Akibat memiliki masalah ekonomi, Gusti memutuskan bekerja sebagai gigolo. Mengingat kelebihan yang dimilikinya adalah berparas rupawan. Gusti yang tadinya pemuda kampung yang kolot, berubah menjadi cowok kota super keren.
Selama menjadi gigolo, Gusti mengenal banyak wanita silih berganti. Dia bahkan membuat beberapa wanita jatuh cinta padanya. Hingga semakin lama, Gusti jatuh ke dalam sisi gelap kehidupan ibukota. Ketakutan mulai muncul ketika teman masa kecil dari kampungnya datang.
"Hiruk pikuknya ibu kota, memang lebih kejam dibanding ibu tiri! Aku tak punya pilihan selain mengambil jalan ini." Gusti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 21 - Tentang Keperawanan
"Ayo kita bicara!" Gusti mendelik ke arah Elang. Dia membawa lelaki itu keluar dari kelas. Tepatnya ke tempat yang jauh dari keramaian.
"Jadi sepertinya dugaanku benar ya?" selidik Elang.
Gusti mendengus kasar. Dia sudah mengangakan mulut karena hendak bicara. Namun tidak jadi saat melihat Widy berlari kecil untuk mendekat.
"Kenapa aku ditinggal sih?" imbuh Widy yang tersengal-sengal karena lelah berlari. Dia sudah berada di hadapan Gusti dan Elang.
"Ini, Gus. Dari kemarin Widy mencemaskanmu terus," kata Elang.
Gusti tersenyum miring. "Benarkah? Kalau cemas, kenapa lebih memilih lanjut ngent*t?!" tukasnya.
"Pedas juga ya mulutmu!" balas Widy. Dia menghela nafas panjang dan berusaha tenang menghadapi Gusti. Mengingat dirinyalah dan Elang yang salah.
"Aku tahu kami salah. Harusnya kami bilang padamu kalau sedang berpacaran. Kami minta maaf, Gus... Aku sama Elang cuman nggak mau bikin kamu merasa nggak nyaman," ungkap Widy.
"Iya, kalian memang bikin aku nggak nyaman sekarang," tanggap Gusti ketus.
"Jadi kau tidak mau berteman dengan kami lagi?" tanya Elang.
"Untuk sekarang enggak!" Gusti beranjak begitu saja. Dia kembali ke kelas.
"Kesambet apa dia kemarin? Bukankah dia berubah banget?" cetus Widy sambil melipat tangan ke depan dada.
"Udah jangan dipikirkan. Lama-kelamaan dia pasti membaik lagi kok." Elang merangkul pundak Widy. Ia segera mengajak cewek itu kembali ke kelas.
Rasa penasaran Elang terhadap Gusti masih belum terjawab. Dia akan mengajak Gusti bicara lagi nanti.
***
Ketika kuliah pertama selesai, Elang diam-diam mengambil kesempatan untuk mengajak Gusti bicara. Dia mengikuti Gusti ke toilet.
"Pembicaraan kita belum selesai kan?" imbuh Elang. Dia mendekati Gusti yang berdiri di depan wastafel.
"Kau sepertinya penasaran sekali," tanggap Gusti.
"Tentu saja. Aku hanya senang punya teman dalam melakukan pekerjaan itu," sahut Elang.
"Kenapa kau berpikir kalau aku melakukan pekerjaan itu?" Gusti menatap Elang.
"Semuanya sangat jelas kan?" Elang tersenyum miring. Dia mendekatkan mulut ke telinga Gusti. "Karena hanya dengan jual diri kau bisa mendapatkan uang yang banyak. Bukankah begitu?" bisiknya. Dia dan Gusti dapat bicara dengan lugas karena hanya ada mereka berdua di toilet.
Elang merogoh saku celana. Dia mengambil rokok dan menyalakannya. Elang menyandarkan pinggul ke depan wastafel.
"Apa Widy tahu sisi dirimu yang itu?" tanya Gusti.
"Sial! Ya enggaklah. Kau pikir dia mau jadi pacarku kalau tahu tentang itu?" sahut Elang. Tepat setelah mengeluarkan asap rokok dari mulut.
"Kau bajingan! Harusnya kau tidak menyentuh Widy sampai ke tingkat itu! Tega sekali kau mengambil keperawanan dia!" timpal Gusti dengan raut wajah kesal.
Bukannya merasa bersalah, Elang malah tergelak geli.
"Ketawa lagi," sinis Gusti. Tercengang akan sikap kurang ajar Elang.
"Kau pikir Widy perawan sebelum dia pacaran sama aku? Otakmu itu memang polos banget," komentar Elang.
Mendengar ucapan Elang, Gusti mengerutkan dahi. "Jadi maksudmu Widy..." ujarnya yang tak kuasa mengakhiri kalimatnya.
"Gus! Di kota ini, susah cari cewek yang masih perawan. Kebanyakan udah pada kesengat listrik," ungkap Elang dengan perumpamaannya.
"Benarkah?" Gusti merasa miris.
"Lihat saja kau. Baru tinggal beberapa bulan di kota sudah nggak perjaka," sarkas Elang.
Gusti terdiam seribu bahasa. Dia tidak bisa membantah pernyataan Elang barusan.
"Sudah... Nggak usah merasa berdosa. Karena sudah tercebur, teruskan saja. Bagusnya dinikmati. Apalagi kau punya tampang model begitu. Aku prediksi, satu bulan kemudian, kau pasti akan kaya raya!" kata Elang seraya merangkul Gusti.