TURUN RANJANG

Dua tahun kemudian, di usia Latina sudah menginjak 3tahun. Namun Latina, putri kecil Sultan bersama dengan Tinira masih belum juga bisa berjalan dan mengucapkan beberapa kata dengan jelas. Hal ini membuat Sultan semakin mengkhawatirkan keadaan putrinya yang lambat dalam perkembangannya.

Pak Wisesa dengan Bu Subangun semakin heboh dan rempong ketika melihat keadaan cucunya itu seperti lambat dalam perkembangannya berbeda dengan anak-anak yang lain seusianya.

Pak Wisesa dan Bu Subangun menjadi sibuk untuk membawa Latina ke dokter anak. Tentu saja Pak Wisesa dan Bu Subangun tidak menghendaki keturunannya mengalaminya gangguan perkembangan apalagi sampai cacat. Bu Subangun sangat takut jika Latina menjadi anak cacat yang tidak bisa berbicara ditambah dengan tidak bisa berjalan.

Saat mencoba memeriksakan Latina ke dokter spesialis anak, memang ada gangguan di bagian lidah nya. Hal itu yang menyebabkan sedikit keterlambatan bagi Latina dalam menirukan bicara dari apa yang dia dengar. Soal kaki Latina yang masih belum bisa kuat menopang tubuh nya sendiri, semua itu lantaran ada ketakutan atau psikologi Latina yang menyebabkan Latina belum memiliki keberanian saat berdiri dan berjalan sendiri. Sebenarnya dalam hal ini baby sitter maupun Sultan sendiri sering mengajak dan membantu Latina berlatih berjalan. Namun itu tidak berlangsung lama, karena Latina masih belum berani berdiri dan berjalan sendiri tanpa dibantu yang lain.

"Jadi, menurut papa apakah Latina, cucu kita itu autis?" tebak Bu Subangun. Pak Wisesa mengernyitkan dahinya.

"Mama ini bicara apa sih? Bukankah dokter sudah mengatakan kalau bagian lidah Latina nanti akan sedikit menjalani proses pemotongan supaya urat di bawah lidah Latina itu tidak menghalangi pergerakan lidahnya untuk berucap dan mengeluarkan kosakata. Soal Latina belum bisa berjalan, karena mungkin saja Latina belum punya keberanian untuk berdiri sendiri. Makanya kita harus sering-sering mengajak Latina untuk berlatih berjalan kaki. Dengan bantuan kita semua, Latina akan punya keberanian dan bisa berjalan dengan normal,"kata Pak Wisesa menanggapi istrinya.

"Semoga saja, Latina bisa cepat berbicara dan berjalan seperti anak-anak yang lain seusianya, pa!" sahut Bu Subangun.

Sementara itu saat ini Latina sedang bermain dengan baby sitter nya di ruangan tengah. Kini bu Subangun dan juga Pak Wisesa mendekati cucunya itu. Bu Subangun memegang jemari tangan Latina dan mulai mengajaknya belajar berjalan. Dengan senyuman nya yang lebar dan terlihat sangat manis, Latina mengikuti nenek nya yang mengajaknya belajar berjalan. Namun hal itu tidak berlangsung lama. Ketika bu Subangun mulai melepaskan jari tangannya, Latina terduduk lalu menangis. Latina tidak punya keberanian untuk berjalan sendiri. Bu Subangun kembali melatih Latina dan kembali memberikan jari tangannya sebagai pegangan Latina untuk berjalan. Kembali dengan langkah tertatih Latina berjalan dibantu dengan pegangan jari tangan bu Subangun. Bu Subangun sudah tidak sabar, dan jarinya ditariknya. Namun kembali Latina tidak mau berjalan sendiri tanpa pegangan jari orang lain, yaitu neneknya. Kembali Latina menangis. Kini tangisannya semakin keras dan seperti mengamuk.

Bu Subangun memerah wajahnya. Bu Subangun seperti naik darah dengan keadaan melihat cucunya yang menangis dan mengamuk seperti itu.

"Dasar penakut! Kalau kamu penakut seperti itu, kamu pasti bukan anak dari Sultan! Bahkan Sultan dulu ketika kecil, diusianya satu tahun sudah bisa berlari-lari dan memanggil mama! Kamu apa? Sudah penakut, cengeng, tidak bisa ngomong lagi!" kata Bu Subangun dengan suara keras. Hal itu semakin membuat tangis Latina semakin menjadi. Suara tangis Latina membuat Babysitter Latina menjadi ketakutan.

"Mama, sabar dong! Ayo ikut papa di belakang saja dan minum terlebih dahulu. Kita harus sabar kalau mengajari Latina berjalan," ucap Pak Wisesa dengan sabar. Pak Wisesa mengajak Bu Subangun ke ruangan makan. Pak Wisesa memberikan minuman kepada istrinya itu. Bu Subangun meminumnya pelan.

"Aku malu, dengan ibu-ibu yang lain. Cucu-cucu mereka sudah bisa berjalan bahkan menyebut nama nenek atau eyang dengan jelas. Ini, Latina?? Haduh, bikin malu saja!" omel bu Subangun. Pak Wisesa mengusap pundak istrinya supaya lebih sabar.

@@@@@@@

Anura berkunjung ke rumah Tinira, adiknya bersama dengan Dewa. Anura ingin membantu Latina belajar berjalan. Sore itu saat rumah telah sepi dan hanya menyisakan baby sitter dengan Latina, Anura dengan Dewa mengajak Latina belajar berjalan di rerumputan.

Pak Wisesa dengan Bu Subangun kembali pulang ke kediamannya sendiri. Sultan dan Tinira masih dalam urusan kerjaannya. Anura dan Dewa sudah tidak ada jadwal syuting hari ini, sehingga Anura mengajak Dewa ke tempat kediaman adiknya, Tinira. Selain itu, Anura ingin mengajak bermain dan belajar berjalan keponakan nya.

"Ayo sayang! Pelan-pelan, selangkah dua langkah! Yah bagus, pinter adik Latina," ucap Anura dengan sabar. Latina tersebut ketika satu langkah kaki nya bisa berjalan sendiri. Dewa yang melihat wanita yang ia sayangi itu sangat keibuan, hatinya semakin bahagia. Dewa mendekati Anura di telinga nya.

"Melihat kamu bermain dengan Latina, keponakan kamu, aku sudah tidak sabar ingin menikahi kamu dan segera memiliki anak dengan kamu yang banyak," bisik Dewa nakal. Anura menjulurkan lidahnya ke arah Dewa.

Anura dengan telaten mengajak belajar berjalan Latina. Tanpa kenal lelah, Latina mengikuti ajakan Anura untuk berlatih berjalan. Sampai akhirnya Sultan tiba bersama dengan sopir pribadi nya dengan mobil mewahnya. Dari dalam mobilnya Sultan melihat Anura melatih belajar putri kecilnya. Sultan tersenyum melihat pemandangan itu.

"Seandainya Latina adalah putri kita, Dan kita mungkin masih bersama sampai sekarang," gumam Sultan. Kini pandangannya beralih pada sosok Dewa.

"Bahkan kamu sudah berani mengajak laki-laki itu, ke rumah aku," gumam Sultan yang menahan api cemburu itu. Walaupun sudah lama bercerai dengan Anura, Sultan masih memendam rasa rindu yang terpendam dengan Anura. Anura adalah cinta nya. Bukan dengan Tinira, adik Anura.