ada mataharinya," jelas Zavira.

"Mi, Kira mau ikut. Kok, Abi gak ngajak, Kira?" Rengek Zakira.

"Kalau kamu ikut, yang bantuin Ummi Kirana, siapa?" ucap Zavira.

Zakira hanya menekuk wajahnya, sembari memanyunkan bibir.

"Ada apa ini? Kok, mukanya kesel gitu?" tegur Kiano.

"Daddy, kok gak bilang. Kalau, Kak Zaki ikut Abi Fachri ke Swedia? Kan, Kira juga pengen ke sana, pengen liat negara yang gak ada mataharinya," protes Zakira.

"Lha, mana Daddy tau kalau kakak kamu ikut Abi. Kan, mereka perginya gak bilang, Sayang ," sahut Kiano.

Kendra tersenyum melihat tingkah manja, cucu perempuannya kesayangannya.

"Nanti, kita pergi. Kamu temani Opa, kita pulang ke rumah kampung," hibur Kendra.

Mata Zakira berbinar mendengar Opa nya menyebut rumah kampung. Rumah kampung adalah rumah lama mendiang sang istri Humairah. Beberapa bulan sekali, Kendra pasti akan pulang ke kampung halaman sang istri untuk melihat usaha peninggalan mertuanya. Meskipun, semua itu berasal dari Kendra sendiri.

Tidak hanya ingin melihat usahanya. Akan tetapi, Kendra juga ingin mengenang setiap detik waktu yang ia lalui bersama Humairah disana. Banyak kenangan yang terukir di rumah itu. Mulai dari cinta yang tumbuh, secara perlahan pada perempuan sederhana yang menemaninya, hingga menutup mata.

"Daddy, serius, mau bawa Zakira ke sana?" sela Kiano.

"Kenapa, kamu keberatan?" tanya Kendra.

"Bukan gitu, Dadd! Nanti yang bakal bantuin kalian di sana, siapa?" ralat Kiano.

"Kan, bisa bawa Mbak Tiwi," sahut Zakira.

Kendra mengangguk membenarkan. Tiwi, salah satu pelayan seumuran Zakira. Gadis itu, anak salah satu pelayan di rumah itu juga.

"Ya, sudah terserahlah," putus Kiano.

Zakira tersenyum dengan wajah cerah.

******

Abizar menemui Fathan di kantornya.

"Selamat, pagi!" sapa Abizar, saat pemuda itu tiba di ruangan Fathan.

Fathan yang saat itu, sedang berdiskusi dengan asistennya. Tampak mengernyitkan dahi, melihat kedatangan Abizar. Dengan senyum khasnya, Abizar masuk dan duduk di hadapan Fathan.

"Mau apa?" tanya Fathan dingin.

Abizar sempat terkejut dengan sambutan teman kecilnya itu.

"Aku mampir, sekalian ingin tau. Giman kemajuan proyek kerja sama kita?" sahut Abizar santai.

"Kerja sama batal dan saya akan mengembalikan semua modalnya dua kali lipat sesuai dengan kesepakatan," ungkap Fathan. Masih dengan nada yang dingin.

Abizar mengernyitkan dahinya, heran. Muncul berbagai pertanyaan di benak Abizar, tentang perusahaan sikap Fathan.

"Berkas kerja samanya, saya kembalikan beserta dana kompensasi." Fathan menyerahkan sebuah map pada lawan bicaranya.

"Ada apa ini? Bukannya kira udah sepakat, kemarin?" tanya Abizar penasaran.

"Tidak ada apa-apa, hanya saja! Saya sudah tidak berminat dengan proyek itu," kawan Fathan dengan nada angkuh.

"Jangan bilang, semua ini terjadi karena Zakira?" tebak Abizar.

Seketika Fathan menatap Abizar, dengan tatapan membunuh. Abizar tersenyum sinis, tebakannya benar.

Fathan bersemangat membangun proyek itu, lantaran ada Zakira yang juga ikut memberikan saran.

"Jangan, bawa-bawa dia dalam masalah ini," ucap Fathan.

Abizar menggeleng pelan, sembari tersenyum penuh arti. Pemuda itu segera mengambil berkas yang ada di atas meja, kemudian berjalan ke luar meninggalkan ruangan.

"Aku harus secepatnya menyelesaikan masalah ini." gumam Fathan.

Ia berencana akan menemui keluarga Zakira dan mengatakan semuanya. Walau, Fathan yakin saat ini, mereka sudah mengetahui semuanya.

*

*

Kendra menarik napas berat, sembari memegangi dadanya. Ia merasa sesak, mendengar cerita Kiano, mengenai masalah yang menimpa keluarga Kanayah, putri bungsunya. Ia tidak menyangka, salah satu cucu perempuannya melakukan hal semacam itu.

Kiano dan Kirana adalah orang yang pertama dihubungi Kanayah. Saat ini ia tidak bisa percaya pada siapapun, selain kedua saudaranya. Kanayah meminta keduanya, untuk bercerita pada sang ayah, dengan hati-hati. Mengingat Kendra yang sudah tidak muda lagi dan ia juga menderita penyakit jantung.

"Daddy, tidak menyangka Nabila akan senekat itu demi mendapatkan, apa yang dia inginkan," ucap Kendra.

"Kiano juga Dadd. Sebelumnya, Fathan telah menemui Kiano di kantor. Beberapa hari kemudian, barulah Kanayah menghubungi Kiano dan juga kirana. Kami udah bilang ke Kanayah, untuk tenang," sahut Kiano.

"Apa, Nathan tau?" tanya Kendra.

"Belum Dadd! Saat ini, Nathan sedang berada di luar negeri. Kirana melarang Kanayah, untuk memberitahu suaminya sekarang," jelas Kiano.

Kendra mengangguk paham. "Lebih baik, jangan memberitahunya sekarang. Biarkan dia fokus, pada urusannya dulu."

Hening sejenak, semuanya larut dalam pikiran masing-masing. Tanpa mereka sadari, dari balik dinding. Seseorang mendengar percakapan mereka. Bukannya lancang atau tidak sopan. Akan tetapi, tanpa sengaja Zakira mendengarkan percakapan kedua orangtua dan Opah nya.

Gadis bermata teduh itu, menarik napas dalam-dalam. Ia pun memutar langkahnya dan kembali ke kamarnya. Dalam pikiran Zakira, semua yang Nabila lakukan. Pasti ada hubungannya dengan Oma Sukma. Zakira yakin, tidak mungkin Nabila bisa melakukan hal senekat itu, kalau tidak ada yang mendukungnya. Bukan menuduh, tapi melihat dapat dilihat dari perubahan sikap sepupunya itu. Zakira yakin, semua itu ada hubungannya dengan Oma Sukma.

Lamunan Zakira buyar, saat mendengar suara notifikasi dari ponselnya. Sebuah pesan masuk, dari aplikasi hijau berlambang telepon.

"Gio!" gumam Zakira. Panggilan yang hanya orang tertentu yang boleh menyebutnya.

Dengan berat hati, Zakira membuka pesan dari Fathan.

"Luangkan waktu, aku ingin menemuimu besok."

Zakira enggan membalasnya dan memilih meletakkan kembali ponselnya. Akan tetapi, benda pipih itu kembali berbunyi. Sejenak, Zakira memejamkan matanya. Entah mengapa, ia merasa enggan berurusan dengan pria itu lagi.

"Please, kali ini dengarkan aku. Aku ingin menjelaskan sesuatu, ajak Zaki atau siapapun. Sekiranya, kamu enggan bertemu berdua denganku."

Zakira mengembus napas pelan, sembari bergumam. "Apa lagi ini?"

Masih memilih diam dan tidak menghiraukan pesan singkat dari pria yang sempat mengisi hatinya. Akan tetapi, dalam hatinya, ia ingin sekali memberikan pemuda itu kesempatan untuk bicara empat mata.

*****

"Kalau kamu tidak mau menemuiku. Maka, aku sendiri yang akan menemui mu," ucap Fathan.

Pemuda itu kembali melemparkan ponsel miliknya. Ini sudah kesekian kali ia lakukan, rasa kesal di hati dikarenakan Zakira mengacuhkannya. Fathan meneguk habis minuman di tangannya, rasa panas menjalar ke tenggorokannya saat benda cair itu memenuhi kerongkongan.

Ia kembali menuang dan memenuhi gelasnya. Entah sudah gelas dan botol keberapa yang ia habiskan saat ini. Saat ini, hanya Soni yang menemaninya. Namun, tanpa Fathan ketahui, Soni menghubungi Abizar. Untuk menemaninya, kalau-kalau Fathan melalukan hal diluar nalarnya.

"Sudah berapa lama, dia seperti ini?" tanya Abizar.

"Hampir satu Minggu ini. Lebih tepatnya, saat Zakira tidak lagi menjawab atau membalas pesannya," jawab Soni.

Abizar menarik napas panjang dan dalam. Ada rasa pedih dalam dadanya. Sebegitu besarnya rasa cinta Fathan untuk Zakira?

Sebelumnya, Fathan tidak pernah segila ini, dalam menyukai seseorang. Abizar juga ingat betul, jika teman kecilnya itu pernah menjalin hubungan bahkan hampir menikah dengan seorang perempuan.

Namun sayangnya, hubungan keduanya harus kandas lantaran perempuan itu mengkhianati Fathan. Pemuda itu sempat setres, tapi tidak seperti kondisinya saat ini.

Abizar semakin yakin, ini juga yang dirasakan Zakira. Hanya saja, gadis itu pintar menutupinya.

"Tetap temani dia. Aku tidak mau, sampai terjadi sesuatu padanya," pinta Abizar sebelum pergi meninggalkan apartemen.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!