NovelToon NovelToon
Kamboja

Kamboja

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga
Popularitas:7.2k
Nilai: 5
Nama Author: Rinarient 2

Kisah haru seorang gadis yang dilahirkan dari sebuah keluarga miskin. Perjuangan tak kenal lelah mencari bapaknya yang pergi ke luar negeri sebagai TKI, dimulai setelah ibunya meninggal dunia.
Sepeninggal ibunya, Lily kecil diasuh oleh tetangga yang trenyuh melihat nasibnya. Namun ternyata hal itu tidak serta merta merubah nasib Lily. Karena tak lama kemudian bunda Sekar yang mengasuhnya juga berpulang.
Di rumah keluarga bunda Sekar, Lily diperlakukan seperti pembantu. Bahkan Lily mengalami pelecehan seksual yang dilakukan oleh suami almarhumah. Lelaki yang sangat dihormati oleh Lily dan dianggap seperti pengganti bapaknya yang hilang entah kemana.
Ditambah perlakuan kasar dari Seruni, anak semata wayang bunda Sekar, membuat Lily akhirnya memutuskan untuk pergi.
Kemana Lily pergi dan tinggal bersama siapa? Yuk, ikuti terus ceritanya sampai tamat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rinarient 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35 Anak babu

Mereka bertiga masuk ke dalam kelas. Lavender mengikuti Lily dan duduk di bangku bersebelahan.

Sedangkan Doni di meja sebelahnya lagi.

"Ly. Kamu belum sarapan, kan?" Lavender membuka tasnya.

Tadi saat makan pagi bersama kedua orang tuanya, Lavender meminta ijin untuk membawakan Lily makanan.

Dan kedua orang tuanya mengijinkan. Mereka sudah mendengar cerita tentang keluarga Lily.

"Nanti Mama coba carikan bantuan buat ibunya teman kamu itu," ucap Lani, mamanya Lavender tadi pagi.

"Carikan gimana maksud Mama?" tanya Yoga, papanya Lavender.

"Mama kan punya komunitas sosial, Pa. Mereka pasti mau membantu," jawab Lani.

"Oh. Boleh juga. Tapi nanti kita juga bantu secara pribadi," sahut Yoga.

"Iya, Pa. Itu pasti."

Lavender merasa senang, karena ternyata kedua orang tuanya punya kepedulian yang besar dengan temannya.

"Ini buat kamu, Ly." Lavender menyerahkan sekotak sarapan pagi pada Lily.

"Apa ini?" tanya Lily.

"Sarapan buat kamu," jawab Lavender.

"Kok repot-repot sih," ucap Lily tak enak hati.

"Enggak repot kok. Di rumahku banyak makanan. Nanti aku bakalan sering-sering bawakan buat kamu, Ly," janji Lavender.

"Buat aku juga enggak, Ven?" goda Doni.

Tak mungkin Doni meminta serius. Karena di rumah Doni pun tak pernah kurang makanan.

"Enggak!" sahut Lavender ketus.

Doni terbahak.

Ternyata Lavender gampang sekali digoda.

"Udah dimakan, Ly. Nanti keburu bel masuk," ucap Lavender.

Lily mengangguk.

Meski Lily hampir tak pernah makan pagi, tapi melihat isi kotak makanan itu, membuat perut Lily bergejolak.

"Heh! Ini kelas! Bukan tempat makan!" seru Sonia yang dari tadi memperhatikan.

"Ih, sirik aja kamu!" sahut Lavender.

"Kalau mau makan ya di kantin!" seru Sonia lagi, membuat beberapa siswa yang sudah datang menoleh.

Lily menghentikan makannya, meski tak ada larangan makan di dalam kelas. Kecuali saat pelajaran.

"Terusin aja, Ly. Biar dia aku yang urus!" ucap Lavender. Lalu dia berdiri hendak menghampiri Sonia.

"Eit...eit. Mau ngapain?" Doni berusaha mencegah Lavender.

"Ngasih pelajaran tuh anak, biar mulutnya enggak bawel!" sahut Lavender yang sudah mulai emosi.

"Masih pagi. Jangan emosian, ah. Biar aku yang menangani." Doni mendorong tubuh Lavender pelan, agar duduk lagi.

"Udah, Ven. Biar Doni aja yang ngadepin Sonia," ucap Lily menenangkan Lavender.

Doni pun menghampiri Sonia. Lalu menarik tangannya keluar kelas.

"Apaan sih!" Sonia mengibaskan tangannya. Tapi pegangan Doni cukup kencang.

"Ikut aku keluar!" ucap Doni.

Doni pun sebenarnya tak suka dengan cara Sonia menghardik Lily tadi. Seolah-olah Lily melakukan kesalahan besar.

"Mau ngapain?" tanya Sonia.

Doni tak menjawab. Dia terus saja menarik tangan Sonia.

Lalu Doni mendudukan Sonia di bangku panjang depan kelas.

"Sonia! Bisa enggak kamu enggak menghardik Lily kayak tadi?" tanya Doni menekan emosinya.

"Memangnya kenapa? Terserah aku dong." Sonia tak mau disalahkan.

"Aku mau tanya sama kamu! Memangnya ada larangan makan di dalam kelas?" tanya Doni ketus.

Sonia menghela nafasnya.

"Enggak ada, kan?" tanya Doni lagi.

Sonia diam saja.

"Aku mau tanya lagi sama kamu! Ada masalah apa kamu sama Lily? Apa selama ini Lily pernah mengganggumu?" cecar Doni.

"Enggak kan?" desak Doni.

Sonia masih diam. Karena memang selama ini Lily tak pernah mengganggunya.

Jangankan mengganggu, bertegur sapa saja mereka tak pernah.

"Sonia. Tolong dong, bersikap baiklah pada Lily!" pinta Doni.

Doni dan Lavender sudah sepakat untuk merubah sikap teman-temannya selama ini pada Lily. Agar mereka lebih berempati.

"Kamu kenapa sih, Don? Bukannya dari dulu kamu juga enggak suka sama anak itu?" tanya Sonia.

"Itu dulu. Sebelum aku tau bagaimana kehidupan keluarganya. Dan aku sangat menyesal!" jawab Doni.

Sonia mengerutkan keningnya.

"Menyesal?" tanya Sonia tak mengerti.

"Iya. Kamu mau tau kenapa?" tanya Doni.

Sonia mengangguk.

Tet!

Bel masuk keburu berbunyi.

"Istirahat nanti aku jelasin semuanya," ucap Doni, lalu meninggalkan Sonia sendirian.

"Aneh," gumam Sonia.

Dan berbarengan dengan guru yang akan mengajar mereka datang, Sonia pun masuk ke kelas.

Matanya menatap ke arah Lily. Dia melihat bagaimana Lavender yang tadinya acuh pada Lily, kini terlihat begitu baik dan perhatian.

Ada apa dengan mereka, ya? Apa jangan-jangan mereka dipelet sama anak dekil itu, biar pada nurut ama dia. Gumam Sonia dalam hati.

Sepanjang pelajaran pagi itu, Sonia masih menebak-nebak perubahan sikap Lavender dan Doni.

Sedangkan Lily, Lavender juga Doni serius mendengarkan pelajaran. Hal yang jarang dilakukan Lavender dan Doni.

Biasanya mereka berdua mencari alasan untuk meninggalkan kelas, atau tertidur di atas meja.

Lily pun bisa mengikuti pelajaran dengan baik. Mungkin karena cacing-cacing di perutnya pada anteng. Mereka sudah kenyang, pagi-pagi dikasih makan.

Usai dua jam pelajaran, bel istirahat pertama berbunyi. Mereka menghela nafas lega.

"Hh! Akhirnya kelar juga," ucap Lavender.

"Tumben kamu betah ngikutin pelajaran tadi, Ven?" tanya Doni.

"Kamu juga. Tumben enggak molor?" balas Lavender.

"Lily juga tuh. Biasanya dia pura-pura baca. Padahal tidur." Doni menunjuk ke arah Lily.

Mereka tak tahu alasan Lily sering ketiduran di kelas. Seringnya Lily begadang sampai larut, untuk membantu ibunya merapikan pakaian.

Atau sekedar menemani, karena Lily tak tega ibunya bekerja sendirian.

"Semalam aku enggak begadang," ucap Lily.

"Begadang? Memangnya kamu tukang begadang juga, Ly?" tanya Lavender.

Lily mengangguk.

"Ngapain?" tanya Doni ikut penasaran.

"Bantu ibuku menyetrika pakaian tetangga," jawab Lily.

"Oh..." Lavender menutup mulutnya dengan tangan.

Dia pikir Lily sama dengannya. Begadang hanya untuk bermain game atau membuka medsos.

"Tiap malam?" tanya Doni. Doni sudah mendekat dan duduk di atas meja Lavender.

"Hampir tiap malam," jawab Lily.

Tak ada kesedihan atau penyesalan di wajah Lily. Karena dia melakukannya dengan ikhlas.

Bagi Lily, membantu ibunya adalah sebuah kewajiban. Meskipun kadang dia lalai atau malas.

"Kenapa enggak dilakukan ibumu siang aja? Saat kamu sekolah gini?" tanya Lavender.

"Pagi sampai sore, ibuku bantu-bantu di rumah tetangga yang membutuhkan tenaganya. Makanya baru bisa mengerjakan setrikaan, malam harinya," jawab Lily menjelaskan.

"Ibumu pasti capek banget ya, Ly." Lavender merasa prihatin.

Lily mengangguk.

"Itulah kenapa aku ikutan begadang sampai larut. Kalau ibuku capek, gantian aku yang mengerjakannya," ujar Lily.

Lavender menepuk-nepuk tangan Lily.

Hidupmu kasihan sekali, Ly. Sedangkan aku di rumah, apa-apa tinggal minta. Tinggal nyuruh. Batin Lavender.

Dari bangkunya Sonia mendengar obrolan mereka. Tapi tak ada sedikitpun rasa empati dari hatinya.

Pantas saja dekil dan bau! Ternyata dia benar-benar anak babu! Gumam Sonia dalam hatinya.

Dan dia tak mau berteman dengan anak pembantu.

Sonia beranjak dari tempat duduknya.

"Ven! Don! Ayo ke kantin! Ngapain kalian di situ terus? Betah amat nemenin anak babu?" seru Sonia.

Lavender dan Doni menatap dengan penuh amarah pada Sonia.

Sedangkan Lily hanya menunduk. Memang benar dia anak babu. Bukan seperti mereka.

1
Shuhairi Nafsir
Mohon Thor jadikan Lily anak yang tegas . jenius lagi bisa bela diri
Anita Jenius
Baca sampai sini dulu. 5 like mendarat buatmu thor. semangat ya.
Rina Rient: Siap..Terima kasih like-nya 🙏
total 1 replies
Fatta ...
lanjut Thor..,
Rina Rient: Siap..tunggu episode-episode selanjutnya, ya 🙏
total 1 replies
Anto D Cotto
lanjut thor
Rina Rient: Siap..tunggu yaa 🙏
total 1 replies
Anto D Cotto
lanjutkan, crazy up thor
Anto D Cotto
menarik
Rina Rient: Terima kasih 🙏
total 1 replies
Anita Jenius
Salam kenal kak. 3 like mendarat buatmu thor. semangat ya
Rina Rient: Terima kasih 🤗
total 1 replies
Irsalina Lina
kapan ep ke 2 nya di tanyangkan thoor?......, GK sabar ni mau baca. soalnya cerita nya bagus dan menarik
Rina Rient: Sabar ya..step by step 😊
total 1 replies
Mamimi Samejima
Bikin happy setiap kali baca. Gak bisa berhenti bacanya.
Rina Rient
terima kasih🥰.. tunggu episode2 selanjutnya ya 🙏
Jing Mingzhu5290
Saya merasa terinspirasi oleh perjuangan tokoh-tokoh dalam cerita.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!