Mimpi dan dunia nyata adalah hal yang berbeda. Tetapi bagaimana jika ada dunia di dalam mimpi? Seperti yang dialami oleh Devalina, takdir hidupnya seperti sebuah lelucon. Wanita yang terlahir dengan penuh kesempurnaan, kini harus menemukan letak ketidaksempurnaan dalam hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lekyusi Dj, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAGIAN 35 MIMPI BURUK
(HARI KE-22)
Aku bangun dari tidurku, kali ini aku bangun dengan keadaan badanku yang berkeringat semua. Bukan karena efek obat yang diberikan bunda semalam, tapi baru saja aku mengalami mimpi buruk. Mimpi kali ini berbeda dari mimpi yang biasanya aku dapatkan.
Aku menyeka wajahku yang basah karena sesuatu, aku melihat ke arah kaca dan mendapati mataku yang bengkak karena menangis.
“Sayang” kata Bunda sambil terus mengetuk pintuku.
Aku tidak punya tenaga untuk bangun, badanku terasa lemas. Mimpi yang baru saja ku lalui terasa nyata dan membekas di memoriku. Wajah Delon yang penuh dengan lebam dan juga wajah menyeramkan Roland yang membuatku takut.
“Sayang, kamu baik-baik saja kan?” Tanya Bunda yang berhasil membuka pintu
Mungkin Bunda baru saja menggunakan kunci cadangan.
“Ya ampun sayang, kamu kenapa? Mata kamu merah banget? Kamu baru habis dapat mimpi buruk?” Tanya Bunda
Mendapati pertanyaan seperti itu membuatku kembali teringat dengan sakit yang kurasakan di dalam mimpiku. Aku menangis di pelukan Bunda, entah kenapa sakit sekali rasanya mengingat keadaan Delon dalam mimpiku.
Bunda terus memberikan usapan halus dipundaku.
Merasa sudah mulai tenang aku melepaskan pelukan dari Bunda.
“Sekarang ceritakan sama Bunda, kamu mimpi soal apa? Kenapa sampai kamu berteriak nama Nak Delon tadi.” Kata Bunda
Aku menceritakan semuanya pada Bunda, tapi mengganti nama Roland dengan seseorang penculik saja.
Bunda terlihat ikut merasakan sakitnya, terlihat dari mata Bunda yang berkaca-kaca.
“Sayang, pasti itu sangat menyakiti kamu. Jangan sedih lagi ya, itu hanya sebuah mimpi. Bunda yakin Nak Delon akan baik-baik saja, dia anak yang kuat sama seperti kamu.” Kata Bunda menguatkanku.
Aku mengangguk paham.
Walaupun merasa sedikit lega, tetap saja aku harus memastikan sendiri keadaan Delon. Untuk kedepannya aku akan menjaga Delon, aku tidak ingin kejadian seperti yang dimimpi betulan terjadi.
…
Aku sedang mendengar musik di kelas sambil menunggu dosen datang.
Aktivitasku terganggu saat kurasakan seseorang berdiri di sampingku.
“Kenapa?” Tanyaku
“Ada yang ingin saya tanyakan.” Kata Delon
“Ya sudah katakan saja.” Jawabku
“Tidak disini” Katanya
“Tapi dosen sebentar lagi masuk, kalau penting ngobrolnya sebentar saja setelah selesai kuliah.” Kataku
Dia menghembus napasnya dengan kasar lalu kembali ke tempat duduknya.
Aku tau apa yang ini dikatakannya kepadaku.
Setelah jam kuliah pertama berakhir, Delon menungguku di pintu kelas.
“Va, kita ke kantin yuk.” Ajak Sandra
“Kamu duluan aja Ndra, nanti aku nyusul ke kantin.” Kataku
Setelah Sandra pergi aku menghampiri Delon.
Dia mengajakku ke taman fakultas.
“Ada apa?” Tanyaku lagi
“Kenapa saya?” Tanyanya ambigu
“Apanya yang kamu?” Tanyaku pura-pura polos.
“Kenapa harus saya yang menjadi sopir kamu untuk sementara waktu?” Tanyanya
Ya kalian tidak salah dengar, memang betul aku lah yang meminta Ayah dan Bunda menjadikan Delon sopir pribadiku. Sebenarnya aku meminta Delon menjadi teman yang mengantar dan menjemputku, hanya terserah Delon jika menganggapnya sebagai sopir.
Awalnya Bunda dan Ayah tidak setuju dengan permintaanku, mereka merasa tidak enak hati meminta itu kepada Delon. Tapi aku kekeh dengan permintaanku, ini sebenarnya ku lakukan agar bisa mengawasi dan menjaga Delon.
“Saya hanya sedang membutuhkan sopir pribadi saja, tapi saya tidak tau kalau Ayah meminta kamu menjadi sopir pribadi saya.” Kataku berbohong
“Saya tidak mau.” Katanya
“Ya sudah, silahkan kamu ngomong sama Ayah sendiri.” Kataku acuh
Dia tampak geram mendengar jawabanku.
“Sudahlah, kamu terima saja, anggap aja ini balasan dari saya karena kamu pernah menjadikan saya babu kamu dulu.” Kataku
Dia tampak pasrah mendengar perkataanku.
Aku yakin dia tidak akan menolak permintaan Ayah.
Dia berlalu dari hadapanku dengan wajahnya yang terlihat kesal.
“Eittsss, tunggu dulu.” Kataku
Dia membalikan badannya lalu menangkap kunci mobil yang aku lemparkan padanya.
“Mulai sebentar kamu akan mengantar saya, kemana pun saya mau.” Kataku lalu berjalan melewatinya
Aku tertawa kecil melihat ekspresi kesalnya.
“Enggak apa-apa deh kerjain dia, itung-itung dia pernah jadiin aku babu dia dulu.” Gumamku.
…
Sepulang kampus, aku sengaja mengajaknya berjalan-jalan.
“Habis dari toko buku kita singgah cari makan dulu ya.” Kataku
Dia hanya berdeham menjawab perkataanku.
“Biarkan saja dia rasakan bagaimana tidak enaknya disuruh-suruh.” Kataku dalam hati.
Kami memasuki toko buku.
Aku mencari buku-buku yang penting untuk perkuliahanku dan mencari buku yang mungkin disukai Endro. Dia sangat suka membaca jadi akan bermanfaat jika memberikannya buku.
“Saya mau tanya, bagusnya beli buku apa untuk Endro ya?” tanyaku pada Delon
Dia berjalan ke sudut rak buku, lalu dia mengambil salah satu buku dari sana.
“Ini, berikan pada Endro.” Katanya sambil menyodorkan buku itu kepadaku.
“IT? Emangnya dia suka belajar IT? Endro masih kecil, masih SD. Gimana ceritanya dia bisa bertarik sama IT?” Tanyaku heran
Dia memutar mata malas mendengar perkataanku.
“Berikan saja buku itu kepadanya.” Kata Delon lalu berlalu dari hadapanku.
Aku merutuki dia yang menyombongkan diri di hadapanku.
“Tau darimana dia kalau Endro suka sama yang berhubungan dengan IT? Ngasal aja tu kutub.” Kataku kesal
Tapi aku tetap membawa buku itu, mungkin saja benar yang dikatakannya.
Aku lalu berjalan mencari-cari buku yang menarik untuk dibaca.
Aku menarik salah satu buku tebal yang menarik minatku.
“Astaga”
Rasanya jantungku hampir copot saat melihat seseorang di deretan sebelah sedang menatapku di cela-cela buku yang ku ambil tadi.
Tunggu dulu.
Penampilannya seperti orang yang waktu itu, orang yang memberikan alamat panti asuhan kepadaku.
“Siapa kamu?” Tanyaku
Dia tidak menjawab pertanyaanku melainkan dia memberikan sebuah kertas kepadaku lalu menggunakan kacamata hitam dan berlalu dari sana.
Aku mencoba mengejar orang itu tapi percuma saja, dia tiba-tiba menghilang dari sana.
“Siapa orang itu?” Gumamku
Saat aku sibuk mengedarkan pandanganku mencari orang itu, tiba-tiba ada yang menyentuh pundaku.
Aku membalikan badan dan mendapati Delon dengan wajah bingungnya.
“Ada apa?” Tanyanya
“Kamu tadi lihat orang yang pake masker, jacket, terus pake kacamata hitam di sekitar sini nggak?” Tanyaku
“Tidak, memangnya kenapa?” Tanyanya lagi
Aku menghela napas kecewa.
“Tidak, lupakan saja.” Kataku
Aku kembali mencari buku yang kubutuhkan.
…
Setelah makan, aku memutuskan langsung pulang ke rumah.
Aku terus memikirkan sosok yang tidak ku kenal tadi.
“Sebenarnya siapa dia? Kenapa dia tidak ingin mengobrol denganku?” Bingungku
“Eva” panggil Delon
Aku kaget dia memanggil namaku, belum pernah sebelumnya dia memanggilku menggunakan namaku.
“Ada apa?” Tanyaku
Dia menatapku dengan kesal.
“Dia kenapa terlihat kesal begitu?” Tanyaku bingung
“Kita udah sampai dari tadi di rumah kamu.” Katanya dengan penuh penekanan
“Ohh iya, biasa aja dong ngomongnya."
Dia hanya mendengus dengan kesal.
"Ya sudah, makasih kalau gitu. Kamu enggak singgah dulu? Kayaknya Ayah udah pulang dari kantor.” Kataku
“Tidak perlu.” Katanya
Dia lalu melajukan mobil keluar dari pekarangan rumah. Aku memang sengaja menyuruhnya membawa saja mobilku, lagian jika memang aku memiliki sesuatu yang mendesak masih ada mobil yang bisa aku bawa.
…
Aku rebahan di kamar dan teringat dengan kertas yang diberikan orang itu. Aku membuka kertas itu dan terkejut dengan isinya.
“Apa maksudnya ini?”