#SiMujur
Bejo Fajar Santoso, atau Jo, adalah pria berumur 25 tahun yang selama hidupnya selalu diliputi kesialan. Namun, hidup Jo berubah drastis setelah dirinya bertemu dengan Athena Dewi Sarayu, wanita yang disebut-sebut sebagai wanita paling beruntung abad ini. Cantik, kaya, sukses, dan memiliki pacar seorang pengusaha tampan, Tina punya segalanya. Tapi, keberuntungannya lenyap saat nasib sial Jo berpindah kepadanya!
Bagaimana nasib mereka selanjutnya? Dapatkah Tina mengembalikan keberuntungannya, atau akankah Jo akhirnya bisa merasakan keberuntungan seumur hidup? Ikuti kisah mereka disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Calon Suami yang Polos
"Kebetulan banget ya kita ketemu disini!" ucap Nancy dengan suara yang dibuat ramah. "Iya kan, sayang?" ujarnya sambil menoleh ke arah sang kekasih. Sementara itu di sampingnya, Andra hanya terdiam sambil menatap tajam Tina.
"Hmm, betul-betul kebetulan yang buruk," Tina tak berbasa-basi sama sekali. Tapi ia dengan sengaja langsung bergelayut manja pada Jo.
"Jadi benar ya gosip yang beredar di luar sana kalau kalian mau menikah?" tanya Nancy. Bukannya sok perhatian, dia hanya merasa penasaran saja. "Nggak nyangka ya,"
"Gue nggak tau gosip apa yang Lo denger di luar sana Nancy," Tina tersenyum. "Tapi, kalau gosip itu mengatakan bahwa gue dan calon suami gue ini saling mencintai, itu benar,"
Andra mengepalkan tangannya kesal mendengar penuturan Tina, apalagi wanita itu tampak begitu mesra dengan Jo.
"Wah, benar-benar romantis. Hmm, kayanya kita harus tau deh kapan tanggal pernikahannya Mbak Tina. Soalnya takut nanti bebarengan dengan pertunangan kami," Nancy tak mau kalah, ikut menyandarkan kepalanya ke bahu Andra agar terlihat romantis.
"Oh, jadi kalian sudah mau tunangan? Syukurlah, sampah memang seharusnya bersanding dengan sampah," Tina tertawa kecil, meski demikian kata-katanya benar-benar menusuk hati Nancy. Wajah gadis berusia dua puluh tahun itu tampak merah padam menahan malu.
"Nona Nancy," Panggilan seorang staf toko mengalihkan perhatian mereka. "Gaun yang Anda pesan sudah siap,"
"Oh, oke," Nancy tersenyum, sebenarnya ia merasa lega karena akhirnya bisa menjauh dari Tina. Meskipun wanita itu masih muda, tapi ucapan dan auranya cukup membuat Nancy merasa sesak. "Yuk sayang, kita ke sana," ajaknya pada Andra.
"Ah, maaf sayang," Andra malah melepaskan genggaman tangan Nancy. "Aku ada urusan sebentar dengan Tina,"
"Tapi, sayang—"
"Kamu tidak usah khawatir, ini cuma masalah kerjaan kok," Andra menangkup wajah cantik pacarnya dan mengecup bibirnya lembut. Jurus rayuan yang selalu menjadi andalannya saat Nancy merajuk. Tina yang memperhatikan mereka menghela napas panjang, menahan mual.
"Ya udah kalau gitu, jangan lama-lama ya," Nancy memperingatkan sebelum ia akhirnya pergi dari sana, tak lupa ia melirik ke arah Tina.
Tina yang merasakan lirikan tajam Nancy menyeletuk, "Sudah, tenang saja Nancy! Gue udah nggak tertarik sama cowok Lo kok!"
Nancy pun pergi dengan bibir cemberut.
"Kita juga pergi yuk sayang," Tina hendak melangkah meninggalkan Andra, tapi pria itu sudah lebih dulu menahan tangannya.
"Tina, we need to talk," ucap Andra dengan suara tegas.
(Tina, kita butuh bicara)
"Apa-apaan sih, Lo?" Tina mengibaskan tangan Andra dengan kasar. "Kita udah nggak ada urusan lagi," ucapnya sambil menatap tajam ke arah Andra.
Andra tak menyerah, ia tetap menatap Tina dengan penuh amarah. "Kamu yakin mau nikah sama cowok kampung ini?" Andra bertanya to the point, bahkan ia langsung menunjuk Jo tepat di depan mukanya. "Kamu benar-benar udah nggak waras, ya?"
"Heh, Lo itu punya sopan santun nggak sih?" Tina menepis tangan Andra yang menunjuk muka Jo. "Jangan bicara sembarangan soal calon suami gue!"
"Aku tidak bicara sembarangan! Hanya berkata fakta! Dia ini orang miskin rendahan yang tidak selevel dengan kamu!"
"Lo tau apa soal level, hah?" Tina mendelik, kesabarannya benar-benar habis. "Di mata Gue, level Lo itu jauh lebih rendah dari Jo!"
"Apa?" Andra benar-benar speechless mendengar ucapan Tina. "Hei Tina, kalau ini semua hanya sandiwara kamu untuk membuatku cemburu, hentikan saja!"
"Ya ampun! Lo makan apaan sih bisa sampai kepedean begitu? Ngapain juga gue repot-repot ngelakuin semua ini cuma buat bikin Lo cemburu, Andra? Kaya gue nggak banyak kerjaan aja! Lagian ya, Lo sendiri yang selingkuh dan mutusin gue, tapi sekarang Lo juga yang nggak terima kalau gue nikah sama cowok lain! Anda waras?!"
Jo, yang berdiri di samping Tina akhirnya menepuk lembut pundak calon istrinya itu. "Sudah dek, tidak perlu marah-marah. Kita pergi dari sini saja ya?"
Tina menghembuskan napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. "Ya, ayo kita pergi. Jangan membuang-buang tenaga untuk berurusan dengan sampah semacam dia,"
"Tunggu, Tina!" Andra hendak meraih tangan Tina, tapi Jo sudah lebih dulu mencekal tangan pria itu.
"Sebaiknya Anda jangan sembarangan menyentuh calon istri saya lagi," ucap Jo dengan suara tegas.
"Apa-apaan Lo? Berani Lo nantangin Gue? Jangan mentang-mentang Lo udah jadi calon suami Tina, jadi Lo bisa seenaknya sama Gue!" Andra mendelik kesal, ia mengangkat tangannya hendak menyerang Jo. Namun, saat itu juga Jo mundur dengan cepat, menghindar dengan lincah. Keberuntungan Jo berfungsi dengan baik, karena Andra yang kehilangan keseimbangan akibat gerakannya sendiri, malah terjatuh ke belakang dan menabrak rak gaun yang ada di dekatnya.
Andra terkapar di lantai dengan wajah memerah karena malu dan marah. "Sialan!" geramnya kesal.
Tina tertawa terbahak-bahak melihat kejadian itu, "Rasain Lo!"
Jo yang tak menyangka Andra terjatuh buru-buru mengulurkan tangannya, berniat menolong Andra. "Maaf Mas, nggak sengaja! Mas nggak apa-apa kan?"
"Heh, Jo! Nggak usah ditolongin, ayo kita langsung pergi aja!" Tina buru-buru menggenggam tangan Jo dan menariknya pergi.
"Tapi—"
"Udah, nggak usah dipikirin," Tina tetap menarik tangan Jo untuk pergi dari sana.
"Ada apa ini? Ada apa?" Beberapa staf toko yang melihat kejadian itu hanya bisa berbisik-bisik, tak berani campur tangan. Andra yang masih terbaring di lantai, hanya bisa menahan rasa malu yang semakin dalam. Nancy, yang mendengar suara keributan berseru berlari tergopoh-gopoh menghampiri Andra.
"Astaga sayang! Kamu kenapa?" seru Nancy sambil membantu Andra untuk bangkit. Andra yang masih menahan malu hanya bisa terdiam sambil berjalan tertatih-tatih bersama Nancy.
Sementara itu, di dalam mobil, Tina sudah tertawa terbahak-bahak. "Sumpah! Seharusnya gue rekam kejadian tadi! Ngakak banget ngelihat mukanya Andra!"
"Jangan dong dek, kasian. Orang lagi susah kok malah diketawain," tegur Jo. Rupanya ia merasa tak enak hati karena sudah membuat Andra terjatuh.
"Yaelah Jo, lo kenapa sih jadi merasa bersalah begitu? Itu emang udah jadi karmanya Andra karena udah gangguin kita! Emangnya Lo nggak ingat kejadian Lo dikeroyok preman waktu itu? Itu kan juga kerjaannya si Andra, itung-itung Lo balas dendam lah!" Tina berdecak sebal.
"Tapi kan belum terbukti kalau Mas Andra yang ngirim preman itu dek. Lagian kata guru ngajiku dulu, balas dendam itu nggak boleh,"
"Dahlah Jo, pusing gue ngomong sama cowok polos bin bego kaya Lo!" Tina menghela napas panjang. "Oh ya, kemaren Lo udah jadi pesen undangan pernikahan kita kan?"
"Udah kok dek, aman," Jo mengacungkan jempolnya. "Katanya hari ini bakalan dikirim ke rumah kamu,"
"Oke kalau gitu," Tina menganggukkan kepala. Ia memang berbagi tugas dengan Jo, karena lelaki itu bersikeras ingin ikut berkontribusi dalam pernikahan mereka. Tina sengaja memberikan tugas memesan undangan yang menurutnya mudah dilakukan.
Tak berselang lama, ponsel Tina berdering nyaring. Terlihat nama Yena terpampang di layar.
"Halo?" Tina langsung mengangkat telepon itu. "Ada apa?"
"Anu, Tina, ini undangan kalian udah jadi, udah dikirim ke rumah kamu,"
"Oke, bagus. Coba Lo cek lagi ya, siapa tau ada yang rusak,"
"Tapi, masalahnya..." Suara Yena terdengar ragu untuk melanjutkan ucapannya.
"Tapi kenapa?"
"Itu... undangan kalian bentuknya memang buku yasin, ya?"
"Apa?!"
Wkwkwk, Jo bikin masalah apalagi tuh? 🙈🙈🙈
lagian, orang baru dgn pengetahuan terbatas suruh mikir sendiri..
cemburu boleh tapi jgn gitu juga kali pakai ngaku hamidun segala 😩
wkwk, Tina manas-manasin siti🤭🤭