Quinsha (Nona Muda Tersembunyi)

" Apa maksudnya ? Siapa yang menginginkanmu !" ..

...****************...

' Deg '

nakula, sadewa, dan quin menghentikan pembicaraan mereka dan serempak menoleh ke arah sumber suara. Narendra nampak mengepalkan tangannya. Kevin cengar cengir melihat sepupu nya kebakaran jenggot saat mendengar ada yang ingin mendekati quin. Meskipun belum tahu siapa.

Quin menelan ludah nya kelat. Dia lupa jika sang kekasih sangat cemburuan. Nakula dan sadewa diam - diam mengulum bibir nya dan melipir pergi sebelum memberi kode agar kevin, aisyah dan azizah untuk meninggalkan pasangan yang sebentar lagi akan perang dingin itu.

' aih, kenapa kelupaan jika mas ren masih ada disini ' batin quin panik.

" ayo kata kan siapa yang ingin mendekati mu " ujar narendra sambil mendekat ke arah quin. Rombongan nakula sudah pergi keluar.

" eh.. Ehm mas, itu .. Itu " kata quin gagap.

" kamu nakal ? Kamu mau tinggalin aku ?" runtut pertanyaan narendra menyudutkan quin. Quin memegang tangan narendra. Gerakan impulsif yang ia paksakan untuk menenangkan sang pemilik hati nya saat ini. Quin menatap lekat bola mata hitam itu.

" mas, dengerin aku. Au nggak nakal, aku sedang ada di rencana membalas perlakuan masa lalu ku. " jelas quin sabar. Narendra melunak. Ia memeluk quin erat.

" jangan pernah berpikir untuk pergi dari ku, my princess," kata narendra semakin mempererat pelukannya. Quin hanya mengangguk.

Cukup lama narendra memeluk quin. Dan quin tampak menikmati perlakuan narendra.

' gila, hanya memeluknya membuatku hampir lepas kendali, ini bahaya ' batin narendra melepaskan pelukan nya. Quin nampak bingung. Tapi ia menyadari nya saat melihat wajah narendra yang nampak merona.

" mereka bekerja di kantor ku, mereka masuk adipati dengan jalur orang dalam. Ayah nya sara manajer personalia. Dia memfitnah manajer keuangan dan hrd untuk memasukkan ank dan tunangannya. Dia bahkan mulai menggerogoti uang perusahaan. Entah mungkin ia menganggap aku yang hanya seorang perempuan remeh dan tidak bisa diandalkan. Padahal sebelum nya ia terkenal dengan manajer yang lurus. " jelas quin. Ia menceritakan kondisi dan rencana yang saat ini di lakukan oleh quin dengan saudara kembarnya.

" lalu, siapa yang di maksud kakak mu ? Siapa yang menatapmu seperti serigala buas ?" tanya narendra. Mata nya masih menampakkan kecemburuan. Quin tersenyum dan mengusap lembut rahang narendra. Narendra terlihat menikmati apa yang quin lakukan. Se tidak nya hati nya sedikit melunak tapi tida menyurutkan keingintahuannya.

" ehm,, itu,, si ba..gas " kata qun memberi tahu. Rahang narendra mengeras mendengar nama pria brengs*k itu.

" jadi yang kamu maksud mereka itu adalah orang - orang dari masa lalu mu ? Mereka bekerja di adipati group ?" tanya narendra. Quin mengangguk sambil memasang wajah mut.

" haaah,jangan memasang wajah seperti itu. kamu tahu kan aku paling lemah jika kamu bersikap imut seperti ini," gemas narendra sambil meraup wajah quin lembut. Quin terkekeh.

" mas cemburu ?" tanya quin.

" jelas, sudah jelas aku cemburu mendengar jika pria itu satu kantor denganmu. Tapi apa kamu tidak apa - apa ?" tanya narendra dengan wajah cemas. Walaupun ia cemburu, tpi ia bisa menekan perasaannya dan lebih mengkhawatirkan keadaan quin yang harus menghadapi orang orang dari masa lalu nya.

" ehm " quin mengangguk.

" aku baik - baik saja, aku sudah melupakan perasaan ku kepada nya. Dan aku jua akan membalas semua perlakuan mereka. Lalu, aku juga nggak aka biarkan mereka mengeruk uang perusahaan yang di dirikan oleh keluarga ku. " tekad quin dengan kuat.

" bilang padaku jika kamu membutuhkan sesuatu, jangan merasa sendiri. Ada aku yang akan selalu membantu mu " pesan narendra.

" ehm, tentu. Terima kasih mas " kata quin. Narendra kembali mendekap quin.

" oh iya, aku punya sesuatu untuk mu," kata quin. Narendra melepaskan dekapannya dan menatap quin.

" tolong ambilkan paper bag itu," kata quin sambil menunjuk kearah kantung belanjaannya kemarin. Narendra menuruti nya dan mengambil kantong yang di maksud. Ia menyerahkan kepada quin.

terlihat quin mengeluarkan 2 kotak dasi yang kemarin di beli nya. Dan menyerahkannya kepada narendra. Narendra mengangkat alis heran.

" kenapa ada dua ?" tanya narendra.

" sau lagi buat om kev, aku beli buat semua kok. Tapi mas ren pake yang warna navy. Biar seragam sama tas aku " jelas quin sambil memasang mata puppy eyes.

Narendra tersenyum. Ia menerima hadiahnya dan membuka nya. Dia menyodorkan kepada quin. Sekarang giliran quin yang heran, dia mengangkat alisnya.

" pakai kan " perintah narendra.

" eh ? Kok di pakai sekarang ? Mas kan sudah pulang kerja. Besok dong di pakainya " kata quin melongo heran.

" kalau besok, yang memakaikan bukan kamu. Ini simbolis. Kamu yang pertama pakaikan untuk barang yang kamu berikan. Hitung - hitung latihan sebelum menikah nanti " jawab narendra sambil menggoda quin. Quin memukul pelan dada narendra. Pipi nya sukses merona malu.

Tapi tak urung quin memakaikan dasi nya. Narendra tersenyum puas.dia mendekap quin lagi.

" kamu harus ingat, jangan capek - capek lagi. Kamu jangan terlalu memaksakan diri untuk bekerja. Jangan pula terbawa dendam. Ada aku yang akan selalu di sampingmu dan selalu mendukungmu " kata narendra. Quin mengangguk dalam dekapan narendra.

TOK TOK TOK

Mendengar ada yang mengetuk pintu, narendra segera melepaskan pelukannya. Dia berjalan ke arah pintu dan membuka nya.

" nak ren, mari makan malam bersama, "ajak ratih. Rupa nya sudah lama juga ia dan kevin berada di kediaman adipati.

" baik bibi, terima kasih. Saya akan trun bersama dengan quin " jawab Narendra sopan. Ratih tersenyum dan turun. Narendra masuk dan mengajak quin untuk turun karena sang bibi sudah mengajak makan malam bersama.

💨💨💨

Di ruang makan.

Nampak semua sudah berkumpul. Bahkan paman arjuna juga sudah pulang dan ikut bergabung. Narendra datang sambil menuntun quin. Arjuna mengernyit heran melihat ada pria yang menggandeng keponakannya. Dia menoleh ke arah sadewa. Sadewa mengkode jika nanti akan di jelaskan. Arjuna menghela napas kasar, setelah tadi ia juga merasa asing dengan kevin, sekarang ia mendapat keanehan lagi. Tapi ia memutuskan untuk diam dan menunggu penjelasan dari quin atau dari kedua anak kembarnya.

" selamat malam paman,bibi " kata quin dengan masih lemah.

" kamu sudah baikan sayang ?" tanya arjuna lembut.

" ehm. Iya paman, maaf tadi merepotkan semua nya,' jawab quin menunduk.

" sudah di bilang jangan sepert itu, kami keluarga mu" bukan arjuna yang menjawab tapi ratih. Quin menyengir lebar. Sedangkan nakula, sadewa, dan arjuna hanya geleng - geleng kepala melihat respon ratih. Quin menghampiri sang bibi dan memeluknya.

" sayang bibi banyak - banyak " gelayut manja quin.

" hish anak ini " keluh ratih sambil menepuk keningnya.

" oh iya paman, ini... "

" nanti saja quin, kita makan dahulu " sela sadewa saat quin ingin memperkenalkan narendra. Quin menatap sadewa, sadewa mengedipkan matanya. Quin akhirnya menurut dan segera duduk.akhirnya mereka makan dengan khidmat tanpa di selingi pembicaraan.

Setelah selesai makan, nampak ratih, aisa, dan azizah membereskan semua peralatan makan. Quin di larang untuk membantu dan di suruh untuk kembali ke kamar. Meskipun protes, tetapi ia tetap kalah dengan ratih.

Kini, tersisa para lelaki. Narendra, kevin, sadewa, nakula, dan arjuna.

" jadi, siapa dirimu, wahai anak muda .. "