NovelToon NovelToon
Kapten, Wo Ai Ni

Kapten, Wo Ai Ni

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda
Popularitas:24.8k
Nilai: 5
Nama Author: lizbethsusanti

Menikah dengan gadis yang dicintai adalah impian semua pria. Namun, Anggasta Bimantara, seorang kapten polisi harus menelan kekecewaan karena lamarannya ditolak oleh kekasihnya. Kekasih yang sudah dia pacari selama lima tahun lebih memilih pria kaya raya demi untuk kemajuan karir modelingnya.
Di tengah keterpurukannya putus cinta, dia terpaksa menikahi gadis tengil yang bernama Intan hanya karena kesalahpahaman.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mas

"Kenapa kau menamparku?"

Intan berbalik badan dengan kesal lalu melotot ke Anggasta sambil menggeram, "Masih mending Gue cuma nampar Lo. Seharusnya Gue nyiksa Lo karena Lo sudah menyentuh Gue!"

"Kenapa nggak kamu lakukan? Siksa aku cepat!"

Intan langsung diam mematung dan hanya berani membatin, Gue takut kualat menyiksa orang yang lebih tua.

"Kenapa diam?"

"Gue males ngomong sama Lo" Intan mendengus kesal.

"Bisa nggak pakai bahasa yang baik? Aku suami kamu kenapa kamu pakai Lo, Gue?"

Intan mengabaikan Anggasta dan berjalan melintasi Anggasta lalu duduk di tepi ranjang.

Anggasta menghela napas panjang lalu dia berdiri di ujung ranjang dan berkata, "Seharusnya aku yang marah saat ini karena gara-gara kamu masuk ke kamar ini dan gara-gara kamu membantu gembong narkoba itu lari, Kakek kamu........."

"Lo yang menggerayangi Gue! Kenapa Gue yang disalahkan dan kenapa tadi Lo panggil Kakekku Kadir? Nama Kakekku Abimanyu!"

"Pfftttt!" Anggasta sontak mengulum senyum.

"Apanya yang lucu, hah?!"

"Kamu bukan hanya sok tahu, tengil, bar-bar, tapi ternyata...... Pftttt!"

"Ternyata apa, hah?!"

"Tuli.... Buahahahahaha!" Anggasta tidak bisa lagi menahan tawanya.

Intan melemparkan kotak tissue yang terbuat dari kain ke Anggasta sambil berteriak, "Gue nggak tuli!"

"Buktinya kau panggil aku Angsa padahal jelas-jelas aku kasih tahu ke kamu kalau namaku Anggasta Bimantara dan kau tadi dengernya aku manggil Kakek kamu Kadir, Pftttt! Padahal aku manggil Kakek kamu........"

Nggak! Presdir melarang aku menyebutnya Presdir di depan Intan. Batin Angga.

"Apa? Kau panggil kakekku apa?"

"Lupakan saja" Anggasta duduk di sebelah Intan.

Intan sontak menggeser pantatnya.

Anggasta mengernyit lalu pria tampan itu ikut menggeser pantatnya.

Intan terus menggeser pantatnya saat Anggasta ingin duduk di sampingnya dan Anggasta langsung menggeram, "Bisakah kau diam dan tidak bergeser lagi? Aku adalah suami kamu kenapa.kamu menjauhiku? Lagian aku nggak punya penyakit menular"

Intan menoleh ke Anggasta lalu bersedekap dan berkata dengan wajah kesal, "Benarkah Lo itu Suami Gue? Gue kok mendadak amnesia ya"

Anggasta melotot kesal,"Kau........"

"Gue lapar. Mau keluar makan" Intan bangkit berdiri dan langsung berlari kecil meninggalkan Anggasta.

"Lho, hei! Bocil! Tunggu aku!" Anggasta sontak berlari kecil menyusul Intan.

Saat Anggasta menutup pintu, dia tersentak mendapati Intan bersedekap dan wajah cemberut.

"Apa?! Kenapa kau cemberut?" Anggasta berkacak pinggang di depan Intan.

"Jangan panggil aku bocil! Aku bukan bocil!" Intan menyipitkan matanya dan bibirnya semakin mengerucut lancip.

"Oke, deal! Aku nggak akan manggil kamu bocil lagi, tapi kamu harus memanggilku dengan benar mulai detik ini"

"Oke, deal! Gue harus manggil Lo apa?"

"Mas Angga dan bukan Angsa. Aku tekankan sekali lagi kalau namaku bukan Angsa tapi Angga"

"Kenapa Mas?"

"Karena asalku dari Malang. Aku arek jowo, Rek" Anggasta menggeram kesal.

"Bodo amat kamu berasal darimana. Yang aku ingin tahu kenapa aku harus manggil Mas dan bukan Kakak atau........Paman?" Intan mengulum senyum.

"Paman?"

"Iya. Kamu udah tua, kan?"

"Enak aja tua. Aku baru dua puluh lima tahun"

"Dan umur kamu sepuluh tahun lebih tua dari umurku. Wajar kalau aku memanggilmu Paman. Oke, Paman" Intan kembali mengulum senyum sambil berbaik badan

Saat Intan melangkah, Anggasta sontak berlari kecil untuk mensejajarkan langkahnya dengan langkah Intan sembari menyemburkan, "Panggil aku Mas jangan Paman!"

"Suka-suka Gue. Mulut-mulut Gue"

"Kalau kamu nggak mau manggil aku Mas maka aku nggak akan kasih kamu uang bulanan dan uang jajan"

Intan terkekeh geli lalu berkata, "Aku bisa minta sama Kakek"

"Kakek kamu sudah menyerahkan kamu ke aku dan tadi Kakek kamu bilang kalau beliau tidak akan mengirim uang untuk kamu"

Intan mengerem langkahnya lalu menghadapkan tubuhnya ke Anggasta dan menyemburkan, "Kenapa?"

"Karena kamu sudah menikah dan cewek yang sudah menikah itu tanggung jawab suaminya"

"Mas" Intan langsung menyemburkan kata itu dengan senyum lebar.

"Kalau ada maunya aja baru deh manggil Mas"

"Hehehehe" Intan memperlebar senyumnya.

"Jangan senyum lagi! Buruan jalan! Kamu mirip joker kalau senyum kayak gitu" Ucap Anggasta dan pria tampan itu langsung melangkah lebar ke depan sambil bergumam di dalam hati, sial! Dia cantik banget kalau senyum. Tambah manis dan imut lagi, sia!

"Hei! Wajah manis dan imut kayak begini O katain kayak Joker, hah!"

Anggasta menoleh ke belakang dan saat dia melihat Intan mengejarnya, Anggasta langsung berlari kecil dan sambil menggemakan tawa dia berteriak, "Senyum kamu kayak joker dan lari kamu kayak Pinguin, Buahahahahaha!"

Intan mempercepat laju larinya lalu dia melompat dan berhasil menjitak kepala Anggasta.

Anggasta mengerem langkahnya dan menoleh ke Intan sambil mengelus kepala belakang dan menyemburkan, "Berani kau menjitak kepala Suami kamu, hah?!"

"Salah sendiri Lo ngejek Gue terus"

Anggasta mengarahkan tubuhnya menghadap Intan, "Oke, fine. Uang jajan kamu aku potong setengah pas kamu udah masuk sekolah nanti"

Intan membeliak kaget lalu dia berjinjit dan dengan lugunya dia menggelungkan kedua lengannya di leher kokohnya Anggasta kemudian dengan lembut dia mengusap belakang kepalanya Anggasta sambil berkata, "Maafkan aku. Aku nggak akan pernah melakukannya lagi. Maafkan aku, ya. Aku udah elus kepala kamu. Udah nggak sakit lagi, kan?"

"Biasakan nggak pakai kata Lo dan Gue lagi. Pakai kata seperti ini, kan, enak didengar"

"Baik" Intan semakin berjinjit dan seketika itu juga Anggasta kesulitan menelan air liurnya. Jakun pria tampan itu baik turun saat bibirnya hanya berjarak nol koma lima sentimeter dari bibir Intan dan dada Intan menempel di dadanya.

Anggasta mendongak lalu memejamkan mata untuk mereguk oksigen sebanyak-banyaknya agar otaknya tidak konslet merasakan ada yang hangat-hangat empuk menekan dadanya. Setelah akal sehatnya benar-benar sehat, pria tampan itu menegakkan kepalanya kembali dan langsung mendorong kedua bahu Intan sambil menggeram, "Sudah cukup! Ayo buruan cari makan"

"Tapi, Paman nggak akan memotong uang sakuku pas aku udah sekolah nanti, kan?" Intan langsung berlari kecil menyusul langkah lebarnya Anggasta.

Saat Intan sudah melangkah di sampingnya, Anggasta memperlambat langkahnya agar Intan bisa berjalan santai di sampingnya lalu pria tampan itu menoleh ke Intan dan berkata, "Panggil Mas!"

"Baik, Mas. Mas nggak akan motong uang saku Gue, kan?"

"Pakai kata yang benar"

Intan menghela napas panjang lalu berkata, "Iya, Mas, aku mau bertanya apakah Mas nggak akan motong uang sakuku nanti?"

"Karena kamu mau menuruti semua perintahku, maka aku nggak akan motong uang saku kamu"

"Terima kasih, Mas" Intan langsung menggelungkan tangannya di lengan Anggasta dan mengayun lengan kekar itu.

Anggasta langsung mengarahkan pandangannya ke depan dan bergumam di dalam hatinya, sial! Kenapa bocil ini suka banget main peluk sesuka hatinya dan bikin hatiku dag, dig,dug.

Anggasta melirik saat Intan melepas lengannya dan pria tampan itu kemudian bertanya, "Uang saku kamu biasanya berapa?"

Intan menoleh ke Anggasta dan berkata dengan senyum polosnya, "Sebulan Kakek kasih aku enam juta rupiah dan itu belum biaya lainnya seperti buku-buku dan......."

Anggasta menoleh kaget ke Intan, "What?! Sehari berarti uang saku kamu dua ratus ribu rupiah? Anak SMA uang saku sebanyak itu untuk apa aja? Jaman Mas sekolah dulu uang sakunya Mas cuma sepuluh ribu sehari dan itu udah bisa buat beli nasi bandeng, mendoan, es teh, dan jajan di istirahat kedua"

"Ya, beda dong. Masak jaman Purba disamakan dengan jaman Now"

"Jaman Purba? Hei, aku belum setua itu"

"Iya, iya. Gitu aja ngegas! Cepet tua entar"

Anggasta mendengus kesal dan Intan kembali berkata, "Tapi nggak papa kalau Mas suka ngegas kita bisa ngegas bareng biar kita bisa menua barengan"

Deg!

Anggasta sontak menghentikan langkahnya dan menoleh ke Intan dengan wajah kaget.

"Buahahahaha! Bersyanda, bersyanda buahahahaha!" Intan bergoyang pinggul di depan Anggasta ke lalu berlari masuk ke dalam warung tenda bertuliskan mie ayam dan bakso.

Anggasta hanya bisa mengusap dadanya dan bergumam, "Sabaaarrrr"

Setelah Intan duduk di bangku kosong Anggasta masuk ke warung tenda itu dan duduk di depan Intan sambil bertanya, "Kamu suka mie ayam atau bakso?"

"Enak mana?"

"Lho, kok, malah nanya?"

Intan memajukan wajahnya untuk berbisik, "Aku belum pernah makan mie ayam ataupun bakso di warung tenda seperti ini"

"Hah?! Serius? Nggak bersyanda, kan?"

Intan terkekeh geli mendengar Anggasta mengucapkan bersyanda lalu Intan mengangguk mantap.

"Oke, kalau gitu Mas pesan mie ayam dan bakso aja terus kamu nanti bisa cicipi dulu mau yang mana"

Intan manggut-manggut dengan senyum lebar.

Setelah memesan makanan dan minuman

Anggasta bertanya ke Intan, "Memangnya kamu nggak pernah keluar rumah sampai-sampai nggak pernah makan di warung tenda seperti ini?"

"Nggak pernah karena aku bukan Jailangkung"

"Maksudnya?"

"Iya, Aku datang ke sekolah diantar dan pulangnya dijemput habis itu di rumah terus sepanjang hari kalau nggak ada les"

Anggasta menggelengkan-gelengkan kepalanya sambil mengusap dadanya dan Intan sontak terkekeh geli lalu berkata, "Benar kan, aku bukan Jailangkung"

"Yeeaahhh terserah kamu saja"

Intan kembali terkekeh geli.

Kasihan juga dia. Batin Anggasta.

Intan terkekeh geli lalu berkata, "Soal uang saku kalau Mas nggak bisa kasih uang per bulan yang sama seperti yang Kakek kasih selama ini, nggak papa, kok. Intan sudah bisa cari uang sendiri"

"Hah?! Cari uang sendiri? Maksudnya?"

"Intan cari uangnya halal jangan mikir yang nggak-nggak. Intan nulis novel online dan main game online lalu Intan terima jasa les online matematika. Diam-diam begini Intan pandai matematika"

Wah, hebat juga dia ternyata, ya. Dia bukan gadis manja ternyata. Batin Anggasta sambil menatap Intan dengan senyum bangga.

"Kenapa kamu cari uang sendiri. Kakek kamu itu konglomerat" Tanya Anggasta sambil menyodorkan dua mangkuk, yang satu berisi mie ayam dan yang satu berisi bakso ke depan Intan.

"Aku bosan sendirian di rumah. Nggak ada teman. Jadi, ya, aku cari kesibukan yang bermanfaat. Lagian aku juga udah lulus sekolah. Aku cari uang setelah ujian sekolah selesai dan aku dapat masuk di universitas negeri favorit" Intan berucap sambil memandangi mie ayam dan bakso secara bergantian.

"Berarti baru saja dong kamu nulis novel, nge-game, dan kasih les online?"

"Iya. Baru sebulan ini untuk mengisi kekosongan sehabis ujian sekolah" Ucap Intan sambil menoleh ke kanan dan ke kiri

"Kamu nyari apa?"

"Aku bingung mau naruh sambal apa saos? Kalau kecap aku nggak suka. Aku nggak suka makanan manis kecuali es krim dan cokelat"

"Jangan pakai saos. Pakai sambal saja" Anggasta memajukan wajahnya dan berbisik ke Intan.

"Oh, oke" Intan menuangkan banyak sambal di mangkuk mie ayam dan bakso.

"Eits! Kamu pilih yang mana dulu? Kenapa semuanya kamu kasih sambal?"

"Dari baunya kayaknya semuanya enak. Aku mau makan semuanya"

Anggasta melotot kaget.

"Boleh, kan? Mas bukan tipe Suami yang pelit dan perhitungan, kan?"

"Boleh. Tentu saja boleh. Tapi, kamu itu bertubuh kecil masak iya dua mangkuk habis"

"Habis dong" Ucap Intan sambil mulai menyeruput kuah bakso."Hmm! Beneran enak banget dan pedasnya mantap"

"Kamu suka sambal?"

"Suka. Cewek mana yang nggak suka sambal"

Mantanku nggak suka sambal. Batin Anggasta.

"Cewek yang nggak suka sambal itu cewek lemah dan manja"

"Yeaaahhh aku rasa kamu benar. Oke lah aku mau pesan lagi. Bang! Baksonya satu lagi, ya, yang bakso keju, ya, Bang!"

"Siap Mas Ganteng"

"Ada bakso keju juga?"

"Iya"

"Aku juga mau. Nanti aku minta satu ya bakso kejunya"

"Oke. Hmm, aku nggak nyangka kalau selera makan kamu besar juga, ya, tapi kamu,kok, nggak gemuk, ya?"

"Aku rajin joging tiap pagi, ya, meskipun cuma keliling pekarangan rumah Kakek, lalu tiap Senin dan Rabu aku ikut Yoga dan Jumat aku les taekwondo. Semua guru datang ke rumahku kecuali guru piano. Aku yang datang ke tempat les piano"

Anggasta langsung menunduk dan membatin, untuk uang saku dia saja aku udah pusing lalu bagaimana caranya aku membayar semua lesnya dia? Bisa habis semua gaji bulananku. Hiks, hiks, hiks.

1
F.T Zira
3 iklan...buat ka author
minta up lagi boleh/Grievance//Grievance//Grievance//Grievance/
F.T Zira
ini namanya ngajak perang..🤣🤣 lagi marah di katain pula.
jatahmu hangus entar😝😆😆😆
Rahma AR
kasian yq
Rona Risa
jangan-jangan diserang chen juga?
Rona Risa
posesif ya haha
Rona Risa
puas ya haha
Rona Risa
lapar yang lain ternyata 😆
F.T Zira
kasih 3 iklan buat ka Uthor
F.T Zira
minta up lagi/Grievance//Grievance//Grievance/
Rahma AR
kasian ya
Dian Endra
seru kisahnya dan unik 🥰
Rahma AR
kasian Anisa.... anggasta malah sibuk sendiri..... hot.....hehe
Anita Jenius
5 like buatmu kak.
lanjut up terus ya. semangat 3
Anita Jenius
/Rose/buatmu kak. semangat up nya
F.T Zira
kasih 2 🌹 dulu buat ka Author
Nanda_Widdi
nice lanjut kak
Nabil abshor
reconend buat dibaca,,,,,, seru,,,,dagdigdug,,,,, 🤭🤭🤭 Asyiiiiikkkk
Dea
kapten kalau cembokur lucu 😂
Ratna Susanti
wah, Intan makin mahir nih yuk lanjut yuk 😄
anggita
iklan👌utk thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!