Menantu Terhina ( Dokter Genius)

Yasmin tergugu saat Erlan dengan pelan dan lembut menjelaskan apa yang terjadi di dalam tubuhnya. Erlan juga memperlihatkan hasil pemeriksaan yang tadi dilakukan.

Wajah Yasmin tampak pias. Ia jelas tidak menyangka bahwa apa hal buruk itu menimpanya. Terlebih selama ini dia merasa dirinya baik-baik saja dan sama sekali tidak punya keluhan.

" Apa aku akan mati?"

Sebuah pertanyaan yang langsung membuat hati Erlan teriris. Mati? Tentu dia tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Yasmin adalah satu-satunya harta berharga miliknya. Ia tidka akan lagi membiarkan orang-orang yang dicintainya pergi meninggalkannya sendiri.

" Nyonya Brown, tumor ini masih jinak. Masih stadium awal. Semuanya akan hilang saat kita mengangkat dan membersihkannya hingga tuntas. Setelah itu Anda akan kembali sehat seperti biasa."

Yasmin melihat ke arah suaminya saat dr. Alex kembali mengulang penjelasan sang suami.

" Aah begitu. Baiklah mari lakukan. Tapi sayang, bisakah kita pulang dulu. Besok saja mulai dirawatnya," pinta Yasmin kepada sang suami.

" Baik, sesuai keinginan nyonyaku. Mari kita pulang. Lex, siapkan semuanya. Beritahu Willy soal ini. Ingat, jangan sampai ada yang tahu selain kau dan Willy."

Sebelum benar-benar keluar dari ruangan Alex, Erlan menyampaikan pesan yang lebih seperti sebuah ultimatum. Alex paham, hal ini harus dirahasiakan dari banyak orang. Ia bahkan langsung menyampaikan apa yang dikatakan Erlan kepada Willy.

Willy sungguh sangat terkejut, tapi beberapa saat kemudian ia langsung meyiapkan segalanya termasuk kamar khusus untum Yasmin. Dia tahu ini adalah hal rahasia, maka dari itu Willy dan Alex membentuk tim khusus dimana nanti hanya orang-orang itu yang bisa keluar masuk dari ruang rawat Yasmin.

Buka tanpa alasan, musuh Erlan terutama Sakti Sasmita jelas akan memanfaatkan hal ini untuk mengancam Erlan jika dia tahu. Maka dari itu, Willy akan memilih dnegan sangat hati-hati.

" Tapi benar kan ini masih stadium I?"

" Benar Wil, jika tidak percaya, lihatlah sendiri."

" Syukurlah kalau begitu, aku lega mendnegarnya. Aku tidak tahu bagaimana hancur hati Erlan dna Yasmin saat ini. Haish, wanita yang baik itu, mengapa harus dia yang mengalami ini. Kenapa tidak kedua orang tua laknatnya."

Alex yang tidak mengerti hanya diam saja. Yang terpenting, semua permintaan Erlan sudah mereka lakukan.

Baru memasuki kamar, Yasmin langsung meraup bibir sang suami. Ia bahkan dengan tidak sabar membuka kancing kemeja milik Erlan.

" Sayang," panggil Erlan saat Yasmin mulia meraba dada bidangnya.

" Hmmm." Hanya begitu saja jawaban Yasmin sambil menciumi leher Erlan.

Erlan pasrah, dia membiarkan Yasmin melakukan apa yang ingin dilakukan. Bahkan dengan cekatan Yasmin sudah membuka celana panjang Erlan dna mendorong Erlan hingga jatuh ke atas ranjang.

Yasmin juga melepaskan pakaiannya sendiri. Bahkan bersih tak bersisa sehelai kain pun ditubuhnya. Ia merangkak dia tas tubuh Erlan dan kembali mencium bibir sang suami.

Erlan menyambut hal baik itu dengan tangan terbuka. Ia juga tidak mau hanya pasif, tangan Erlan sudah menjelajahi semua bagian-bagian yang menjadi favoritnya dari tubuh sang istri.

" Mas ... ." Suara Yasmin tertahan saat Erlan membalikkan tubuh miliknya dan memainkan mulut di spot sensitifnya.

" Kenapa begitu agresif?" tanya Erlan disela kegiatannya mencumbui tubuh Yasmin.

" Entahlah, aku hanya ingin."

Bohong, Yasmin jelas berkata bohong. Ia ingin melakukan itu karena takut ia tidka lagi dapat melayani sang suami nanti. Perasaannya tidka enak sola oeprasi otak yang akan ia lakukan. Dan hari ini, ia ingin memuaskan Erlan.

Erlan kemudian melakukan acara inti yang sedari tadi sudah diminta Yasmin. Semakin cepat, Yasmin meminta Erlan melakukannya dnegan lebih cepat dan keduanya pun sampai di puncak kenikmatan surga dunia itu.

" Apa kamu gugup, hmmm?"

" Sedikit, asalkan mas yang mengoperasiku, aku tidak akan khawatir."

Erlan terpaku, sebenarnya dia tidak akan melakukan operasi kepada Yasmin. Biasanya dokter tidak akan melakukan operasi kepada anggota keluarga karena takut terbawa perasaan pribadi.

" Apakah kamu meminta mas yang melakukannya?"

Yasmin mengangguk, ia kini duduk diatas perut sang suami dan mulai mencium bibir Erlan lagi.

" Sayang."

" Mas, aku mau lagi."

Entahlah, Erlan merasa aneh dnegan Yasmin. Tapi mungkin Yasmin ingin menyalurkan rasa gelisah nya. Erlan merasakan hal tersebut, bahwa Yasmin sedang dalam suasana hati yang tidak baik.

Orang mana yang masih tenang saat tahu sebuah penyakit mengerikan menghampiri tubuhnya. Meskipun masih stadium awal dan jinak, tapi istilah TUMOR OTAK tentu akan membuat orang yang mengalaminya takut.

Setelah melakukan satu sesi lagi, akhirnya Yasmin tertidur. Erlan bangkit dari atas ranjang dna langsung membersihkan diri. Dia juga membawa segayung air hangat untuk mengelap tubuh Yasmin dan juga memakaikan baju kepada sang istri.

" Aku akan pastikan kamu baik-baik saja sayang. Ya, semuanya akan kembali seperti sebelumnya saat operasi selesai."

Erlan mengambil ponsel dan menghubungi Tian. Ia meminta Tian untuk membawakan makanan dan minuman ke kamar. Erlan akan membiarkan Yasmin tidur sebentar, dan dia memilih untuk keluar kamar.

" Terimakasih mas, kamu pasti juga khawatir."

Rupanya Yasmin tidak benar-benar tidur. Semua yang dilakukan sang suami ia tahu. Bahkan saat Erlan memakaikannya baju pun dia sadar.

" Aku harus yakin bahwa ini semua akan bisa dilewati dnegan mudah. Meskipun perasaanku tidka karuan tapi aku harus percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja."

TBC