Cinta Demi Tuhan

"Kata temen ku, dia nunggu di depan gedung tiga," kata Gilang ketika selesai memarkir mobilnya dan mengecek ponselnya.

"Oh~ tau, tau," kata Renata.

Gilang dan Renata kemudian berjalan masuk menuju gedung tiga yang dimaksud Gilang. Keduanya menyusuri gedung utama FSRD lalu menuruni anak tangga rendah dan sampailah mereka di depan gedung tiga.

Terlihat seorang wanita berpenampilan kasual dengan kaos oblong hitam dan celana jeans panjang melambaikan tangannya ke arah Gilang. Gilang pun membalas lambaiannya.

"Aku tinggal ya?" pamit Renata.

"Eh? Mau aku kenalin dulu," kata Gilang mencoba membuat Renata tetap menemaninya.

"Aku udah janji sama dosbing," kata Renata membuat alasan.

"Oh... Oke kalo gitu. Ntar aku chat lagi. Mungkin bisa bareng pulangnya," kata Gilang. Renata hanya tersenyum, lalu melambaikan tangan rendah.

Gilang segera menuju ke arah wanita yang telah menunggunya. Renata sempat melihat Gilang dan wanita itu terlihat sangat senang bisa bertemu lagi.

'Sepertinya aku memang harus berhenti,'

"Apa kabar?" tanya Joy pada Gilang.

"Alhamdulillah... Sehat, sehat. Kamu?" Gilang balik bertanya.

"Baik juga. Eh, tadi siapa? Cewek kamu?" tanya Joy yang sempat melihat Gilang bersama seorang wanita saat akan menemuinya.

"Bukaaan... Temen,"

"Emang masih nggak boleh?"

"Suruh langsung melamar kalo sekira aku suka,"

"Wah, ibu kamu memang..." komentar Joy sambil geleng-geleng kepala. Gilang hanya tersenyum.

"Kamu nggak pengen nyoba gitu?" tanya Joy penasaran.

"Nyoba apa?"

"Pacaran,"

"Nggak lah. Kalo dipikir-pikir ada benernya juga sih nggak perlu pacaran, apalagi dengan kondisi aku yang sibuk bantuin Ibuk sama nyelesaiin kuliah. Yang ada pacar aku ntar marah-marah terus gegara aku cuekin," kata Gilang. Joy hanya tersenyum.

"Nggak banyak berubah kamu,"

"Kamu juga,"

"Trus yang tadi, cuma temen? Nggak ada rencana buat dijadiin calon temen hidup?" tanya Joy yang masih penasaran.

"Cuma temen. Dia sama kek kamu," kata Gilang.

"Hah? Sama? Apanya?"

"Agamanya,"

"Ooo~ Anak seni?"

"Iya. Makanya tadi aku bilang ketemu di fakultas kamu aja, karena ternyata deket sama fakultas dia,"

"Trus kita mau ngobrolnya sambil berdiri gini?"

"Ahahahaha... Tau aja. Haus nih,"

"Kantin?"

"Boleh,"

Gilang dan Joy berjalan menuju kantin yang terletak di belakang gedung satu, dekat dengan musholla.

"Kampus kamu enak ya? Adem," komentar Gilang.

"Emang punya kamu enggak?" tanya Joy, heran.

"Atmosfernya beda," kata Gilang.

"Bisa aja. Eh, kamu mau makan nggak? Biar aku pesenin sekalian," tanya Joy.

"Aku minum es teh manis aja. Masih kenyang," kata Gilang.

"Masih aja es teh manis," komentar Joy.

"Mbak, es tehnya dua ya," pesan Joy kepada Mbak kantin.

"Siap, Mbak Jojo," jawab Mbak kantin. Joy tersenyum lalu duduk di dekat Gilang.

"Jadi?" tanya Joy setelah duduk.

"Jadi apa?" tanya Gilang bingung.

"Kapan lulus?" tanya Joy.

"Masih nunggu revisian bab empat. Semoga aja acc," kata Gilang.

"Aamiin..."

"Kamu?"

"Ngurus wisuda ini. Cuma tinggal lulus aja masih ribet kesana kemari," kata Joy.

"Abis lulus lebih ribet lagi kan?"

"Ahahahaha... Bener,"

Gilang tersenyum menatap Joy. Joy mengerutkan alis melihat Gilang menatapnya sambil tersenyum.

"Kenapa?" tanya Joy akhirnya.

"Seneng, ngeliat kamu baik-baik aja," kata Gilang. Joy tersenyum.

"Keliatannya kamu udah move on," lanjut Gilang.

"Lagian udah empat tahun. Gila aja kalo aku belum move on!" kata Joy sambil terkekeh.

"Ini Mbak Jo, es tehnya," kata Mbak kantin, menyela.

"Makasih ya, Mbak," ucap Joy, yang mendapat acungan jempol dari Mbak kantin.

"Maaf ya waktu itu," ucap Gilang tiba-tiba, membuat Joy jadi sedikit salah tingkah.

"Kamu kenapa sih? Udah laaah... Udah lama juga. Malah harusnya aku yang minta maaf. Udah bilang nggak bakal berubah, malah nggak ada kabar," kata Joy sambil tertawa kecil. Gilang tersenyum, lalu meminum es tehnya.

"Kamu sih, suka terlalu baik sama siapa aja. Bikin orang salah paham. Sebenernya, aku udah tau kalo kamu bakal nolak aku waktu itu. Cuma aku merasa, kalo aku nggak ungkapin perasaan aku saat itu juga, aku bakal menyesal seumur hidup," kata Joy sambil bernostalgia mengingat masa lalu.

"Dan abis itu kamu udah nggak ada kabar. Nomor hp ganti. Atau aku yang di blok?" kata Gilang.

"Ahahahahaha... Iya. Childish banget ya?"

"Padahal bilang sendiri kalo nggak ada yang berubah," kata Gilang.

"Ehe~ Maaf... Maaf... Tapi dengan gitu, I can heal the pain," kata Joy.

"Alhamdulillah..."

"Kaget juga waktu kamu chat kemarin," kata Joy.

"Aku udah lama nemu akun sosmed kamu, cuma masih ragu-ragu harus chat apa nggak," kata Gilang.

"Terus kemarin kenapa tiba-tiba mau chat?"

"Kangen,"

"Mmm... Tuuu kaaan... Yang kek gini ini nih yang suka bikin salah paham," kata Joy.

"Lhoh? Kangen sama temen boleh dong?"

"Iya boleeeh... Tapi liat juga temen kamu itu. Gender mempengaruhi, tau!"

"Iya to? Kirain biasa aja,"

"Dasar! Beneran nggak berubah kamu,"

"Kalo berubah, siluman dong," kata Gilang, disambut tepukan ringan dari Joy di bahunya.

"Eh, ngomong-ngomong, kamu kenal dimana cewek yang tadi?" tanya Joy penasaran. Gilang mengerutkan alis.

"Oh... Renata? Di kampus ku," jawab Gilang.

"Hah? Kok bisa?"

"Jadi, dulu pas ada acara galang dana peduli Palestina di kampus ku, dia sama temennya dateng. Kan kita kerjasama sama beberapa universitas di Soloraya, termasuk kampus kamu ini. Banyak anak-anak seni yang menyumbangkan hasil karyanya untuk dijual di acara kami, lalu hasil penjualan disalurkan untuk membantu Palestina," cerita Gilang.

"Terus kalian ketemu disana? Langsung kenalan gitu, nggak ada angin, nggak ada hujan?" tanya Joy makin penasaran.

"Sebenernya sih, aku sering liat dia jajan penthol di deket kios Ibuk. Makanya pas nggak sengaja aku nabrak dia di acara galang dana itu, aku kaget. Ternyata dia juga udah tau aku. Terus kenalan deh kita," jawab Gilang.

"Dia juga tau kamu? Mmm... Gitu... Ya, ya, ya..."

"Kenapa?" tanya Gilang, bingung.

"Rasanya... Dia suka sama kamu... Jauuuh sebelum kenal kamu," kata Joy, membuat Gilang tersedak saat meminum es tehnya.

"Kamu jangan sok tau," kata Gilang setelah acara tersedaknya mereda.

"Eee... Bukan sok tau... Aku tuh cewek, Gilang. Dia udah tau kamu sebelum kenal. Berarti, dia diam-diam merhatiin kamu. Nah, kalo nggak suka, ngapain diam-diam merhatiin?" kata Joy mencoba meyakinkan Gilang tentang Renata.

"Masa' sih?" tanya Gilang mencoba mengkonfirmasi apakah Joy yakin dengan asumsinya. Joy mengangguk mantap, sambil meminum es tehnya.

"Tapi kan..." kata-kata Gilang menggantung. Gilang menatap Joy yang sedang menunggu lanjutan kalimatnya. Gilang mengurungkan niatnya.

'Masa' sih? Aku pikir, cuma perasaan ku aja. Tapi... Kita beda. Mana mungkin?'

***

Author's note:

FSRD : Fakultas Seni Rupa dan Desain

Dosbing : dosen pembimbing

Acc : dari kata accepted yang artinya diterima

Childish : kekanak-kanakan

I can heal the pain : aku dapat menyembuhkan lukanya