HEL

{Kepada semua yang hadir,

Saya, Suriel, utusan dari Dewa, berdiri di hadapan kalian dengan penuh rasa hormat dan tanggung jawab. Saya datang membawa pesan dan harapan dari yang Agung, untuk menyampaikan amanat-Nya kepada kalian, umat manusia yang terpilih.}

Wanita bersayap membuat perkenalan yang sangat epik. Hampir saja aku mempercayainya, tapi setelah mengingat berbagai hal buruk di masa lalu yang berhubungan dengan wanita ini, membuatku memasukkannya kedalam daftar hitam entitas yang tidak akan aku percayai.

Aku dapat melihat senyum tipis dibibir Suriel. Mengingat kepribadiannya yang sangat narsis khas dari para malaikat. Dia pasti saat ini sedang memandang rendah para manusia menatap penuh kekaguman pada dirinya.

‘Lihat para serangga itu. Mereka memang pantas menjadi budak dari entitas yang lebih tinggi seperti para malaikat.’ aku yakin itulah yang Suriel pikirkan saat ini.

Ding!

Suara lonceng notifikasi yang terdengar oleh semua orang membuat perhatian mereka pada Suriel teralihkan, yang membuat malaikat itu agak kesal. Sistem notifikasi memberikan update pada sistem jendela menu, sekarang terdapat fitur Quest yang bisa dikerjakan dan akan mendapatkan hadiah.

Mereka juga menambah sistem mata uang dan toko pada. Mata uang berupa koin emas yang bisa diperoleh melalui hadiah Quest, sedangkan toko adalah fitur yang akan berusaha mengambil semua koin emas dari semua orang dengan menawarkan berbagai produk yang terlihat berguna.

{Para pejuang yang terpilih,

Kini, setelah saya menjelaskan sistem dan tugas-tugas atau Quest yang harus kalian selesaikan, tibalah saatnya bagi saya untuk mundur dan membiarkan kalian mengambil alih perjalanan ini. Ingatlah bahwa setiap Quest yang kalian hadapi adalah langkah menuju pemulihan dunia kalian dan penguatan diri kalian sendiri.

Saya percaya bahwa dalam setiap diri kalian tertanam kekuatan dan keberanian yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan ini. Sistem yang telah disiapkan akan membimbing kalian, dan setiap Quest akan menjadi batu loncatan menuju kemenangan kalian melawan para monster}

Setelah memberikan pidato panjang tanpa makna, akhirnya Suriel kembali terbang ke langit dan menghilang. Langit yang sebelumnya gelap, secara perlahan menjadi cerah setelah kepergian malaikat tersebut.

'Sayang sekali aku hanya bisa melihat cahaya ilahi.' ucap Jo Wira penuh kekecewaan. mungkin dari sekian banyak orang di tempat ini, ada berapa yang tidak peduli dengan wajah elok Suriel tapi justru melihat bagian dalam roknya.

Begitu Suriel lenyap, semua orang yang terpengaruh oleh kharisma malaikat itu mulai tersadar, mereka menjadi kebingungan seakan baru saja terhipnotis. Banyak pertanyaan yang masih belum terjawab, tapi orang yang memiliki jawaban itu telah menghilang.

Mengabaikan semua orang yang mulai ribut, aku memilih untuk melihat quest apa saja yang tersedia.

Hunting Quest: melakukan perburuan monster, imbalan 5 koin emas.

Adventure Quest: melakukan penjelajahan area pelatihan, setiap menemukan tempat khusus akan diberi hadiah 50 koin emas.

Saat ini hanya ada dua quest, namun semakin lama area terbuka, maka akan semakin banyak quest yang diberikan. Sebagai contoh jika seseorang menemukan sebuah Dungeon, maka nantinya akan membuka Ques penjelajah Dungeon.

Setelah melihat menu Quest, aku beralih ke menu tokoh. Tidak ada yang istimewa seperti sebelumnya. Dari toko yang ini semua orang dapat membeli berbagai senjata, obat-obatan dan makanan, semuanya terlihat menarik dan sangat dibutuhkan mengingat tempat tutorial adalah sebuah area yang dipenuhi oleh monster.

Tapi jika diteliti lebih jauh sebenarnya semua hal yang dibutuhkan sudah disediakan oleh area tutorial itu sendiri. Seperti contoh obat-obatan, di dalam hutan terdapat banyak sekali tumbuh herbal yang bisa diolah menjadi herbal.

Makanan, banyak monster yang dagingnya bisa dimakan. Sementara senjata, kita bisa mendapatkannya dari merebut senjata monster, atau membuatnya dengan bahan yang dijatuhkan oleh monster.

“Terlalu mengandalkan toko justru akan membuat pelatihan tidak maksimal.” gumamku sembari memakan cokelat batangan yang baru saja aku beli di toko.

“Perkataanmu,l sungguh berbanding terbalik dengan apa yang kau lakukan.” balas Olivia.

Di tenda yang dibuat dengan bahan seadanya, Olivia tengah merawat pasiennya. Di luar banyak orang sakit yang mengantri, sehingga aku berpikir dia tidak mungkin memiliki waktu untuk menjalankan Quest

Aku bisa saja memaksanya untuk meninggalkan semua orang yang membutuhkan bantuan. Tapi dia mengatakan jika baru saja mendapatkan skill [Healing Precision] yang efeknya memungkinkan Olivia mempercepat proses operasi dan penyembuhan.

Mendengar itu aku membiarkan Olivia tetap berada di tendanya, agar bisa mengasah kemampuannya dengan menjadikan pasiennya sebagai kelinci percobaan.

Saat menggunakan [Healing Precision] tangan Olivia bergerak capat ketika melakukan operasi, mulai dari melakukan sobekan, lalu mengeluarkan benda asing dari tubuh pasiennya, hingga diakhiri dengan menutup luka dengan menjahitnya. Semua dia lakukan dengan sangat cepat dan begitu teliti.

Aku dapat membayangkan jika Olivia menggunakan kemampuannya itu untuk pertempuran. “Itu pasti akan menjadi sangat mengerikan.”

Meninggalkan Olivia, aku disambut oleh tatapan mata para pasien yang sedang mengantri.

“Sungguh luar biasa, bahkan orang yang terluka parah seperti dia pun masih bisa berjalan tanpa tertatih-tatih dan mengeluh kesakitan”

“Benar, kita beruntung dokter Olivia dipindah di dalam kelompok ini”

Dua pasien saling mengobrol sedangkan yang lainnya terus mendengarkan sambari mengangguk kepala seperti boneka di dasbor mobil. Seperti mereka mengira jika aku adalah salah satu pasien Olivia.

‘Apakah tampangku memang begitu mengerikan hingga dikira sedang sakit?.’

Setelahnya aku menemui bawahan yang lain, tapi seperti Olivia, mereka juga tengah disibukkan oleh tugas masing-masing.

Samdo mengawasi Genk motor yang sebelumnya mendapatkan pelajaran dari Jo Wira. Sebagai mantan kepala sipir penjara, Samdo tahu bagaimana menangani orang-orang seperti mereka.

Sedangkan Asih masih bermain dengan anak kecil, Jhony Inoe dan orang tua lainnya mulai berbaur dengan warga, mereka saat ini sedang berusaha membangun pagar kayu untuk berlindung dari monster.

Bongsor dengan tubuh raksasanya menjadi bantuan terbesar karena bisa membawa beberapa balok kayu sekali jalan. Jo Wira sendiri sudah berangkat melakukan penjelajahan bersama Fatpork dan anggota yang memiliki jiwa petulangan tinggi.

“Sekarang apa yang harus aku lakukan?.”

Masa pelatihan akan berlangsung selama satu hingga setengah tahun. Semua bergantung pada penyelesaian Quest yang disediakan. Awalnya aku berencana untuk langsung menantang Dungeon seperti yang aku lakukan di kehidupanku sebelumnya.

Selain bisa mendapatkan hadiah besar setelah berhasil menantang Dungeon, kehancuran sarang Monster itu juga akan mengakhiri masa tutorial.

Akan tetapi setelah melihat kemunculan Suriel, aku segera mengubah rencanaku untuk. Lintah terbang itu memiliki sifat buruk yang tidak akan memberikan sesuatu yang tidak semestinya terus dibiarkan. Rasa penasaran Suriel terlalu tinggi hingga masuk pada tahap gangguan jiwa.

Jika aku terlihat menonjol, dia pasti akan terus menggangguku bahkan setelah kembali ke dunia nyata.

Pepohonan yang rimbun berjajar di depanku. Aku telah memutuskan untuk masuk kedalam hutan untuk membuka peta. Selain demi mendapat koin emas, aku juga ingin memanen jiwa untuk dikorbankan pada peti mati.

Tapi bahkan sebelum keluar dari pemukiman, tiba-tiba saja suara seorang perempuan menghentikan aku.

“Kau, apa yang coba kau lakukan!.”

Suara itu berasal dari satu-satunya perempuan bawahan Chandra. Nia lestari, dia menghampiriku dengan membawa tongkat kayu di punggungnya. Sepertinya Chandra mengikuti saran dari Samdo agar semua bawahannya mulai berlatih menggunakan senjata jarak dekat.

“Aku berencana melakukan petualangan, apa ada yang salah nona prajurit?.” balasku.

“Petualangan? Apa maksudmu! Dalam kondisi tubuh seperti itu memangnya apa yang bisa kau lakukan?.”

“Penampilan bisa menipu. Meskipun aku seperti ini tapi sebenarnya aku adalah seorang pembunuh berantai.”

“Oh ya?, Ya anggap saja aku percaya padamu.... hei tunggu mau pergi ke mana kamu!.”

Aku mengabaikan Nia yang terang-terang mengabaikan semua perkataan jujur ku. Aku masuk kedalam hutan, area dalam teras begitu gelap karena rimbunnya pepohonan.

Dia sejenak sambil menghirup udara segar, aku menikmati kedamaian yang aku rasakan ditempat ini.

“Apa yang kau lakukan?.” ucap seseorang yang sejak tadi mengikutiku.

“Aku menghirup aroma petualang.”

“Hah? Apa bau aroma dari petulangan itu busuk seperti bau kayu yang lapuk?.”

“Ini adalah sesuatu yang tidak bisa dimengerti oleh anak-anak. ”

“Siapa yang kau sebut sebagai anak-anak!.”

Mengabaikan semua ucapan Nia yang terus mengikuti ku. Aku memulai petualangan di area tutorial.