Demi masa depan, Tania Terpaksa menjadi wanita simpanan dari seorang pria yang sudah beristri. Pernikahan Reyhan yang di dasari atas perjodohan, membuat Reyhan mencari kesenangan diluar. Namun, dia malah menjatuhkan hatinya pada gadis yang menjadi simpanannya. Lantas, bagaimana hubungannya dengan Kinan, dan rumah tangganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nova Diana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rindu masakan Ibu
Tania merebahkan tubuhnya ke kasur yang terbuat dari buah kapuk. Meskipun tidak se nyaman kasur di apartnya, tapi Tania merasakan cinta di sini.
Kamarnya masih seperti saat ia tinggalkan dulu, tidak ada yang berubah. Semua barangnya masih di tempat yang sama.
Terdengar suara handle pintu, dan Ibu muncul membawa minuman dingin dan cemilan.
“Ibu,” Tania duduk di pinggir tempat tidur, Ibu duduk di sampingnya.
“Minumlah, lalu istirahat. Ibu akan memasak untuk makan malam.” Ibu menyodorkan gelas, dan Tania langsung menengguk habis air di gelas.
“Pelan- pelan Tania.” Ibu mengelus rambut anaknya.
“Terima kasih, bu. Aku akan membantu Ibu.”
Tania sudah ingin bangun membantu Ibunya, tapi dicegah.
“tidak usah, Tania. Biar Ibu yang masak, kamu pasti lelah setelah perjalanan jauh. Istirahat saja, ibu akan masak kesukaanmu.”
Tania tidak menolak, dan memenurut dengan apa yang dikatakan Ibunya.
Setelah ibunya keluar kamar, Tania membuka lemari, melihat pakaian yang dulu sering ia pakai. Tidak banyak baju di dalam sini, Ibunya jarang membelikan baju untuknya karena ekonomi sangat sulit saat itu.
Tania melihat satu persatu bajunya, tertawa karena mengingat kenangan masa lalunya.
Tania mengambil pakaian dari kopernya lalu memasukan ke dalam lemari, skincare juga barang- barangnya yang lain.
Di tempat lain, Reyhan sedang membaca pesan yang disertai foto dari Tania, Tania tidak melupakan tugasnya untuk mengirim pesan pada Reyhan.
Hari ini Reyhan pulang kerumah. Bukan, bukan karena rindu pada istrinya, tapi dia juga tidak mau tinggal di apart Tania sendirian, ia pasti akan merasa hampa dan merindukan Tania, jadi Reyhan memutuskan untuk pulang ke rumahnya.
Gerbang megah sudah terlihat, saat mobil mendekat gerbang otomatis akan terbuka sendiri, seperti mansion, rumah utama terletak jauh di belakang, sepanjang jalan menuju rumah akan di suguhkan beberapa Taman dan juga paviliun untuk bersantai atau tempat berkumpul saat ada pesta.
Reyhan sudah tiba di rumah utama, pelayan di rumahnya membukakan pintu mobil dan berjalan di belakang Reyhan saat memasuki Rumah.
“Pergilah,” Reyhan menyuruh pelayan untuk meninggalkannya.
Pelayan itu mengangguk, dan menunggu Reyhan pergi baru kembali ke tempatnya.
Reyhan menaiki lift menuju kamar utama, kamar miliknya dan Kinan.
Pintu kamar tidak terkunci, Kinan terlihat sedang duduk di sofa kamar, sepertinya dia tau kalau suaminya akan pulang.
Kinan mengenakan baju tidur lingerie tipis hingga terlihat dalaman yang menutup area V dan menonjolkan dua boba di atas.
Reyhan hanya melihatnya sekilas dan langsung masuk ke kamar mandi, mengunci pintu.
Kinan, marah dengan sikap suaminya, tapi ia tidak bisa mengutarakan nya dan hanya bisa menahan.
Cukup lama Reyhan di kamar mandi, sejam lebih Reyhan di dalam sana, Kinan menunggu dengan gelisah di kursi sofa.
Ceklek.
Pintu yang sedari tadi dipandangi Kinan akhirnya terbuka juga.
Kinan langsung menghampiri suaminya yang sudah mengenakan baju lengkap.
“Sayang,” Kinan mencoba bergelayut manja pada Reyhan, tapi tubuhnya di tepis Reyhan membuat Kinan terdorong ke samping.
Kinan sepertinya sudah kehabisan kesabaran dan membuat Kinan tidak bisa mengontrol emosinya.
“Reyhan, apa maksudmu. Kenapa kau jadi seperti ini.” Berteriak, meluapkan kekesalannya pada Reyhan.
“Ini semua pasti gara- gara bocah itu ‘kan. Kau berubah gara- gara dia ‘kan.” Emosi Kinan meluap- luap.
Reyhan hanya menanggapi dengan melihatnya dengan dingin, tidak membantah tidak juga membenarkan apa yang dikatakan Kinan.
“Reyhan, jawab aku, jawab!”
Kinan mengguncang tubuh Reyhan, pria itu tetap diam sambil terus menatap Kinan.
“Aku akan buat perhitungan dengan bocah itu, aku akan habisi dia.”
Reyhan membuang nafas dengan jengah.
“Kinan, sudah aku katakan, sehelai rambut saja kau sentuh dia. Aku yang akan menghabisimu dan keluargamu.” Reyhan angkat bicara karena Kinan membawa- bawa Tania dalam masalahnya.
“Apa! Kau mengancamku. Kau lupa siapa aku, Reyhan?” Tidak mau kalah dengan ancaman Reyhan.
“Siapa? Memangnya kau siapa?” Reyhan menantang Kinan. “Apa kau tidak tau kalau ayahmu datang ke kantorku, memohon untuk menyelamatkan perusahaannya.”
Mata Kinan membulat mendengarnya.
“Apa!” Kinan sudah panik, benarkah ayahnya sudah bangkrut, benarkah. Pikirannya berkelahi.
“Sebaiknya jangan sebut Taniaku lagi dengan mulutmu.” Reyhan berlalu pergi meninggalkan Kinan yang masih syok dengan kabar perusahaan Ayahnya.
Bruk! Pintu ditutup Reyhan dengan sangat keras, membuat Kinan terperanjat.
_____
Setelah mandi, Tania ke dapur, di sana sudah ada Ibu yang sedang mendinginkan nasi untuk Tania.
Mata Tania berbinar melihat lauk pauk yang ada di atas meja, semua makanan membuat Tania ngiler.
Sayur santan daun ubi tumbuk dan sambal terasi merah tidak lupa ayam goreng dan tempe goreng.
Tania sudah tidak sabar untuk melahap nya, satu persatu lauk sudah ada di piring seng bergambar ayam milik Tania, tidak lupa sambal yang banyak, tempe dan ayam goreng.
Cekrek.
Tania memfoto piringnya yang penuh sampai tidak memperlihatkan nasi di sana, lalu mengirimnya ke Reyhan.
Makanan sederhana yang selalu dirindukan Tania, yang tidak bisa ia beli di ibukota meski di resto ternama sekalipun.
Tania menambah sampai dua kali, setiap suapan, Tania akan mengunyahnya pelan, merasai setiap makanan yang masuk ke mulutnya.
Jika dulu, tidak ada lauk ayam, hanya ada ikan asin dan tempe sebagai teman sayur daun ubi tumbuk.
Masakan yang sama yang akan dihidangkan ibunya sebanyak tiga sampai empat kali seminggu, bukan karena keluarganya sangat menyukai masakan ini.
Tapi memang Ibu tidak punya uang untuk membeli sayuran dan lauk pauk. Daun ubi, ibu dapatkan secara gratis di kebun, kelapa ibunya dapatkan di bawah pohon sekitar rumah, dan juga memasaknya tidak perlu minyak atau bumbu aneh lainnya.
Meski begitu, Tania tidak pernah mengeluh, selalu mengucapkan terima kasih untuk Ibunya, dan juga berpura- pura menyukai sayur daun ubinya.
Tania tidak tega menyakiti hati ibunya, Tania tahu ibunya sudah sangat berjuang untuk menyajikan makanan yang ia makan.
Sekarang Tania tidak perlu berpura- pura. Ia benar- benar menyukai sayur ini dan lauknya.
“Ibu tidak makan?” Sangking lahapnya Tania makan, ia sampai tidak memperhatikan Ibunya yang ternyata tidak ikut makan.
Ibu malah senyum bahagia melihat Tania yang sangat lahap makan masakan Ibunya.
“Ibu masih kenyang, habiskan lah.” Bukannya mengambil nasi untuk Ibu sendiri, Ibu malah menyendokkan nasi untuk Tania lagi.
“Ibu,” Tania terlihat merengek dengan perilaku lembut Ibunya.
Ya Tuhan, bagaimana bisa ibu yang berhati malaikat seperti ini berjodoh dengan ayah yang seperti… ah, Tania tidak mau melanjutkan pemikirannya.
“Benar, ibu masih kenyang, saat masak nasi, entah sudah berapa kali saja ibu mencobanya, saat masak sayur dan goreng ini juga ibu mencobanya, karena kebanyakan mencoba, ibu menjadi kenyang.”
Ibu memberikan alasan yang masuk akal, Tania menjadi tenang dan kembali makan, menikmati masakan ibu.
Bersabung…
Bonus chap.
Malam ini Tania tidur dengan ibu, Tania tidak melepaskan pelukannya. Aroma tubuh Ibunya juga belaian tangan ibu yang menyisir rambut Tania dengan nyaman membuat Tania tidur, terlelap sambil memeluk tubuh Ibunya.
Halo dear, terima kasih sudah membaca, tinggalkan jejak dengan Like dan komen, ya! Biar aku lebih semangat lagi menulisnya. Salam sayang >_•