Karena perjodohan, Rania bisa menikah dengan Adrian, pria yang menjadi cinta pertamanya. Namun sayang, pernikahan impian Rania jauh dari pernikahan yang saat ini dia jalani.
Setelah melewati dua tahun pernikahan, kekasih Adrian yang bernama Alexa kembali dari luar negeri. Itu berarti sudah tiba waktunya Rania untuk melepaskan Adrian dengan bercerai dari pria itu.
Bagaimana kehidupan Rania setelah dua tahun menikah?
Apakah dia rela melepaskan Adrian? Atau Adrian yang justru tidak rela melepaskan Rania?
Yuk ikuti ceritanya di Dua Tahun Setelah Menikah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35. Jadian
Seperti kata pepatah, Sepandai- pandainya menyimpan bangkai, suatu saat baunya akan tercium juga. Serapih apapun bangkai ditutupi, tetap saja bau busuknya akan menyebar kemana-mana.
Seperti itu jugalah yang sekarang terjadi pada orang yang menganggu Rania. Sepintar apapun mereka menyembunyikan kejahatan mereka, akhirnya ketahuan juga. Bahkan dari hal yang tak terduga.
Sungguh diluar dugaan dan tidak ada yang mengira, jika orang yang berusaha mengganggu jalannya proyek perumahan milik Rania adalah ayah kandung Alexa. Sosok yang tidak pernah diketahui siapa orangnya selama ini.
Ayah Alexa itu tidak sendiri. Bukan Angel yang jadi partnernya. Pria itu mendapat dukungan dari saudara tirinya, yang tak lain adalah ibunya Adrian. Itulah mengapa ibu Adrian sangat mendukung hubungan putranya dengan Alexa, namun sangat ditentang oleh tuan Widodo.
Ayah Alexa melakukan semua itu karena dia kesal pada Rania. Jika tidak bermasalah dengan Rania, Alexa tidak akan berakhir di tahanan. Istrinya juga tidak akan pernah tahu, jika dia punya putri dengan wanita lain. Dia juga tidak perlu repot-repot mencari cara untuk mengeluarkan putrinya. Kekesalan ayah Alexa semakin bertambah, dia tidak bisa membebaskan putrinya dari jerat hukum.
Berbeda dengan ibunya Adrian. Mantan mertua Rania itu tidak suka melihat Rania yang saat ini lebih sukses dari pada putra kebanggaannya, Adrian.
Mama Adrian merasa iri dan dengki terhadap Rania. Penyakit hati yang cukup berbahaya. Mereka memiliki perasaan negatif yang mendalam, yang tidak hanya menginginkan kenikmatan orang lain hilang tetapi juga berharap kenikmatan tersebut berpindah kepadanya. Itulah sifat dari manusia yang tidak pernah bersyukur. Selalu melihat keatas dan tidak pernah melihat ke bawah.
Pantas saja jika Adrian juga tidak pernah bersyukur diberikan istri sebaik Rania. Ibunya saja tidak pernah bersyukur dengan apa yang mereka miliki.
"Dari mana Bunda tahu mereka pelakunya?" tanya Ansel, setelah nyonya Alana menyebut nama ayah Alexa dan ibu Adrian sebagai dalang pendemo di proyek perumahan milik Rania.
Nyonya Alana sendiri mengetahuinya secara tidak sengaja. Hari ini dia ada pertemuan bersama rekan-rekan sosialitanya. Pertemuan yang sudah sangat jarang nyonya Alana hadiri. Namun hari ini, tiba-tiba saja dia memutuskan untuk hadir, dan sangat ingin hadir.
Seperti biasa, tidak seru jika pertemuan mereka tidak membahas sesuatu yang tengah hangat terjadi di antara mereka. Siapa sangka orang yang teman-teman nyonya Alana bicarakan berhubungan dengan dalang yang mengusik keberhasilan Rania.
Nyonya Alana bersyukur, dia menyempatkan hadir dalam pertemuan hari ini dengan teman-temannya. Meski tidak sengaja, dia bisa mengetahui apa saja yang terjadi dengan orang-orang di sekitarnya. Termasuk yang berkaitan dengan Rania.
"Begitu ceritanya Ansel." jawab nyonya Alana, menyelesaikan penjelasannya.
"Baik Bunda. Setelah ini Ansel dan Aryan akan mencari bukti, jika semuanya itu benar mereka yang melakukannya." balas Ansel.
"Iya Kak, kita harus bisa memberikan pelajaran pada mereka." sahut nyonya Alana.
Tidak perlu menungu waktu lama. Ansel segera memproses laporan dari nyonya Alana. Pertama dia sampaikan pada Aryan sebagai pengacara Rania, lalu pada Harsa sebagai pemilik kontraktor yang bekerja sama dengan Rania. Baru setelahnya mereka memberi tahu komandan Haris, yang langsung memproses laporan tesebut.
***
"Sayang, dalang dari demo di proyek sudah diketahui." ucap Harsa pada Rania, begitu dia tiba di apartement.
"Benarkah Bang?" Bukan Rania yang bertanya. Melainkan Winda yang sore itu mampir ke apartement Harsa.
Harsa terkejut melihat keberadaan Winda. Dia kira Rania hanya sendiri. Ternyata sahabat adiknya itu berada di pantry, dan langsung menyahuti penjelasannya pada Rania.
"Aryan sudah melaporkannya pada komandan Haris. Kita tunggu saja perkembangannya." jawab Harsa sambil menerima secangkir teh hangat yang disuguhkan Rania.
"Berarti Ara dan mbok sudah boleh pulang, Bang?" tanya Rania.
"Kamu tidak betah tinggal disini?" Harsa balik bertanya.
"Bukan begitu. Ara ingin mengunjungi ayah." jawab Rania mencari alasan.
"Kita tunggu perkembangannya dalam beberapa hari ini. Tidak apa-apa kan?" ucap Harsa sambil mengusap pucuk kepala Rania.
"Iya Bang, tidak apa-apa." jawab Rania.
"Ara boleh tahu, siapa yang menganggu proyek perumahan Ara?" tanya Rania lagi.
"Iya betul, siapa orangnya?" tanya Winda menimpali.
Harsa diam sejenak. Dia melihat Rania dan Winda bergantian sebelum menjawab. "Ayah Alexa."
"Ayah Alexa?" beo Winda dan Rania bersamaan.
"Tidak ada yang menduga dia pelakunya. Karena selama ini kita tidak mengenal sosok beliau." ucap Harsa lagi, menjelaskan.
"Apa ada kaitannya dengan penahanan Alexa?" tanya Rania.
"Masih di selidiki komandan Haris. Apa motif pria itu melakukannya." jawab Harsa.
"Dia tidak sendiri." ucap Harsa lagi.
"Masih ada yang lain. Siapa?" tanya Rania lagi.
"Menurut tante Alana, ibunya Adrian."
"Penyihir itu!" sahut Winda.
Harsa tertawa mendengar Winda memanggil ibunya Adrian penyihir. Sejahat itukah mantan ibu mertua Rania? Harsa menyesal selama Rania menikah dengan Adrian, dia justru menjauh. Andai saja dia tetap ada di samping Rania, mengabaikan rasa kecewa dan cemburunya, pastinya dia bisa membantu Rania lebih cepat.
Sementara Rania mendengar nama ibu mertuanya, jadi mengingat sosok matan mertuanya yang sejak awal tidak pernah menyukainya masuk kedalam keluarga mereka.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Harsa begitu melihat Rania yang diam saja. Sibuk dengan pikirannya sendiri. Sementara tangan Harsa terulur mengusap kepala Rania.
"Ara tidak apa-apa Bang. Tapi..., Bagaimana dengan orang yang mengintai rumah ayah? Apa orang yang sama?" jawab Rania.
"Abang belum tahu, kita tunggu laporan dari orang-orang kita yang menjaga ibu Saras." jawab Harsa sambil mengecup sayang pucuk kepala kekasih hatinya itu. Rania mengangguk.
"Kalian manis banget sih!" ujar Winda tiba-tiba.
Harsa tersenyum lebar, sementara Rania wajahnya bersemu merah. Jika ada yang membicarakan hubungan dia dan Harsa, Rania masih saja teringat dengan kejadian Harsa yang menci umnya.
"Ck, sepertinya aku melewatkan sesuatu tentang kalian." ucap Winda lagi.
"Kalian jadian ya?" tanya Winda penasaran.
Tidak ada yang mau menjawab, baik Rania maupun Harsa. Keduanya memilih diam, hanya mata mereka saja yang saling bicara.
"Benar ini mah, kalian jadian." ucap Winda menjawab sendiri pertanyaanya.
"Ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus membagi berita ini pada Karla dan Haris. Mereka harus tahu." ucap Winda lagi, bicara sendiri. Karena Rania dan Harsa sejak tadi hanya memperhatikan sahabat Rania itu.
Bukan hanya Karla dan Haris saja yang Winda kabarkan. Perawat itu mengirim berita tentang Hara dan Rania di group mereka. Seketika group ramai, meski yang berbalas pesan hanya Karla, Cinta dan Winda.
"Mau klarifikasi?" tanya Harsa pada Rania, sambil berbisik.
Harsa bertanya demikian, karena Rania hingga detik ini belum juga mejawab pernyataannya. Hanya diam saja, namun tidak menolak setiap perlakuan Harsa pada wanita itu.
Rania menggeleng, menghadirkan senyum lebar di wajah Harsa. "Terima kasih." ucap Harsa, lalu menarik Rania ke dalam pelukannya.
Dalam pelukan Harsa, Rania tersenyum. Tidak ada salahnya dia menerima perasaan Harsa. Rania tahu bagaimana sakitnya mencintai orang yang tidak peduli pada kita. Rania tidak ingin Harsa seperti dirinya. Selain itu, Rania merasa nyaman dan aman.
"Abang mandi dulu." ucap Harsa pamit, setelah dia mengurai pelukannya. Lalu meninggalkan Rania bersama Winda.
Selepas kepergian Harsa, Winda mendekati sahabatnya itu. Apalagi tujuannya jika bukan untuk meminta penjelasan dari Rania.
"Sejak kapan?" tanya Winda.
"Apanya?" tanya Rania pura-pura tidak paham. Yang langsung mendapat toyoran dari Winda.
"Abang gimana orangnya?" tanya Winda lagi penasaran.
"Kamu sendiri bagaimana dengan kak Ansel?" bukan menjawab, Rania balik bertanya.
"Tidak gimana-gimana." sahut Winda.
Ponsel Rania berdering, membuat kedua sahabat tersebut menghentikan percakapan mereka. Nama tante Ana, ibu dari Harsa dan Karla yang menghubungi Rania.
"Mama Ana, Win." ucap Rania yang takut menjawab panggilan dari wanita yang sudah Rania anggap seperti ibu sendiri itu.
"Assalamualaikum Ma." jawab Rania begitu mengangkat panggilan dari ibu Harsa itu.
"Ra, abang sama kamu?" tanya tante Ana.
"Sama Winda juga Ma." jawab Rania yang tidak ingin dikira hanya berdua saja.
"Bilang sama abang untuk pulang malam ini." balas tante Ana.
...☆☆☆...
sebab bab atas ada bagi salam
tidur satu bilik???
walaupun sakit itu bukan alasan tidur berduaan dgn lelaki
d tnggu crta slnjtnya.....ttp smngtttt.....
sehat selalu author
btw,rena ush mlai brubah kya'ny... jd lbih baik lnjutin aja prnikahan klian,sma2 bljr dr kslhan msa lalu....
bkannya bhgia,tp mlah mkan ati tiap hri....
adrian ko bs sih pnya istri ky gt????
Btw....slmt y rania....yg ni pst baby gir....