Azalea Safira tidak pernah menyangka bahwa ia akan terikat oleh pesona Kevin. Boss arogan, angkuh dan menyebalkan.
Awalnya, hubungan mereka hanya sebatas atasan dan asisten pribadi saja. Tanpa Kevin sadari, ia mulai bergantung pada asisten pribadinya itu.
Kevin pikir, selama bersama dengan Safira setiap hari, itu sudah cukup. Namun, siapa sangka kisahnya tidak berjalan sesuai rencana.
Akankah Kevin berhasil mendapatkan hati Safira? Mengingat sikap Kevin yang selalu seenaknya sendiri padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meyda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 35
Selesai menikmati makan malam bersama keluarga besar Kevin. Mendadak, Safira mendapat telfon dari seseorang yang membuatnya terpaksa harus meminta izin untuk mengangkat panggilan itu lebih dulu.
Safira beruntung, seakan-akan ponsel itu ikut menyelamatkannya dari sesak dadanya saat berada di meja makan.
"Baiklah, terimakasih atas pengertian anda, Tuan. Maaf karena sudah membatalkan pertemuannya," ucap Safira pada seseorang di seberang sana.
Panggilan diakhiri begitu saja setelah mendapatkan jawaban yang melegakan.
Safira melihat dirinya sendiri. Lalu, tak lama ia menyandarkan punggungnya di sofa. Membuang nafas kasar.
"Huh! Kenapa rasanya dadaku begitu sesak? Pasti ada yang salah denganku. Ya, salah!" gumam Safira.
Mengingat kembali bagaimana Lilac memeluk Kevin dan bermanja-manja pada bosnya, membuat Safira kesal. Dadanya bergemuruh hebat.
Biasanya, Kevin akan selalu bersikap cuek pada semua wanita. Tapi pada gadis itu, Kevin sangat berbeda. Hangat dan menunjukkan perhatian.
"Baru kali ini aku melihat Kevin tersenyum begitu tulus. Senyum yang belum pernah aku liat sebelumnya..." ada perasaan aneh yang menyelimuti relung hati Safira.
Namun, Safira tidak tahu, perasaan apa itu.
Bahkan, sekarang Kevin mengabaikan Safira. Dan memilih untuk bersama gadis manis itu.
"Mereka memang sangat serasi. Mirip seorang putri dan pangeran. Sementara aku? Aku hanyalah upik abu." Safira terkekeh sinis.
Harusnya malam ini Safira tidak datang dan mengganggu acara makan malam mereka. Kedatangannya benar-benar merusak suasana.
"Terlalu lama berada di luar bisa membuatmu sakit." Kevin melepaskan jasnya, lalu memakaikan ke pundak Safira. "Lain kali, gunakan gaun yang benar. Gaun kurang bahan begini, kenapa kamu pakai, hum?" lanjutnya duduk di samping wanita itu.
Safira tak bergeming.
Dia menggeser posisi duduknya, menjauh dari Kevin.
"Terima kasih, Pak. Saya akan mengembalikan jasnya setelah mencucinya," sahut Safira. Memalingkan wajah ke arah lain, menghindari bertatapan dengan Kevin.
"Kenapa menjauh? Apa aku bau?" tanya Kevin, mengendus dirinya sendiri. Tubuhnya wangi, sangat wangi.
Kevin memakai hampir setengah parfum miliknya setiap kali akan bertemu dengan Safira. Pantas saja kalau aroma tubuhnya membuat Safira tidak bisa lupa.
"Makan malam belum selesai. Ayo masuk!" ajak Kevin.
"Tidak, Pak. Anda saja yang masuk ke dalam. Saya masih ingin berada di sini." Safira menolak dengan sopan.
Perlahan, Safira menyingkirkan tangan Kevin yang sejak tadi melingkar di pinggangnya.
"Sudah aku katakan, panggil aku Kevin seperti biasanya. Kenapa tiba-tiba kamu—"
"Tolong, jangan seperti ini, Pak. Jika kekasih anda melihatnya. Dia bisa salah paham. Dan saya tidak mau itu terjadi," sahut Safira terpaksa memotong ucapan Kevin.
Wanita itu menunjukkan sisi dingin dan menyebalkan lagi.
"Maksud ucapan kamu apa? Aku benar-benar nggak ngerti," kata Kevin mengusap lengan Safira. Memeluk Safira dari belakang.
Kedua mata Kevin terpejam. Menikmati aroma vanilla yang mencuat keluar dari tubuh Safira.
"Lupakan." Safira kesal.
Kevin memang tidak peka. Sangat tidak peka!
Sialnya, kenapa lagi-lagi Safira malah emosi mengingat kembali kemesraan mereka berdua?
"Makanan penutup yang Lilac buat sangat enak. Aku yakin kamu pasti akan sangat menyukainya," ucap Kevin. "Dia cantik, pintar memasak dan ceria. Bagaimana menurutmu?"
Safira menggeleng.
Mau makanan itu enak atau tidak, Kevin sudah membuat moodnya berantakan. Dan lagi, untuk apa Kevin menyebut nama gadis itu di depannya.
Membanggakannya seolah-olah Lilac adalah wanita paling sempurna di dunia ini.
"Ya sudah kalau kamu tidak mau." Kevin menjauh, lalu beranjak dari sana.
Safira menganga tak percaya. Tatapannya lurus ke depan, melihat punggung Kevin gang mulai menghilang dari di balik pintu.
"Apa dia benar-benar Kevin?" gumamnya.
Jika dia Kevin yang asli, Kevin pasti akan memaksa Safira sampai Safira menurut padanya. Tapi Kevin malam ini, adalah sosok Kevin yang berbeda.
Tanpa sadar, Safira meremas ujung dress nya.
"Sialan! Awas saja kamu Vin!" geram Safira dengan nafas memburu. "Kalau kamu ingin makan, minta saja pada gadis itu. Jangan padaku!" umpatnya dalam hati.
kok udah end aja????????
tetap semangat jangan patah semangat!! 🤗