Semua bermula dari CINTA TERLARANG.!!!
Diselimuti ego, obsesi dan dendam, mereka tidak sadar jika semua perasaan itu yang telah menciptakan kehancuran dalam kehidupan mereka.
Kebahagiaan terenggut, mengorbankan orang-orang yang tidak bersalah di sekitar mereka. Banyak hati yang terluka, bahkan mereka yang melukai hatinya sendiri.
Seandainya saja bisa mengesampingkan ego, membuang obsesi dan menghapus dendam, mungkin kehancuran ini tidak akan mereka alami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Acara selesai pukul 1 siang. Beberapa orang mulai meninggalkan restoran karna miliki kegiatan masing-masing di hari sabtu ini. Pemilik acara, Sinta dan Reyhan serta sebagian orang masih berada di dalam restoran dan sudah bersiap untuk pulang.
Sinta masih terjebak di sana karna sedang di bujuk Reyhan agar pulang bersamanya. Padahal Sinta sudah menolaknya dengan sopan dan halus, tapi Reyhan masih bersikeras membujuknya.
"Udah sih Sin, pulang bareng Pak Reyhan nggak bakal rugi." Bisik salah satu teman Sinta. Wanita berusia 30 tahun itu kelihatan antusias saat melihat Sinta di dekati oleh atasan mereka. Meski tergolong karyawan baru, tapi dia melihat Sinta sebagai wanita baik-baik dan sopan. Tentu dia sangat mendukung Sinta dengan Reyhan. Pasalnya dia sendiri sudah memiliki suami. Seandainya masih single, tentu saja dia akan mendekati Reyhan.
"Tapi Mba, aku nggak mau jadi bahan gosip di perusahaan. Apalagi aku karyawan baru, nggak mau bikin masalah." Jawab Sinta pelan. Wanita bernama Mila itu hanya terkekeh pelan.
"Ada gosip pun nggak masalah. Kamu dan Pak Reyhan sama-sama single. Beda cerita kalau Pak Reyhan punya istri. Sudah pasti kamu akan digosipkan sebagai pelakor." Celetuk Mila. Tanpa Mila sadari, dia sudah menyinggung Sinta yang saat ini sedang menjalin hubungan dengan suami Kakaknya sendiri.
"Hey, Sin,, Sinta.?!" Mila menggerakkan tangannya di depan wajah Sinta. Wanita cantik itu malah melamun.
"Udah ah Mba, aku balik sekarang." Sinta beranjak dari duduknya. Dia melirik Reyhan yang sedang serius bicara dengan Aldo, sekretarisnya.
"Eh,, nggak bisa gitu dong. Kamu nggak kasian sama Pak Reyhan, dia dari tadi masih berusaha bujuk kamu. Sana pamit dulu sama dia." Mila berhasil menahan Sinta yang ingin kabur diam-diam dari Reyhan.
Suara Mila membuat Reyhan menoleh. Dia melihat pergelangan tangan Sinta di pegang Mila. Sinta tampak ingin pergi dari sana, padahal Reyhan sudah memintanya agar menunggu sebentar karna ada hal penting yang harus dia bicarakan dengan Aldo.
"Nanti Gue lanjut by call aja." Kata Reyhan seraya beranjak dari hadapan Aldo.
"Siap bos,,!" Sahut Aldo bercanda.
Langkah tegap Reyhan cukup menarik perhatian Sinta. Pria dewasa itu tampak berkharisma dan berwibawa. Reyhan memang sempurna dari berbagai aspek. Namun perasaannya tidak bisa dibohongi. Cintanya masih bertahta untuk Alan, pria yang selama beberapa bulan ini mengisi hari-hari dan menghangatkan ranjangnya yang sudah lama dingin.
"Pulang sama saya, nggak ada penolakan." Lirih Reyhan tegas.
"Tau nih Pak, Sinta bawaannya mau kabur aja. Kapan lagi di antar pulang sama Manager." Goda Mila. Sinta membulatkan matanya, namun Mila tampak cuek saja. Dia malah menyuruh Reyhan agar segera membawa Sinta pergi dari sana.
...*****...
Keheningan menyelimuti dua sejoli di dalam mobil yang melaju sedang. Reyhan berdehem pelan dan mencoba bicara terus terang pada Sinta.
"Kamu sama sekali nggak tertarik sama saya.?" Tanyanya tanpa basa basi.
"Hah.?" Sinta menoleh dengan ekspresi terkejut. "Pak Reyhan bilang apa tadi.?" Tanyanya memastikan. Dia takut salah dengar.
"Saya tanya, kamu nggak tertarik sama saya.? Tampang saya nggak jelek-jelek amat. Dibilang miskin juga nggak." Ujar Reyhan yang membuat Sinta melongo beberapa saat. Reyhan terlalu jujur, ada kesan merendah sekaligus membanggakan diri.
"Kalau Pak Reyhan berfikir penolakan saya karna dua alasan itu, Pak Reyhan salah. Untuk sekarang saya hanya ingin fokus bekerja, belum ada rencana memulai hubungan baru." Jelas Sinta hati-hati. Meski sebenarnya bukan itu alasan utamanya, sebab dia masih terikat dengan Alan dan belum bisa lepas darinya. Seandainya Alan mau mengakhiri hubungan mereka, tentu saja Sinta akan berusaha membuka hati untuk pria lain. Seperti Reyhan contohnya.
"Tapi sekedar dekat harusnya nggak masalah kan.? Siapa tau lama-lama kamu naksir sama saya." Ucap Reyhan dengan gamblangnya. Dia tipe orang yang ugal-ugalan jika sudah tertarik dengan seseorang. Kalau suka, dia akan bilang suka dan mengusahakannya.
Sinta sampai tersedak mendengarnya. Dia meraih botol mineral ukuran kecil di dekat kursi mobil dan meneguknya.
Reyhan menahan senyum melihat Sinta salah tingkah.
"Kata orang, janda dan duda yang di tinggal meninggal pasangannya, cocok kalau menikah." Ujar Reyhan.
"Pak Reyhan bisa saja." Sinta tampak biasa saja menanggapi ucapan Reyhan. Dia tidak mau terlalu menanggapi, khawatir disalah artikan oleh Reyhan.
"Kamu nggak pengen membuktikan ucapan orang-orang.?" Tanya Reyhan,dia sengaja memancing Sinta agar masuk dalam obrolan yang lebih intens.
"Pak Reyhan duluan saja deh, nanti saya nyusul kalau beneran cocok." Kali ini Sinta menjawabnya dengan tawa kecil. Dia ingin mengubah suasana kaku ini menjadi lebih santai.
"Bareng aja gimana.?" Tanya Reyhan sambil memberikan tatapan intens dan dalam pada Sinta. Wanita 24 tahun itu sampai membuang pandangan ke depan lantaran salah tingkah dengan tatapan Reyhan.
"Di depan belok kanan Pak." Ucap Sinta mengalihkan obrolan. Dia bernafas lega karna sudah sampai di depan gedung apartemen yang dia tempati.
Sinta turun di depan lobby. Reyhan juga ikut turun karna dia yang membukakan pintu mobil untuk Sinta.
"Saya serius dengan ucapan tadi. Kamu pikirkan dulu pelan-pelan. Saya bukan anak muda lagi, ketika mengajak wanita menjalin hubungan artinya saya serius." Tuturnya panjang lebar. Tatapan teduh dan suara lembut Reyhan seakan mampu menghipnotis Sinta. Wanita itu tanpa sadar mengangguk.
"Terimakasih sudah mengantar saya. Hati-hati di jalan Pak." Sinta membungkuk sopan dan masuk kedalam sebelum Reyhan pergi.
...******...
"Kenapa Mba baru cerita sekarang.?!" Tatapan Galang di penuhi kilat amarah. Siapa yang tidak akan marah jika Kakaknya di perlakukan buruk oleh suaminya. Sebagai adik, Galang sudah pasti ada di pihak Liana. Dia tidak akan membiarkan Kakaknya disakiti oleh siapapun.
Liana terisak dan menghapus air matanya. "Awalnya Mba berpikir bisa mengembalikan Alan yang dulu. Mba sudah berusaha mendapatkan perhatian dan cinta dari Alan, tapi semua yang Mba lakukan sia-sia." Suara Liana terdengar parau. Dia mengingat usaha yang sudah dia lakukan tak membuahkan hasil. Sikap Alan tetap dingin padanya.
Sejak kemarin Alan tidak pulang dengan alasan ke luar kota, tapi tidak pernah menghubunginya. Di telfon pun tidak di angkat. Sampai akhirnya Liana pergi ke perusahaan tempat Alan bekerja untuk memastikan. Di sana dia mendapati fakta bahwa Alan hanya sesekali pergi ke luar kota untuk meninjau proyek, itupun tidak sampai menginap di luar kota. Liana jadi semakin memperkuat dugaannya jika Alan memiliki wanita lain.
"Berani-beraninya dia memperlakukan Mba seperti ini. Liat saja, aku nggak akan tinggal diam kalau Bang Alan terbukti bersalah.!" Geram Galang penuh amarah.
Liana menggeleng. "Mba hanya ingin Alan kembali. Seandainya saat ini ada wanita lain, Mba akan memaafkan kesalahan Alan. Mba sangat mengenal Alan dengan baik, Alan nggak akan berpaling kecuali wanita itu yang duluan menggoda Alan." Jelasnya. Belasan tahun mengenal dan hidup bersama Alan, Liana tau betul bagaimana sifat suaminya.
Galang tampak tidak setuju dengan keputusan Liana. Lebih baik berpisah saja kalau memang ada wanita lain dalam rumah tangga mereka.
"Mba jangan naif. Laki-laki yang sudah pernah berselingkuh, suatu saat pasti akan mengulanginya lagi. Mba dan anak-anak bisa bahagia tanpa Bang Alan." Tutur Galang.
Sinta menggeleng. "Mba nggak bisa hidup tanpa Alan. Anak-anak juga masih membutuhkan Papanya. Mereka masih sangat kecil, belum bisa menerima perpisahan orang tuanya. Mba memikirkan mental mereka." Ujarnya pilu.
Galang terdiam, dia cukup kecewa dengan Kakaknya. Padahal hubungan mereka semakin renggang, bahkan sudah 5 bulan tidak ada kemajuan. Tapi Liana tetap kekeuh ingin mempertahankan hubungan mereka.
mngkin clara orang kaya jd cuma mnfaatin galang kisah galang dimulai
alan beranak lg