My Arogant Boss
Di dalam sebuah kamar yang redup dengan sedikit pencahayaan, terdengar bunyi halus langkah kaki seorang wanita mendekati tempat tidur. Dengan lembut, dia mencoba membangunkan sosok pria yang masih terlelap di atas ranjang empuknya.
“Bisakah anda bangun sekarang?” kata Safira menggoyangkan pelan lengan Kevin. “Pukul delapan akan ada rapat dengan perusahaan Madeline.”
Pria berwajah tampan, dengan rahang tegas itu melirik Safira sekilas lalu kembali memejamkan matanya dengan posisi membelakangi Safira.
“Sebentar lagi, aku masih ngantuk,” sahut Kevin malas. Ia paling tidak suka tidurnya diganggu oleh siapapun.
Bahkan oleh kedua orangtuanya sendiri.
Safira mencoba menahan emosinya. Menarik nafas dalam-dalam lalu menyibak selimut yang sejak tadi membungkus tubuh atasannya itu.
“Sudah cukup. Dari tadi anda terus meminta waktu lebih. Sekarang, tidak lagi. Cepat bangun!” ucap Safira merendahkan nada bicaranya.
Setiap pagi Safira harus mengalah. Membangunkan Kevin dengan cara yang tidak biasa. Padahal, Safira sendiri adalah wanita yang tak memiliki kesabaran sebesar ini.
Safira tidak mau membuat mood Kevin memburuk pagi-pagi hanya karena memperdebatkan hal sepele.
Ya, sepele bagi Kevin dan musibah bagi Safira. Kalau sudah ngambek, Safira harus menyelesaikan semua pekerjaan Kevin yang tertunda.
“Fira, please! Izinkan aku tidur sebentar lagi. Tumpukan berkas di meja kerja itu membuatku pusing, mengertilah,” rengek Kevin mirip seperti anak kecil.
“Alasan!” ucap Safira namun hanya dalam hati. Ia melipat kedua tangan di depan dada sambil terus mengawasi Kevin.
Setelah kakaknya menikah dan berkeluarga, ayah Kevin menyerahkan semua tanggungjawab padanya.
Padahal, diusianya saat ini Kevin seharusnya fokus untuk mencari pendamping hidup. Bukan malah mengurus perusahaan.
“Tidak. Anda tetap harus bangun,” tekan Safira.
“Astaga! Kenapa kamu selalu membantahku. Aku ini atasanmu, Fira!” Kevin menatap kesal asisten pribadinya itu.
Selama ini Safira lah yang mengurus segala keperluan Kevin. Dari bangun pagi sampai pria itu tidur lagi.
“Segeralah mandi. Saya akan menyiapkan keperluan anda yang lain,” kata Safira hendak beranjak dari sana.
Namun, seketika langkahnya terhenti saat Kevin menarik pergelangan tangannya. Yang reflek membuat Safira terduduk disisi tempat tidur.
“Pak Kevin!” pekik Safira.
“Dua menit.” Kevin menjatuhkan kepalanya di pangkuan Safira.
Safira memutar bola mata jengah. Beginilah sikap Kevin yang sebenarnya saat bersama sang asisten.
“Satu jam hampir terbuang sia-sia karena ucapan anda yang selalu mengulur waktu. Bagaimana kalau ayah anda bertanya pada saya? Apa yang harus saya katakan pada beliau?”
“Biarkan saja. Untuk apa memikirkan tua bangka itu.” Kevin malah asik memejamkan matanya, berada dipangkuan Safira membuatnya nyaman.
“Tolong jauhkan kepala anda.”
“Gak dengar aku bilang apa tadi? Dua menit, Fira. Dua menit.” Kevin mengulang ucapannya.
“Baiklah, saya akan memberikan anda waktu dua menit tapi tolong, turunkan kepala anda dari pangkuan saya. Lalu gunakan bantal itu untuk tidur,” ucap Safira menunjuk bantal yang tak jauh dari Kevin.
Mengingat posisinya sekarang, Safira lebih mirip baby sitter daripada seorang asisten.
Hampir tiga tahun lamanya, Safira bekerja dengan Kevin. Jadi, Safira sangat tahu bagaimana boss nya itu.
“Berhentilah bicara, Fira. Kamu menganggu tidurku,” ucap Kevin mengusap telinganya.
“Anda ini benar-benar— ”
Kevin mendongak, menatap Safira yang saat ini juga tengah menatapnya.
Tanpa sadar pandangan mereka bertemu. Jika Kevin menatap wanita itu penuh damba, berbeda dengan Safira yang nampak biasa saja.
“Dua menit akan berubah menjadi lima menit jika kamu terus bicara. Ngerti?”
“Ya, baiklah. Lakukan apa mau anda,” sahut Safira memalingkan wajah ke arah lain.
Safira lagi-lagi harus mengalah demi menjaga perasaan labil Kevin.
Tak terasa dua menit berlalu.
Safira yang sedari tadi diam sembari menatap datar barang-barang di depannya, kini mulai kembali membuka suara.
“Sudah dua menit. Silahkan bangun dan mandi,” ucap Safira bangkit begitu saja dari duduknya.
Sontak membuat kepala Kevin membentur tepian ranjang yang cukup keras.
“Argh, Fira, kepalaku!” geram Kevin sembari mengusap kepalanya.
“Saya akan siapkan keperluan anda. Ce lana dalam berwarna pink, setelan kemeja, dasi dan juga—”
“Tutup mulutmu! Kenapa kamu harus menyebutkan warnanya, hah?!” kesal Kevin memotong ucapan Safira.
Bisa-bisanya Safira mengatakan hal itu tanpa malu sama sekali.
Safira tak menghiraukan Kevin. Ia membungkuk sekilas, memberi hormat pada pria itu lalu berjalan keluar.
“Dasar wanita itu, kenapa dia sangat dingin dan cuek. Bahkan dia lupa mengusap kepala dan wajahku selama dua menit tadi.” Kevin terus menggerutu.
Dia sengaja berpura-pura tidur agar Safira melakukan hal yang memang seharusnya wanita itu lakukan setiap pagi.
Sayangnya, Safira tidak pernah peka. Dia hanya sibuk mengurus kebutuhan Kevin dan pekerjaannya saja.
“Aku harus mengunakan cara lain supaya Safira melihatku. Ya, meski dengan cara licik sekalipun,” seringai tipis terukir dari bibir Kevin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Atik R@hma
bos boss,akalnya wkwkwk
2024-05-16
1
+62💍
uuuuuuuuuuuu 😳 pocecip 🌚🌚🌚
2024-05-16
1
jaran goyang
𝑙ℎ𝑜 𝑘𝑜𝑘 𝑔𝑘 𝑛𝑜𝑡𝑓 𝑛𝑦 𝑦𝑎 𝑘𝑘.... 𝑢𝑑 2 𝑏𝑎𝑏 𝑧...𝑎𝑞 𝑘𝑡𝑔𝑙𝑛
2024-05-14
1