NovelToon NovelToon
Tuhan, Apa Salahku?

Tuhan, Apa Salahku?

Status: tamat
Genre:Tamat / Mengubah Takdir / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam / Pihak Ketiga / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:100.9k
Nilai: 4.9
Nama Author: Siti H

Anna, seorang wanita yang berjuang dari penderitaannya karena mendapatkan suami pemalas dan juga mertua yang membencinya serta istri dari ipar-iparnya yang selalu menghasut sang mertua untuk menciptakan kebencian padanya. siapakah Ana sebenarnya, bagaimana kisah masa lalunya, sehingga membuat ibu mertuanya begitu membencinya dan siapa dalang dari semua kebencian tersebut?

Bagaimana kelanjutannya, ikuti kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Semula

Aku menyelinap keluar dengan tas besar ditanganku yang ku masukkan kedalam karung goni untuk mengelabui siapapun yang nantinya jika berpapasan denganku dijalan. Keputusanku untuk pulang ke kampung halaman sudah sangat bulat, apalagi sudah 5 tahun aku tidak kembali dan aku berharap dapat menemukan kebahagiaan disana.

Ku berjalan melewati sesemakan untuk menghindari perhatian orang-orang yang berlalu lalang.

Aku meletakkan karung goni berisi tas dan pakaianku dibawah sebatang pohon yang rindang, lalu menyembunyikannya dibawah dedaunan kering. Aku menghubungi mbak Lisa dan memintanya untuk mengantarkan Alif ketempat yang ku minta.

Ia menyetujuinya, lalu mengantarkan Alif padaku, bahkan ia menungguiku hingga mendapatkan bus untuk pulang ke Medan.

Bus pertama lewat, dan aku menyetopnya dengan cepat, lalu naik ke bus tanpa ada orang yang ku kenal melihatnya, aku melambaikan tanganku padanya, pertanda kami berpisah.

Dipertengahan jalan, aku merasakan kepalaku sangat pusing, sebab aku mabok darat dan ini sangat menyiksaku.

*****

Setelah menempuh perjalanan yang cukup.jauh, aku akhirnya tiba ditumah ibuku dengan membawa segala penderitaanku.

Aku sengaja tidak memberitahu ibu, entahlah, aku saat ini tak dapat lagi untuk berfikir.

Setibanya dirumah, hari sudah sangat terang benderang. Ibu tercengang melihat kehadiranku. "Mengapa kamu pulang?" tanyanya dengan nada yang penasaran.

Seketika hatiku sedikit tidak enak dengan sambutan yang jauh dari ekspektasiku.

"Aku lagi kangen sama ibu," jawabku, lalu masuk kerumah tanpa disuruh oleh ibuku.

Ku lihat kakak iparku sedang memasak nasi goreng untuk sarapan. "Eh, Dik Anna, kamu baru datang?" sapanya ramah.

Aku menganggukkan kepalaku. Kakak iparku terbilang sangat baik, ia sangat begitu ramah, bahkan sanggup menunggu kakak lelakiku yang saat ini berada didalam jeruji besi dan akan keluar sebulan lagi karena aku membantu biaya mengurangi masa tahanannnya saat masih bekerja dilumbung dosa, bahkan aku juga yang memberi mereka nafkah.

Ibuku memasuki rumah sembari menatapku dengan tatapan penuh penasaran. "Kemana Johan? Mengapa kamu pulang mendadak?" tanyanya padaku.

"Aku memutuskan pulang karena ibunya sudah menghinaku," jawabku. Seharusnya aku diberikan waktu untuk bernafas, dan ini semakin membuat keadaanku semakin terpuruk.

Aku berharap pulang ke rumah ibuku mendapatkan kenyamanan, tetapi mengapa justru semakin rumit?

"Jika kamu kembali, mengapa kamu harus membawa Alif? Tinggalkan saja ia disana! Dia bukan tanggungjawabmu!" ucap Ibu yang semakin menyakitkan hatiku.

"Bagaimana mungkin aku meninggalkannya disana? Sedangkan neneknya tidak menyukainya, apakah ia harus jadi gelandangan yang mengemis kasih sayang?" sahutku dengan kesal.

Aku tak tahu mengapa ibu begitu tega padaku. Mengapa ia tidak menerima puteraku, bahkan mereka baru kali ini bertemu. Mungkin salahku yang selalu bercerita pada ibuku jika bang Johan sering memakai sabu dan menjadi pemalas.

"Tidak ada gunanya merawat anak laki-laki, sebab akan menjadi beban bagimu saja. Lihat kakakmu itu, sudah berapa kali ia menyusahkan ibu!" ucapnya dengan lantang.

Seketika.aku merasakan hatiku hancur. Aku yang barus saja mabuk perjalanan dan ingin beristirahat, justru harus menerima pertengkaran ini.

"Dia anakku, Bu. Bagaimanapun aku akan tetap merawatnya. Sebab doa anak lelaki akan lebih cepat sampai kepada orangtuanya saat ibunya telah tiada," sahutku dengan ketus, lalu aku masuk ke kamar, dan menarik Alif masuk ke kamar untuk segera tidur.

Ku dengar ibuku mengomel, aku mencoba menutup telingaku dan berpura-pura untuk tidak mendengarnya.

*****

Johan kebingungan dengan melihat sang istri yang tidak ada dirumah. Ia mencari Anna dengan mendatangi cafe tempat ia bertemu sang istri.

Setibanya ditempat itu, ia tidak mendapatkan petunjuk apapun. Pria itu semakin bingung.

Ia kembali ke rumah dengan perasaan yang kacau. Sumi yang melihatnya terlihat kesal. "Johan, kamu ceraikan saja wanita itu, sudah tidak berguna, main kabur dari rumah," ucap Rumi dengan nada tinggi.

Seketika Johan menatap sang ibu. "Ini semua karena salah ibu. Andai ibu tak menghinanya, ia tidak akan pergi dari rumah ini!" jawab Johan dengan amarah.

"Ooo...., jadi kamu membela dia, ya? Iya! Aku ini ibumu yang melahirkanmu!" sahut Rumi dengan berang.

Johan menatapnya dengan kesal. "Diq istriku, Bu. Aku yang memilihnya, maka aku berhak atasnya dan jangan pernah ibu menghinanya!" ucap bang Johan tak mau kalah.

Seketika suasana menjadi memanas. Pertikaian itu terdengar cukup sengit.

Johan yang merasa frustasi keluar dari rumah dengan menaiki motor bututnya. Saat ia akan keluar dari simpang rumahnya, ia berpapasan dengan Mbak Lisa yang kebetulan lewat.

"Johan!" teriaknya memanggil nama pria itu.

Pria tersebut mengurangi kecepatan motornya dan berhenti ditepian jalan. Tampak Mbak Lisa yang berboncengan dengan suami dan anaknya menghampiri pria tersebut.

"Johan, Anna pulang ke Medan. Mbak hanya ingin sampaikan itu. Kamu tinggal memgambil langkah untuk keutuhan rumah tangga kalian. Jika kau masih mencintainya, maka jemput lah," ucap Mbak Lisa pada pria itu.

Seketika Johan tercengang. "Darimana kakak tahu jika Anna pulang?" tanyanya dengan penuh selidik.

"Dia tadi datang ke rumah Mbak, dan meminta menyampaikan pesan ini padamu," jawab Mbak Lisa.

"Anna naik bus apa?" tanya Johan penuh penasaran.

"Dia menaiki bus yang biasa," sebutnya menjelaskan kronologi kejadiannya.

Seketika Johan.menyakini jika.Anna benar pulang ke rumah ibunya dan ia merasakan jika kehidupan rumah tangganya semakin kacau.

"Berarti Anna tidak pernah kembali ke Cafe, sebab.keterangan mbak Lisa benar adanya," gumam Johan dengan lirih.

"Terimakasih informasinya, Mbak. Saya akan berusaha menjemputnya" sahut Johan. Lalu mencoba menghubungi sang istri, tetapi nomor ponselnya sedang berada dikuar jangkauan, dan ia harus bersabar untuk menunggu hal tersebut.

*****

Anna terbangun saat jam diponselnya menunjukkan pukul 2 siang. Mentari bersinar dengan sangat terik. Anna terbangun dari tidurnya, ia sangat gerah.

Sesat ia keluar dari kamar sebab perutnya sangat sakit karena belum makan siang, bahkan sarapan juga terlupa.

Ia melihat puteranya sudah tidak lagi ada dikamarnya, ternyata sedang bermain dengan adikku yang berbeda satu beberapa tahun saja Alif.

Akh menuju dapur untuk makan siang dan menyingkap tudung saji untuk melihat apa yang dimasak oleh kakak iparku tadi.

Kulihat ada sambal ikan, dan aku mulai makan siangku.

Saat bersamaan, ku lihat ibuku masuk ke dapur dengan wajah masam. Sesaat selera makanku menghilang dan aku mengehentikan makanku.

Aku masuk ke kamar dan mencari dompetku. Lalu aku pergi ke warung untuk membeli sekarung beras dan kebutuhan pokok lainnya, lalu membwanya pulang ke rumah.

"Emmm, Kak. Aku membeli beras dan yang lainnya, jadi aku tidak makan gratis dirumah ini," ucapku. Mungkin terdengar kasar, tetapi aku merasa lelah untuk menerima semua hinaan yang ada. lalu aku memilih untuk keluar dari rumah dan menuju rumah paman untuk mencari sesuap nasi disana. Saat aku keluar dari pintu, aku berpapasan dengan ibu dan aku berjalan lurus.

1
Eko Nur Yanto
Lumayan
Neulis Saja
is there a continuation?
Neulis Saja
utk kali ini tdk ada yg menolong karena terlampau sering berbuat masalah so enjoy it ehm 😀
Neulis Saja
i agree
Neulis Saja
padahal ibumu benar Fina kelakuanmu mungkin terpengaruh oleh lingkungan dan kamunya tdk pernah mempelajari agama Rabmu sehingga nasehat dari ibumu dianggap tdk penting dan merugikan , sayang pikiranmu picik
Neulis Saja
Fina kamu tdk merasa kalau kamu sdh terlalu menyakiti mertuamu, boro2 ingat sedekah mestinya kamu intropeksi diri karena kamu memiliki harta dgn cara kotor maka akan keluar lewat penyakit bukan karena disedekahkan, try to intropection yourself even though you are sick maybe that is a warning for you
Neulis Saja
i agree
Neulis Saja
rupanya sdh kalap dunia hanya tipu daya yg akan nencelakan kita kalau kita tdk bisa memanfaatkan dgn sebaik mungkin
Neulis Saja
makanya jadi org tua ketika ada info hrsnya diselidiki dulu jgn main ambil saja gak tahunya justru yg menghancurkan
Neulis Saja
ehm next
Neulis Saja
Allah yg membolak balikan hati seseorang maka mendekatlah pada Allah diseperti malam langitkan doamu agar hatimu menjadi tenang dan selalu intropeksi diri barangkali Allah memberi pelajaran karena kamu telah berbuat tdk adil terhadap anakmu
Neulis Saja
emak2 siksa dia dgn alat dapur biar kabur
Neulis Saja
Anna ibumu telah salah mendidik abangmu menjadi manusia serakah, tamak tdk puas kalau udah dikasih maunya semuanya biar yg lain tdk kebagian
Neulis Saja
next
Neulis Saja
selamat masuk penjara lagi lah
Neulis Saja
ibu yg baik pasti akan mengutamakan pendidikan anaknya utk bekal kelak jgn sampai seperti bapaknya kaya tapi kekayaannya tdk digunakan sekolah yg tinggi
Neulis Saja
aamiin 🤲
Neulis Saja
i agree Anna
Neulis Saja
cape kalau kerjanya sitik melulu
Neulis Saja
next
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!