Rysta Maura Lian,
dia seorang wanita cantik yang telah berusia 33 tahun.
ia tumbuh dan besar di panti asuhan.
hidupnya yang sebatang kara dan pernah di vonis sulit memiliki keturunan membuatnya menjadi seorang wanita yang memiliki sudut pandang berbeda tentang kehidupan.
ia pun memutuskan, jika ia hanya akan hidup sendiri selamanya...sebuah hubungan hanya akan membuat hidupnya rumit dan membuang buang waktunya.
hingga di usianya 17 tahun seorang wanita konglomerat membawanya dari sana.
merubah dirinya dari yang bukan siapa siapa menjadi dia yang keberadaannya sangat di segani dan di hormati.
karena ia adalah sang asistan pribadi wanita konglomerat itu.
hingga di malam naas itu, seseorang memaksakan dirinya kepadanya.
merenggut apa yang ia miliki dan ia agungkan.
apa yang akan Rysta lakukan jika seseorang itu memaksanya untuk menjalin sebuah hubungan yang tak pernah ia ingin jalani selama ini...??
dan mampukah seseorang itu merubah sudut pandang wanita itu tentang kehidupan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khitara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
menikahi
Rysta terduduk di sisi tempat tidur king size yang bukan miliknya.
Bola matanya juga sempat berputar menelisik ke segala arah.
Namun, sekeras apa ia berysaha untuk mengenali kamar ini, kamar ini memang bukan kamarnya.
Dan kamar ini justru mengingatkannya pada malam naas di mana kesuciannya di renggut dengah paksa.
Rysta kemudian membiarkan kedua kakinya jatuh terjuntai ke lantai.
Matanya menyipit ketika pandangannya menemukan seseorang.
Di depannya sana nampak duduk dengan tenang seorang pria tampan tengah mengutak atik lap top di pangkuannya.
" kau sudah bangun ?? " tanya pria itu kepada Rysta sembari meletakkan lap top ke sisi duduknya.
" teganya kau, ini malam pertama kita tapi kau malah tidur seperti orang pingsan saja " kata pria itu lagi dan sukses membuat mata Rysta membelalak lebar.
" jangan bercanda...aku tak suka dengan bercanda mu " jawab Rysta jengah pada sosok pria itu yang tak lain adalah Edward.
Ia merasa malas untuk bersikap sopan dan formal pada pria ini.
Sikap Edward kepadanya sudah sangat keterlaluan baginya.
" bercanda kau bilang ?! Aku serius...." jawab Edward tegas.
" tidak.... kau bohong, kau sedang bicara ngawur " Rysta mulai terlihat panik ketika ia mulai teringat potongan potongan ingatannya tentang kejadian kejadian tadi siang meski belum begitu jelas.
" Rysta stop...aku suamimu sekarang, dan aku tidak sedang bicara ngawur " jawab Edward sembari bangkit dari duduknya dan melangkah ke arah meja nakas di sisi tempat tidur.
Kemudian ia mengambil sesuatu dari sana dan menyerahkannya pada Rysta.
Sekali lagi mata Rysta melebar sempurna.
Tangannya bergetar ketika ia menerima sesuatu yang telah di berikan Edward kepadanya.
Sebuah buku kecil yang ketika dia buka dengan jelas mencatat namanya juga nama pria yang kini sedang berada di hadapannya itu.
Rysta menggeleng gelengkan kepalanya tak percaya.
Wajahnya seketika berubah pucat pasi.
Istri.....
Dia kini seorang istri....
Tidak, ini tidak benar....
Tidak.......
Rysta menjerit hanya dalam hati karena suaranya yang seakan tercekat di tenggorokan saja.
Flass on
Rysta melangkah lebar dan cepat meninggalkan kafe di mana ia tadi sedang bersama dengan Edward dan juga Hose.
Ia terus menyusuri trotoar dengan pikiran kosong dan seakan tanpa arah.
Sungguh hatinya tengah kacau saat ini.
Ia sangat senang, akhirnya keluarga Hose mau dan bisa menerima dirinya berikut kekurangannya.
Jujur ia akui, sosok Hose telah merebut separuh hatinya
Tapi....
Dia sudah tak suci lagi...
Masih pantaskah dirinya menerima cinta Hose.
Lalu apa yang akan ia persembahkan pada Hose sementara dirinya kini hanya sebuah barag bekas.
Ya Tuhan...kenapa hidupku selalu begitu rumit.
Desisnya merutuk dalam hati.
Rysta semakin merutuk ketika ia teringat akan sikap dan perlakuan Edward kepadanya.
Edward bersikap sok memiliki dan berhak atas dirinya.
Pria itu bahkan nyaris mengatakan apa yang sudah terjadi di antara mereka berdua.
Sesuatu yang seharusnya tak pernah terjadi, dan sesuatu yang seharusnya sudah mereka lupakan.
Tapi lihatlah.....
Tuan muda itu dengan tak tahu malunya masih terus mencoba mengungkit masalah itu.
Apa coba yang dia inginkan sebenarnya.
Rysta benar benar merasa hidupnya kacau karena Edward.
" sudah cukup tuan muda, hentikan kegilaanmu ini. Apa sebenarnya yang kau inginkan dariku..
lepaskan aku, lepas...lepas aku bilang brengsek..." umpat Rysta ketika tiba tiba lengannya di cekal oleh Edward dari belakang.
Tadinya ia berharap Hose lah yang mengejarnya.
Tapi.....
Kenapa justru Edward yang kini tengah mencekal lengannya.
" lepaskan brengsek, apa sebenarnya maumu....?!
Kita tak pernah punya masalah sebelumnya.
Tapi kenapa kau terus mencoba menggangguku " Rysta mulai kehilangan kesabaran, suaranya mulai terdengar keras.
" itu karena kau pergi dengan membawa benihku ke mana mana Rysta... " jawab Edward dengan santai.
" ayo kita menikah...." lanjut Edward lagi.
Rysta seketika mendelik mendengar ucapan Edward.
" kau sudah gila, aku sudah katakan itu tak akan pernah terjadi...kau dengar ?! Dan aku sama sekali tak ingin menikah " jawab Rysta dengan wajah merah padam.
" kenapa tidak, aku sehat..kau juga sehat, jadi di mana letak salahnya "
" letak salahnya ada padamu, kau terlalu berhayal berlebihan....
Yang kau katakan tak akan pernah terjadi.
Jadi lepaskan aku brengsek "
" tidak akan " jawab Edward enteng dengan tetap mencekal lengan Rysta yang terus meronta berusaha melepaskan diri darinya.
" kau...."
Bruughh
" Rysta....!! " Edward berteriak ketika tubuh Rysta tiba tiba limbung dan jatuh ke lantai trotoar.
Ia bahkan gagal menangkap tubuh itu, hingga tubuh lemas itu akhirnya luruh menyentuh paving trotoar jalan.
Dengan gerakan cepat, Edward segera meraup tubuh Rysta dari lantai trotoar ke dalam dekapannya.
" tuan muda..." panggil Maxim yang tiba tiba telah berada di sana juga.
Tak ingin menjadi pusat tontonan Edward segera mengangkat dan membopong tubuh Rysta ke arah mobil yang telah di tunjukkan Maxim kepadanya.
" kau sudah siapkan semuanya Max..? " tanya Edward ketika mereka telah berada di dalam mobil.
" sudah tuan muda, jangan khawatir.
Mereka telah menunggu anda dan nona Rysta di apartemen anda " jawab Maxim
" tapi tuan muda..." imbuh Maxim lagi sembari mengamati Edward dari kaca spion di depannya.
Edward yang kini tengah memangku kepala Rysta di atas pangkuannya mendongak membalas tatapan Maxim kepadanya.
" ada apa ?! " tanya Edward kemudian dengan tatapan mata ke arah Maxim melalui kaca spion depan Maxim.
" tidakkah seharusnya kita membawa nona Rysta kerumah sakit terlebih dahulu tuan muda.
Ia belum siuman sejak tadi "
" tidak perlu Maxim "
" tapi tuan muda " Maxim masih membantah.
" kau lupa jika aku juga seorang dokter, begitupun denganmu bukan " jawab Edward membuat Maxim membuka bibirnya sedikit lebar.
Bagaimana dia bisa lupa.
Monolog Maxim.
" dasar idiot.....aku jadi meragukan nilai kelulusanmu juga pasien pasien yang kau telah kau tangani " omel Edward kepada Maxim dengan geram dan seketika membuat pria itu memanyunkan bibirnya.
" cih....kenapa dia sampai bisa syok seberat ini.
Apa menikah denganku benar benar membuatmu terpukul begitu berat Rysta.
lihatlah, kau benar benar melecehkan diriku....." rutuk Edward ketika ia memeriksa denyut nadi Rysta yang berdenyut lebih cepat.
Dan karena itu ia jugalah ia jadi tahu, apa alasan wanita itu hingga pingsan seperti itu.
Sampi di apartemen Edward, Rysta masih belum sadarkan diri sepenuhnya.
Namun samar samar ia mendengar seseorang menyebut namanya dengan lengkap dan jelas kemudian berakhir dengan kata
Sah....
Yang terdengar berulang ulang di indera pendengarannya
Namun sejurus kemudian ia kembali tak sadarkan diri.
Flass on
Rysta masih menggeleng gelengkan kepalanya dengan kasar.
Masih sulit baginya menerima kenyataan itu.
Pernikahan....
Itu adalah sebuah ikatan hubungan yang paling tak ingin ia jalani
Tapi kenapa kini Edward justru mengikatnya dalam ikatan itu.
Lanjut